Menghina dan Merendahkan Orang Lain adalah Perbuatan Terlarang Dalam Islam

0 0
Read Time:3 Minute, 40 Second

designsuperstars.net, Jakarta Menghina dan meremehkan orang lain adalah perilaku yang tidak baik. Soalnya, Islam melarang umatnya untuk saling mengejek dan menghina. Baik di kalangan umat Islam maupun pemeluk agama lain.

Dalam hubungan antar umat Islam, saling mengumpat atau menghina satu sama lain dilarang. Berkaitan dengan hal tersebut, Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa tanggung jawab seseorang ditunjukkan oleh kebiasaannya. Rendah hati seseorang adalah ketika dengan mudahnya merendahkan derajat orang lain.

Sebaliknya, seseorang dianggap unggul apabila ia menghormati orang lain. Hal ini tertuang dalam kitab Sunan Ibni Majah karangan Imam Ibnu Majah (207-275 H) dari sahabat Abi Hurairah.

 Kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan, Kehendak Tuhan

Artinya: “Apa yang disampaikan dari hadis Abi Hurairah, Rasulullah SAW bersabda: ‘Cukuplah kejahatan seseorang jika ia menghina saudaranya yang muslim’ (HR. Ibnu Majah),” seperti dilansir NU Online, Sabtu (Juli 12 Agustus 2024).

Para pengunjuk rasa diancam oleh Allah SWT melalui surat Al-Humazah. Pada ayat pertama Allah SWT berfirman:  

 وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ}}  

Wailul likulli humazatil-lumazah

Artinya, “Celakalah semua orang yang mencerca dan mencemooh.” 

Kebanyakan mufasir (ahli tafsir) menjelaskan kata “wailun”, dengan dua arti (1) kehinaan, kehancuran dan kemusnahan; dan (2) lembah neraka.   

Menurut Syekh Mustafa Al-Maraghi (w. 1371 H), kata “wailun” digunakan untuk mencela dan menghina. Maknanya adalah peringatan terhadap keburukan yang akan disebutkan kemudian (Ahmad bin Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz XXX, halaman 237).  

Sementara itu, menurut Associate Professor. Quraish Shihab kata “ratapan” digunakan untuk menunjukkan kesedihan, bahaya dan rasa malu. Kata ini juga digunakan untuk mendoakan seseorang yang mengalami kecelakaan atau aib. Dengan cara ini, mereka dapat menggambarkan situasi buruk yang sedang atau akan terjadi.

Kebanyakan ulama memahami bahwa itu berarti akan terjadi bahaya atau aib, sehingga kata “menangis” menjadi ancaman bagi orang yang mengutuk dan menghujat, tulis M Quraish Shihab dalam kitabnya Tafsir Al-Misbah.

Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), Alhafiz Kurniawan, juga membahas tentang senyuman dan ketawa atau menertawakan orang lain.

Menurutnya, tersenyum atau menertawakan orang lain dilarang keras dalam Islam karena menyakiti perasaan orang yang diejek atau ditertawakan melalui senyuman dan tawa tersebut.

Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa mencemooh, menertawakan, dan menonjolkan aib dan kelemahan orang lain meski dengan cara menghina adalah hal yang tercela.

 Jika Allah mengizinkan, seperti yang Dia katakan, maka itu akan baik bagi mereka, dan mereka akan menjadi baik. يَكُنَ1 Informasi lebih lanjut

Artinya: “Kematian yang kesebelas adalah olok-olok dan olok-olok.” Hal ini diharamkan apabila merugikan kelompok lain sebagaimana firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman! Jangan sampai suatu kelompok menghina kelompok yang lain (karena) bisa jadi mereka (yang dihina) lebih diuntungkan kelompok (yang mencemoohnya). ). Dan sekelompok wanita (bercanda) kelompok wanita yang lain (karena) Mungkin wanita (yang diolok-olok) lebih baik dari pada kelompok (yang menghina)” (Surat Al-Hujurat ayat 11). ). Arti sukhriyyah atau hinaan adalah menghina, mempermalukan dan menonjolkan rasa malu dan kelemahan orang lain dengan cara mengejeknya. Hal itu bisa dilakukan dengan perbuatan atau perkataan, kadang dengan tangan dan petunjuk lainnya,” (Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya’ Ulumiddin, [Kairo, Darus Syi’ib: tak bertanggal], juz IX, halaman 1577-1578).

Sahabatnya, Ibnu Abbas RA, mengatakan bahwa tersenyum menghina dan menertawakan orang lain adalah dosa yang pasti dicatat. Jika tertawa dosanya ringan, maka tertawa dosanya lebih besar.

 Dan Ibnu Abbas berkata في قوله تعالى يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا Ridho Allah Ridho Allah insya Allah dan Maha Besar

Artinya: “Sahabat Ibnu Abbas RA dalam firman Allah SWT ‘Wahai kerugian kami! ‘kecil’ itulah senyuman ironis orang-orang mukmin. Sedangkan ‘yang besar’ adalah tertawa terbahak-bahak sebagai olok-olok orang mukmin.’ Hal ini cukup dianggap sebagai tanda bahwa menertawakan seseorang adalah dosa berat,” (Al-Ghazali, tidak disebutkan tanggalnya: IX/1578) .

Pada dasarnya senyuman mengejek adalah cara yang menghina dan mengejek sehingga dapat menyakiti hati orang lain. Sedangkan Islam melarang kita merugikan orang lain.

 Pesan untuk dia dan dia adalah bahwa dia lebih baik dari Anda.

Artinya: “Semua itu bertujuan untuk merendahkan dan mencemooh orang lain karena merendahkan dan merendahkannya. Firman Allah SWT mengingatkan kita, ‘Mungkin lebih baik satu kelompok (yang dihina) dari kelompok itu (yang dihina)’ (Surat Al-Hujurat ayat 11). Artinya jangan menghina orang lain karena menganggap dirinya lebih rendah karena mungkin lebih baik darimu. Hal ini haram karena berdampak pada hak orang lain yang dirugikan.” (Al-Ghazali, tidak disebutkan tanggalnya: IX/1578).

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D slot 1000 jepang slot lapaktoto