designsuperstars.net, Jakarta Kita adalah makhluk yang memiliki kebiasaan, ada kebiasaan baik dan buruk. Yang membedakan baik dari buruk adalah akibat negatif dari kebiasaan buruk.
Dampak negatifnya bisa memberatkan atau kontraproduktif, misalnya sembarangan membuang sampah yang mencemari lingkungan atau menelusuri media sosial hingga larut malam dapat menyebabkan insomnia dan kelelahan di pagi hari.
Konsekuensi yang berpotensi mengubah hidup dari penggunaan zat berbahaya, perilaku berisiko, dan kebiasaan buruk lainnya dapat membuat kita sakit, depresi, terisolasi, dan berisiko mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Apa yang membuat “kebiasaan” begitu sulit dihilangkan?
Dalam makalahnya tahun 2019, Habits and the Neuroscience of Purposeful Behavior, penulis Alana Mendelsohn, MD, PhD, berpendapat bahwa kebiasaan kita menghubungkan tujuan-tujuan penting untuk membuat perilaku kita lebih efisien, mengurangi beban keputusan yang kita hadapi, dan mempersiapkan energi mental kita untuk hari itu. dan tugas-tugas sulit.
Kebiasaan menurut definisinya adalah perilaku yang terjadi secara otomatis.
Yang membuat kita sulit menghentikan kebiasaan ini adalah kita melakukan rutinitas yang bahkan tidak kita sadari.
Kita jarang berhenti untuk memeriksa, menantang atau memikirkan bagaimana kebiasaan buruk kita dapat mempengaruhi kehidupan kita.
Dalam artikel New York Times tahun 2016 berjudul How to Build Healthy Habits in Your 20s, penulis Charles Duhick (jurnalis dan penulis buku psikologi The Power of Habit) menggambarkan siklus neurohabit sebagai proses tiga bagian. : Tip, prosedur dan penghargaan.
Rutinitas otomatis kita, atau yang disebut ‘kebiasaan’, adalah hasil dari sinyal. Kita melakukan kebiasaan atau rutinitas tanpa banyak berpikir, dan tindakan kita menghasilkan imbalan.
Misalnya, Anda tidak tertarik pada pekerjaan dan menantikan akhir pekan sebagai waktu untuk bersantai.
Setelah akhir pekan berakhir, Anda kembali ke kebiasaan negatif yang menurut Anda akan menenangkan Anda, seperti mengonsumsi lebih banyak makanan dan minuman yang enak namun tidak sehat dan terkadang menghabiskan banyak waktu dan uang untuk berbelanja online.
Salah satu dari perilaku atau kebiasaan ini dapat menjadi bagian ketiga dari siklus kebiasaan menghargai, mengalihkan perhatian Anda dari kecemasan antisipatif dalam minggu kerja yang penuh tuntutan.
Monica Vermani, seorang psikolog klinis yang berspesialisasi dalam pengobatan depresi, kecemasan, gangguan mood, dan kecemasan, mengatakan: Psych menawarkan enam strategi efektif untuk membantu menghentikan kebiasaan buruk ini, lapor Psychology Today, Kamis (25/4/2024). ).
1. Ciptakan kesadaran akan apa yang ingin Anda ubah:
Kesadaran selalu menjadi langkah pertama menuju perubahan yang berarti.
Anda berulang kali bekerja terlalu keras, menggunakan alkohol atau obat-obatan, berbelanja online, makan makanan enak namun tidak sehat, atau menonton televisi secara berlebihan untuk menghindari sensasi, situasi, atau skenario yang tidak menyenangkan.
Pikirkan tentang apa yang terbaik bagi Anda untuk menghentikan kebiasaan buruk ini.
2. Putuskan untuk berubah:
Berkomitmen untuk menghilangkan kebiasaan atau pola perilaku yang berdampak negatif.
Ingatlah bahwa kebiasaan buruk selalu menimbulkan akibat negatif. Ini adalah efek yang akan berdampak negatif pada hidup Anda.
3. Ketahui apa yang memicu kebiasaan yang ingin Anda hentikan:
Identifikasi situasi yang memicu perilaku tersebut dan tawarkan imbalan seperti perasaan tidak nyaman yang ingin Anda hilangkan dari hidup Anda.
4. Sebutkan pemicu dan isyarat Anda:
Jika Anda memerlukan bantuan untuk mengatasi trauma masa lalu, suasana hati yang buruk, kecemasan atau depresi, carilah bantuan profesional.
5. Tunjukkan kasih sayang pada diri Anda saat Anda mencoba melakukan perubahan dan mendapatkan bantuan serta dukungan saat Anda membutuhkannya. Beri diri Anda waktu untuk mencoba menghentikan kebiasaan ini.
6. Gantikan kebiasaan negatif ini dengan beberapa tindakan positif yang akan memberi Anda kesehatan dan kebahagiaan jangka panjang.