Sasando: Alat Musik Ajaib dari Rote yang Mendunia

Read Time:6 Minute, 23 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Sasando, alat musik tradisional asal Pulau Rote, Mala Tengara Timur, merupakan warisan budaya yang patut diketahui dan dilestarikan masyarakat Indonesia. Keunikan Sasand terletak pada ciri khas bentuk daun lontar yang berbentuk setengah lingkaran serta bunyinya yang merdu dan romantis.

Alat musik petik ini menjadi ikon budaya Indonesia yang mendunia, bahkan tampil di berbagai ajang internasional.

Sasando dimainkan dengan cara dipetik jari, mirip dengan memainkan kecapi atau kecapi. Namun teknik bermain Sasand mempunyai keunikan tersendiri dimana kedua tangan pemainnya bergerak berlawanan arah sehingga menghasilkan melodi dan akord yang harmonis.

Sumber bunyi Sasando berasal dari getaran seutas tali yang diikatkan pada tabung bambu dengan resonansi yang ditimbulkan oleh wadah daun lontar yang disebut haiku.

Popularitas Sasand telah menyebar ke luar Nusa Tenggara Timur dan Indonesia. Alat musik ini pernah tampil di berbagai event internasional, antara lain KTT ASEAN ke-42 dan side event G20 di Labuan Bajo. Keindahan suara Sasand dan wujudnya yang unik berhasil memikat hati banyak orang sehingga menjadikannya sebagai duta budaya Indonesia yang membanggakan di kancah dunia. Berikut designsuperstars.net berikan ulasan detail mengenai Sasand, Senin (12/08/2024).

Sasando merupakan alat musik chordophone yang artinya sumber bunyinya adalah dawai atau senar yang bergetar. Dari situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Kemenparekraf, Sasando memiliki keistimewaan tersendiri pada kelompok alat musik petik ini. Bentuknya yang khas, terbuat dari daun lontar yang dibengkokkan setengah lingkaran, menjadikan Sasando mudah dikenali dan berbeda dengan alat musik petik lainnya.

Keunikan Sasand tidak hanya terletak pada bentuknya, namun juga pada suara yang dihasilkannya yang terkenal memiliki resonansi yang indah dan romantis.

Struktur Sasando terdiri dari beberapa bagian utama yang menjalankan fungsi tertentu. Bagian utama Sasand terbuat dari tabung bambu pilihan khusus. Pada bagian atas dan bawah tabung bambu ini terdapat tempat untuk mengatur dan mengatur tegangan senar.

Bagian tengah bambu dilengkapi dengan senda atau penyangga yang berfungsi untuk mengencangkan senar dan mengatur tangga nada. Sementara itu, mangkuk resonansi yang disebut haiku terbuat dari anyaman daun lontar, sehingga memberikan karakter suara yang unik pada Sasand. Warisan budaya Sasando

Sasando merupakan warisan budaya takbenda yang diakui di tingkat nasional dan internasional. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud, alat musik ini memiliki sejarah panjang yang erat kaitannya dengan cerita leluhur masyarakat Rota.

Berbagai versi legenda setempat menceritakan asal muasal Sasand, dimulai dari kisah Sanguana yang berakhir di Pulau Ndana, dan diakhiri dengan kisah Pupuk Soroba yang terinspirasi dari jaring laba-laba. Adanya cerita-cerita tersebut menunjukkan betapa pentingnya Sasando dalam kehidupan sosial dan budaya masyarakat Rota.

Perkembangan Sasand tidak berhenti pada bentuk tradisionalnya saja. Berkat kemajuan teknologi, kini telah tercipta Sasando elektrik yang mampu menghasilkan suara lebih keras dan dapat digunakan dalam pertunjukan skala besar.

Menurut pemerintah Kabupaten Rotendao, Sasando listrik pertama kali diciptakan oleh Arnoldus Edon pada tahun 1960an. Meski mengalami modernisasi, namun esensi dan keunikan Sasand masih tetap ada, termasuk penggunaan daun lontar sebagai resonator untuk mempertahankan karakter soniknya yang khas.

Popularitas Sasand telah melampaui batas negara, dan ia menjadi salah satu duta budaya Indonesia di kancah internasional. Dilansir dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sasando telah tampil di berbagai ajang bergengsi, antara lain KTT ASEAN ke-42 dan ajang paralel G20 di Labuan Bajo.

Padahal, Sasando sebelumnya merupakan oleh-oleh yang dihadiahkan Ibu Iriana Joko Widodo kepada Ibu Negara Tiongkok, Ibu Peng Liyuan. Bentuk, bahan, dan melodi Sasand yang unik berhasil memikat hati banyak orang sehingga menjadikannya salah satu ikon budaya Indonesia yang diakui dunia.

Sasando dimainkan dengan cara yang unik dan memerlukan keahlian khusus. Menurut pemerintah Kabupaten Rotendao, Sasando dipilih dengan jari kedua tangan mengarah berlawanan. Tangan kanan memainkan akord dan tangan kiri memainkan melodi atau bass.

Teknik bermain ini memerlukan harmonisasi nuansa dan teknik untuk menghasilkan suara yang benar dan melodis. Keterampilan memetik jari sangat penting, terutama ketika memainkan nada-nada dengan tempo cepat. Sumber suara

Sumber bunyi sasando berasal dari getaran seutas tali yang diikatkan pada tabung bambu. Bagian tabung bambu dilengkapi dengan senda atau penyangga yang berfungsi untuk mengencangkan senar dan mengatur keseimbangan. Keunikan bunyi Sasand terletak pada resonansi yang ditimbulkan oleh mangkok yang terbuat dari anyaman daun lontar yang disebut haik. Resonansi ini menimbulkan suara khas yang tidak dapat ditemukan pada alat musik lain, sehingga menciptakan melodi yang indah, romantis, dan mudah dikenali. Teknik permainan

Teknik memainkan sasanda memerlukan latihan yang intensif dan pemahaman yang mendalam tentang hakikat alat musik ini. Pemain sasando harus mampu mengkoordinasikan gerakan kedua tangannya agar tercipta keselarasan yang baik.

Seperti yang diumumkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, petikan Sasand ini memberikan suara yang sangat indah dan romantis sehingga cocok untuk mengiringi berbagai jenis lagu, mulai dari musik tradisional hingga lagu modern. Keunikan bunyi inilah yang menjadikan Sasando menjadi daya tarik tersendiri dalam berbagai pertunjukan musik.

Dalam perkembangannya gameplay Sasand telah mengalami beberapa kali modifikasi. Menurut pemerintah Kabupaten Rotendao, saat ini sudah ada sasando elektrik yang dapat dimainkan dengan alat elektronik seperti amplifier. Sasando elektrik ini sering digunakan di panggung besar atau pertunjukan kekinian. Meski menggunakan teknologi modern, namun teknik dasar memainkan sasand tetap dipertahankan untuk menjaga keaslian suara dan ciri khas alat musik ini. Mitos

Keahlian memainkan sassand seringkali diturunkan dari generasi ke generasi di perusahaan Rota. Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat mitos di kalangan pemain Sasand bahwa seseorang yang ingin menambang sumur Sasand harus menangkap seekor laba-laba, lalu menghancurkannya dan kemudian mencampurkannya dengan minyak kelapa. Kemudian minyaknya digunakan dengan cara diperas pada jari.

Meski hanya mitos, namun cerita ini menunjukkan pentingnya keterampilan jari dalam memainkan sasand, serta eratnya hubungan antara alat musik tersebut dengan alam dan kepercayaan lokal masyarakat Rota.

Sasando sebagai alat musik tradisional yang telah berkembang selama berabad-abad memiliki beberapa jenis yang berbeda-beda. Menurut pemerintah Kabupaten Rotendao, berdasarkan perkembangannya, sasando dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu tradisional dan elektrik.

Sasando tradisional merupakan bentuk asli yang dimainkan tanpa peralatan elektronik seperti amplifier atau akustik. Sedangkan Sasando elektrik merupakan jenis yang sudah dimodifikasi untuk dimainkan dengan alat musik elektronik yang biasa digunakan dalam pertunjukan besar atau panggung modern. Suara karakter

Dilihat dari ciri bunyinya, Sasando mempunyai beberapa jenis yang berbeda-beda. Menurut Pemerintah Kabupaten Rotendao, ada Sasando engkel, Sasando ganda, Sasando gong dan Sasando viol. Sasando engkel merupakan jenis yang memiliki 28 senar, sedangkan sasando ganda biasanya memiliki 56 atau 84 senar sehingga dapat menghasilkan suara yang lebih bervariasi.

Sasando gong merupakan jenis yang menghasilkan bunyi mirip gong, sedangkan biola sasando mempunyai bunyi mirip alat musik biola.

Sasando gong sebagai salah satu jenis sasando tertua mempunyai ciri khas yang unik. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sasando gong khas Pulau Rota merupakan sasando asli dengan 12 senar yang terbuat dari bahan nilon. Ketika dipetik, gong sasando mengeluarkan suara yang merdu, lembut dan merdu. Sasandu jenis ini sering dimainkan sebagai pengiring lagu-lagu tradisional masyarakat Rota sehingga penting dalam pelestarian budaya musik daerah.

Sedangkan biola sasando merupakan hasil modifikasi yang dikembangkan di Kupang pada akhir abad ke-18. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, biola Sasando diciptakan oleh Edu Pach, seorang pemain Sasando berpengalaman.

Berbeda dengan sasando gong, biola sasando mempunyai bentuk yang lebih besar dan dilengkapi dengan 48 senar. Modifikasi ini bertujuan untuk memperoleh suara yang halus dan melodis, seperti biola. Biola sasando sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu dalam tarian tradisional masyarakat Mali Tenggara Timur. Inovasi

Kemajuan teknologi membawa inovasi ke dunia Sasand dengan terciptanya Sasand listrik. Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sasando listrik pertama kali diciptakan oleh Arnoldus Edon pada tahun 1960an. Motivasi penciptaan ini adalah keinginan untuk memperluas jangkauan suara Sasand yang sebelumnya hanya terdengar dari jarak dekat.

Sasando elektrik biasanya terdiri dari 30 senar dan masih menggunakan daun lontar sebagai badan resonatornya agar tetap mempertahankan bentuk aslinya. Perbedaan utamanya adalah pada penambahan kumparan atau transduser yang mengubah getaran senar menjadi energi listrik, yang kemudian diproses melalui amplifier sehingga menghasilkan suara yang lebih nyaring.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Terpopuler Otomotif: SIM Habis Masa Berlaku Tetap Bisa Dipakai, Jadwal Contraflow Tol Cikampek
Next post LG di IFA 2024: Suguhkan Konsep Rumah Pintar Masa Depan dengan AI yang Lebih Berempati
PAY4D slot jepang slot 1000 jepang slot lapaktoto