Jakarta – Pemerintah terus mewaspadai risiko yang akan dihadapi Indonesia jika Amerika Serikat kewalahan menghadapi keruntuhan ekonomi. Kepala Badan Kebijakan Moneter Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu), Bpk. Febrio Kacaribu mengatakan, sejauh ini pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang diharapkan karena kerusuhan yang terjadi di Amerika pasti sudah bisa diprediksi.
Ia mengatakan pada pertemuan Kementerian Keuangan di Jakarta, Selasa, “Ini memang organisasi yang bergerak, tapi kita akan terus mencermati karena kita harus mengantisipasi kekacauan. 8/2024).
Pak Febrio mengakui bahwa kondisi perekonomian Amerika saat ini lebih rendah dari ekspektasi pemerintah Indonesia. Salah satunya soal tingkat pengangguran yang akan lebih tinggi dari perkiraan.
Lalu kebijakan suku bunganya, pasar sebenarnya sudah melihat akan dipangkas lebih awal, bahkan di awal tahun. Namun dari Indonesia, kami melihat dinamika dan ekspektasi suku bunga sudah berubah sejak awal tahun, jelasnya.
Ia juga menjelaskan, pemerintah sejak awal melihat ekspektasi Bank Sentral AS atau The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar tiga kali lipat, namun ternyata hal itu berubah pada pertengahan tahun atau beberapa bulan kemudian .
“Sekarang, dengan data terbaru, kita mungkin melihat konsensus yang mengarah pada pengurangan lebih lanjut,” tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Airlangga Hartarto juga mewaspadai pelemahan ekonomi Amerika Serikat yang akan menyebabkan keluarnya uang dari pasar dalam negeri atau larinya modal Indonesia ke Amerika. Karena hal ini akan membuat tingkat bunga dalam negeri lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi.
Namun kita juga tahu bahwa kita harus memastikan tidak terjadi penerbangan besar-besaran karena perbedaan suku bunga Indonesia dan negara lain, termasuk dolar AS, kata Airlangga.
Oleh karena itu, Airlangga berharap suku bunga bank sentral atau The Fed bisa diturunkan pada kuartal IV 2024. Sebab, kalau kita lihat tingkat suku bunga kita dibandingkan dengan tingkat inflasi, kesenjangannya sangat besar, kata Airlangga.