Sampul 6.
Pertemuan tinggi diadakan di Organisasi Kesehatan WHO (WHO), Jenewa, dan merupakan momen penting dalam memperkuat kerja sama dunia dalam TBC.
Di forum, Menteri Kesehatan hadir sebagai kepala Dr. Ringla Simau, sekretaris kesehatan Brasil dan daerah sekitarnya.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh para pemimpin sektor kesehatan dari berbagai negara, termasuk menteri kesehatan di Afrika Selatan, Filipina Vietnam, serta perwakilan organisasi global seperti WHO, Global Foundation, United, Keren Gates, Gabi, Bank Dunia dan lainnya.
Buddy Gonid Sadikin mengatakan Indonesia secara aktif terlibat dalam penelitian dan pengembangan vaksin di TBC. Salah satu bentuk keterlibatan adalah percobaan klinis vaksin tuberkulosis yang dilakukan dengan Galaxy Foundation GSK (GSK), yang mencakup lebih dari 2.000 peserta dari Indonesia.
“Indonesia telah menunjukkan komitmen nyata untuk mengembangkan vaksin untuk TBC.
Tidak hanya itu, Indonesia juga memeriksa kolaborasi strategis dalam pengembangan benih kekebalan berbasis imun dengan lift dan biofarma PT. Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya jangka panjang Indonesia tidak hanya untuk menjadi konsumen, tetapi juga produsen vaksin dalam tuberkulosis.
Kepala Menteri Kesehatan menekankan bahwa strategi vaksin dalam TBC dengan kebutuhan dan kemampuan masing -masing negara harus dikoordinasikan.
“Ada negara yang lebih baik yang siap untuk vaksin, sementara yang lain masih membutuhkan peningkatan diagnosis atau pengobatan, sehingga strategi vaksin tuberkulosis harus fleksibel dan kontekstual,” kata Body.
Pernyataan ini menyajikan pentingnya akses seragam ke perjuangan di TBC, terutama di negara -negara dengan sumber daya yang berbeda.
Salah satu masalah terpenting yang dibahas pada pertemuan VAC di TBC adalah pembiayaan untuk penelitian, produksi dan distribusi vaksin di TBC. Menkes Budi menguraikan pentingnya program keuangan campuran, terutama untuk negara -negara berpengalaman seperti Indonesia.
“Membiayai penelitian dan pengembangan vaksin dalam tuberkulosis tidak hanya bergantung pada satu sumber. Kita membutuhkan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta dan organisasi internasional,” katanya.
Pertemuan ini juga menekankan pentingnya mengintegrasikan program kekebalan tubuh dengan kesehatan dan perlindungan nasional pada kesehatan universal (UHC), sehingga rencana tersebut ada dan semua tingkat perusahaan dapat dipertahankan.
Sebagai langkah strategis di masa depan, Vac Tuberculosis berencana untuk memiliki tingkat pendanaan yang tinggi dan akses ke vaksin TBC di luar KTT G20, yang akan berlangsung pada November 2025 di Afrika Selatan. Sesi ini diharapkan untuk memotivasi dan pendanaan politik dari negara -negara keanggotaan G20 dalam upaya global untuk memberantas TBC.
Menteri Kesehatan mengungkapkan kepercayaan dan panggilan untuk bertindak dengan cepat. “Kita tidak bisa menunggu. Kita harus bergerak cepat, bersama -sama dan berani menyelesaikan tuberkulosis melalui inovasi vaksin,” katanya.
Dengan keterlibatan aktif Indonesia dalam forum internasional, serta kesiapsiagaan dalam studi klinis dan produksi vaksinasi, Menteri Kesehatan percaya bahwa Indonesia dapat menjadi bagian penting dari solusi global untuk mengakhiri tuberkulosis.