Brasil Gugat Meta dan TikTok: Dianggap Ancam Kesehatan Mental Anak-Anak

0 0
Read Time:3 Minute, 18 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Meta dan TikTok kembali menghadapi permasalahan hukum terkait perlindungan privasi anak. Kali ini sekelompok konsumen di Brazil yakni Institute of Collective Defense mengajukan gugatan terhadap Meta, TikTok, dan Kwai.

Mengutip informasi Engadget, Kamis (31/10/2024), gugatan Meta dan TikTok didasarkan pada penelitian yang menunjukkan risiko penggunaan media sosial bagi anak-anak.

Untuk itu, penggugat meminta Meta dan perusahaan lainnya memberikan peringatan yang jelas mengenai dampak negatif kecanduan platform media sosial terhadap kesehatan mental anak.

Selain itu, penggugat juga meminta perusahaan menerapkan mekanisme perlindungan data yang lebih ketat.

“Penting untuk mengambil langkah-langkah yang mengubah cara kerja algoritme dan memproses data tentang pengguna di bawah 18 tahun,” kata Liliian Salgado, pengacara dan salah satu penggugat.

Ini bukan pertama kalinya Meta dan TikTok menghadapi undang-undang terkait keselamatan anak. Pada akhir tahun 2023, New Mexico menggugat Meta karena gagal melindungi anak-anak.

Dalam prosesnya, Facebook dan Instagram disebut-sebut telah menyarankan konten seksual kepada anak di bawah umur.

Sebulan kemudian, dalam memo internal tahun 2021 terungkap, Meta menemukan lebih dari 100.000 pengguna anak-anak yang dihadapi setiap hari. Namun, Meta Executive menolak rekomendasi untuk mendesain ulang algoritma tersebut.

Setelah awal Oktober 2024, 14 jaksa di Amerika Serikat menggugat TikTok karena memberikan klaim palsu bahwa platform tersebut aman untuk anak-anak.

Selain kasus tersebut, Brazil juga sempat berselisih dengan X atau yang dulu bernama Twitter. X diblokir karena platform tersebut menolak memblokir profil yang dianggap pemerintah mempromosikan disinformasi pemilu.

Sebelumnya, perselisihan antara Elon Musk dan pemerintah Brasil kembali terjadi. Kali ini platform media sosial X (dulu Twitter) menjadi korbannya.

Mengutip The Verge, Minggu (1/9/2024), hakim Mahkamah Agung Brasil, Alexandre de Moraes, memerintahkan pemblokiran X setelah Elon Musk tidak menunjuk perwakilan hukum di negara tersebut.

Keputusan ini diambil setelah Musk menutup kantor X di Brasil awal bulan ini, sebagai respons atas ancaman penangkapan terhadap perwakilan hukum perusahaan de Moraes.

De Moraes mengatakan Badan Telekomunikasi Nasional (Anatel) akan membatasi akses media sosial X dalam waktu 24 jam. “Apple dan Google punya waktu lima hari untuk menghapus X dari toko aplikasi masing-masing.”

Selain pemblokiran, negara tersebut juga mengenakan denda harian sebesar 50.000 real Brasil atau sekitar 8.911 USD kepada pengguna yang mencoba mengakses X melalui jaringan pribadi virtual (VPN), seperti dilansir Poder360.

Pemblokiran X di Brasil menimbulkan pertanyaan serius mengenai kebebasan berekspresi di era digital. Musk sendiri mengkritik keputusan tersebut dan menyebutnya sebagai upaya menghancurkan demokrasi untuk tujuan politik.

 

Memblokir X di Brasil dapat merugikan jutaan pengguna di negara tersebut. Selain itu, keputusan ini juga dapat berdampak negatif terhadap reputasi Brasil sebagai negara demokratis yang menjunjung kebebasan berekspresi.

Reaksi Elon Musk

Musk mengkritik keras keputusan untuk memblokir X, menyebutnya sebagai “serangan terhadap demokrasi”. Dia juga menuduh Moraes sebagai “hakim semu yang tidak dipilih” yang bertindak untuk tujuan politik.

Belum jelas apa yang akan terjadi pada X di Brasil. Musk dapat memutuskan untuk mematuhi perintah pengadilan dan menunjuk perwakilan hukum baru, atau dia dapat terus berjuang dan mencari cara lain untuk memberikan akses ke X Twitter bagi pengguna di Brasil.

Di sisi lain, X yang dahulu bernama Twitter tak henti-hentinya membuat penemuan-penemuan baru. Setelah berganti nama, kini mereka sibuk membangun fitur konferensi video sendiri. F

Fitur baru ini untuk sementara disebut X Conference dan masih dalam pengujian internal. Dikutip dari Telefon Arena, Rabu (29/8/2024), Menurut Chris Park, X Conference akan menjadi alat konferensi video multi-orang yang cukup mendasar, mirip dengan Zoom atau Google Meet.

Meskipun sederhana, ada beberapa fitur keren yang sedang dikembangkan, seperti speaker terbaik dan notifikasi yang lebih baik.

Chris Park juga mengatakan bahwa X Conference telah menjadi alternatif yang cukup kuat untuk bersaing dengan platform konferensi video populer lainnya. Tak hanya Park, Nima Owji selaku peneliti aplikasi pun turut memberikan sedikit bocoran mengenai fitur ini.

Dia mengatakan X Conference mendukung audio spasial dan subtitle terintegrasi, yang tentunya merupakan nilai tambah. Namun meskipun fitur-fitur ini menarik, masih belum jelas siapa target audiens utama X untuk fitur-fitur ini, di luar karyawan internalnya sendiri.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D slot 1000 jepang slot lapaktoto