Wetland Virus alias WELV Ditemukan di China Lewat Gigitan Kutu, Apa Berpotensi Jadi Epidemi atau Pandemi?

0 0
Read Time:2 Minute, 33 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Wetland virus (WELV) menyebar ke manusia di China melalui gigitan kutu dan berpotensi menyebabkan gangguan otak.

WELV awalnya terdeteksi pada seorang pria berusia 61 tahun, yang dikatakan telah digigit kutu di sebuah taman di kawasan lahan basah yang luas di Tiongkok utara.

Diberitakan Live Science, mengutip New York Post, Selasa (9/10/2024), bahwa “pasien yang tidak disebutkan namanya menderita demam, sakit kepala, dan muntah lima hari setelah kunjungannya (ke taman).”

Lantas, apakah WELV berpotensi menjadi endemik atau epidemi?

Menurut ahli epidemiologi Dickie Budiman, WELV saat ini masih terbatas pada wilayah tertentu di China. Agar suatu virus dapat menjadi pandemi atau epidemi, virus tersebut harus memiliki kemampuan untuk menyebar lebih luas melalui vektor yang sama di berbagai negara.

“Jika kutu yang membawa vektor WELV ditemukan di wilayah lain di luar Tiongkok, termasuk Indonesia, maka risiko terjadinya epidemi akan meningkat. Jika kutu yang membawa vektor WELV ditemukan di wilayah lain di luar Tiongkok, termasuk Indonesia, maka risiko terjadinya epidemi akan meningkat,” Dickey. mengatakan dalam keterangan tertulis kepada Health designsuperstars.net, dikutip Rabu (11/9/2024): “Namun WELV saat ini berpotensi lebih besar menimbulkan epidemi lokal di daerah yang vektor endemiknya.”

Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman ekosistem dan populasi kutu yang tinggi di berbagai wilayah, berpotensi terkena dampak penyebaran virus yang ditularkan melalui kutu seperti WELV.

Dickey menyarankan agar Indonesia tetap waspada terhadap WELV karena pergerakan hewan dan manusia dari negara lain dapat membawa virus tersebut.

“Meski belum ada laporan kasus WELV di Indonesia, namun kita harus waspada karena pergerakan hewan atau manusia yang tertular dari negara lain dapat membawa vektor atau virus ini.”

“Jika WELV menyebar di Indonesia, kemungkinan terjadinya epidemi tergantung pada kemampuan kita mengendalikan populasi kutu, memantau infeksi, dan membendung kasus. Namun karena WELV memiliki gejala yang mirip dengan infeksi virus lainnya, seperti demam dan gejala yang tidak spesifik, Dickey menjelaskan, tantangan terbesarnya adalah diagnosis dini dan respons yang cepat.”

Dilihat dari sejarahnya, lanjut Dickey, WELV merupakan virus baru yang ditemukan di Tiongkok pada tahun 2019. Virus ini termasuk dalam famili Nairoviridae yang juga mencakup virus tick-borne lainnya, seperti demam berdarah Krimea-Kongo (CCHF).

WELV pertama kali ditemukan setelah seorang pasien di Tiongkok menderita demam dan disfungsi organ setelah digigit kutu di taman rawa.

Virus ini mampu menginfeksi manusia dan menimbulkan penyakit dengan berbagai gejala mulai dari demam, pusing, sakit kepala, hingga gejala neurologis yang serius.

Kasus WELV pertama ditemukan pada Juni 2019 ketika seorang pasien di Mongolia Dalam menunjukkan gejala demam dan kerusakan organ setelah terkena gigitan kutu. Investigasi epidemiologi tambahan menunjukkan bahwa virus ini juga terdapat di provinsi Heilongjiang, Jilin dan Liaoning di Tiongkok.

Pencegahan WELV terutama melibatkan pengendalian kutu dan perlindungan diri dari gigitan kutu. Beberapa langkah yang dapat Anda lakukan antara lain:

Hindari daerah rawan kutu, terutama daerah rawa atau daerah yang banyak dihuni hewan yang menjadi inang kutu.

Gunakan pakaian pelindung dan insektisida saat berada di area dimana kutu endemik.

Gunakan obat nyamuk yang mengandung DEET atau bahan aktif lain yang efektif untuk mencegah gigitan kutu.

Lakukan pemeriksaan tubuh secara menyeluruh setelah beraktivitas di luar ruangan untuk mendeteksi gigitan kutu.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D slot 1000 jepang slot lapaktoto