Republic.co.id, Jakarta – Jepang menempatkan rekor baru 9,5 juta flu musiman dari 2 September 2024 hingga 26 Januari 2025, menurut data yang dikeluarkan oleh Institut Penyakit Menular Jepang. Pekan lalu 2024 (23-29 Desember), kasus flu bahkan mencapai 317,812 kasus.
Angka ini adalah yang tertinggi sejak sistem rekaman pertama kali digunakan pada bulan April 1999. Tokyo, Hokkaido, Osaka dan Fukuoka telah dilaporkan sebagai daerah flu yang paling terpengaruh di Jepang. Wabah tersebut didominasi oleh halaman Nippon, Senin (10/2/2025), didominasi oleh virus flu A, meskipun masih ada kemungkinan untuk meningkatkan materi sebagai akibat dari flu B.
Flu musiman adalah saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh virus flu dan seringkali selama musim dingin di wabah Jepang di Jepang. Virus ini juga dianggap sebagai penyebab kematian aktor Barbie Hsu.
Mengapa kasus flu melompat di Jepang?
Kekebalan rendah dan pandemi COVID-19 dianggap sebagai pemicu untuk peningkatan ini. Di musim dingin 2020-2021 dan 2021-22, kasus terendah adalah di Jepang. Para ahli curiga disebabkan oleh kebiasaan mengenakan topeng, handes dan penggunaan desinfektan yang digunakan selama pandemi.
Namun, durasi infeksi flu rendah menyebabkan kekebalan kelompok terhadap flu. Selain itu, penurunan status COVID-19, yang menyebabkan protokol kesehatan membatalkan dan disebabkan dalam mobilitas internasional, memiliki risiko wabah flu besar.
Gejala dan risiko komplikasi
Dilaporkan oleh halaman pemerintah daerah Yokohama Senin (10/2/2025), gejala umum flu musiman, termasuk demam tinggi, batuk, sakit kepala dan kelelahan. Kebanyakan orang pulih dalam 1-2 minggu, tetapi ada komplikasi serius seperti peradangan di telinga tengah, pneumonia atau miokarditis (peradangan otot jantung). Dalam beberapa kasus, flu dapat menyebabkan konsekuensi panjang atau kematian.
Bayi, orang tua, wanita hamil dan individu dengan sistem kekebalan tubuh rendah lebih rendah pada gejala parah, jadi penting bagi mereka untuk mengambil tindakan pencegahan. Kementerian Kesehatan Jepang mengatakan mereka terus memantau pengembangan wabah di dan di seluruh dunia untuk memastikan respons yang tepat dan cepat. Publik disarankan untuk terus berhati -hati dalam menggunakan protokol kesehatan, termasuk menjaga kebersihan, menggunakan topeng dan mencari bantuan medis segera jika mereka memiliki gejala flu yang parah.
Sebelumnya pada 7 Januari 2025, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan peningkatan mendadak pada penyakit pernapasan akut di berbagai negara di belahan bumi utara. Hal ini disebabkan oleh berbagai patogen pernapasan, termasuk flu musiman, RSV dan virus lain seperti HMPV dan Mycoplasma pneumoniae.