SIDNEY – Chiton, makhluk laut kecil bercangkang, memiliki keunikan dibandingkan makhluk lain di dunia hewan. Hewan ini mempunyai seribu mata bulat yang terletak pada cangkang bersendi.
Mata yang disebut ocelli ini terbuat dari mineral aragonit, dan meskipun kecil dan primitif, mata ini diyakini dapat melihat dengan jelas, membedakan sosok dan cahaya.
Namun, beberapa spesies kiton memiliki bintik mata yang lebih kecil dan memiliki elemen yang lebih mirip individu, mata majemuk mirip dengan sisik serangga atau belalang sembah. Pot mata ini membentuk sensor visual yang didistribusikan ke seluruh cangkang chiton.
Sebuah studi baru yang menyelidiki asal usul penampilan visual khas chiton telah mengungkap evolusi mengejutkan dari hewan penghuni batu ini. Nenek moyang mereka mengembangkan mata mereka empat kali dengan dua cara berbeda, sehingga menghasilkan dua jenis sistem visual yang sangat berbeda saat ini.
Penelitian ini menunjukkan bagaimana evolusi memberikan solusi berbeda terhadap permasalahan dasar, seperti penggunaan cahaya untuk melarikan diri dari predator. Hal ini mirip dengan kepiting dan bentuk jalan samping tubuhnya yang dilakukan minimal lima kali.
“Kami tahu ada dua jenis mata, jadi kami tidak mengharapkan empat asal usul yang independen,” kata ahli biologi evolusi dan penulis studi Rebecca Varney dari University of California, Santa Barbara, seperti dilansir Science Alert, Minggu (17/3/2021). 2024).
“Bagi saya, chiton itu membuka matanya empat kali, dalam dua cara, sungguh menakjubkan.”
Para peneliti telah merekonstruksi sejarah evolusi ini dengan mengumpulkan fosil dan sampel DNA dari spesimen di Museum Sejarah Alam Santa Barbara. Hasilnya menunjukkan bahwa kedua sistem visual berevolusi dua kali berturut-turut.
Anehnya, kelompok chiton dengan struktur visual serupa tidak berkerabat dekat. Mereka adalah saudara jauh selama jutaan tahun.
Spesies dengan celah cangkang yang lebih sedikit cenderung memiliki mata cangkang yang lebih sedikit dan lebih kompleks.
Chiton dengan celah lebih besar nantinya membuat mata lebih banyak dan simpel.
Para peneliti menyimpulkan bahwa peran sejarah sifat dalam membentuk peristiwa evolusi sangat penting untuk memahami bagaimana dan mengapa sifat dapat berevolusi sesuai prediksi.