Agar Women Support Women Tak Hanya Jadi Jargon Semata untuk Majukan Sesama Perempuan

Read Time:3 Minute, 40 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Perempuan mendukung perempuan, banyak orang yang mendengar tentang kampanye yang bertujuan untuk mempromosikan pemberdayaan perempuan. Apakah itu benar-benar terjadi atau hanya sekedar jargon belaka?

Lingkungan Puteri Indonesia 2024 Sophie Kirana meyakini hal itu sebenarnya mungkin dan harus dilakukan. Kalau bukan perempuan, siapa lagi? Tidak mungkin laki-laki, ujarnya saat ditemui tim Lifestyle designsuperstars.net saat seminar edukasi keuangan di BCA beberapa waktu lalu.

Dukungan yang diberikan perempuan, lanjutnya, tidak harus besar. Ia mencontohkan pengalamannya selama mengikuti kontes Miss Indonesia 2024. Meski saling bersaing, ia dan rekan-rekan finalisnya dulu bisa saling membantu.

“Semudah pakai baju, resletingnya susah dilepas, pasti bantu di punggung…sesederhana itu. Ini contoh nyata perempuan dukung perempuan,” ujarnya.

Ia pun sepakat kampanye ini harus terus dilanjutkan guna mengetahui apakah perempuan masih meragukan kemampuan perempuan lain. Kalaupun ada wanita yang diperlakukan lebih, sebagian wanita akan curiga bahwa itu adalah keistimewaan bagi mereka yang cantik.

“Iya mungkin keistimewaan kecantikan itu ada, tapi itu hanya kecantikan, tanpa otak dan akhlak, kita tidak bisa kemana-mana, kita selalu terjebak disana, kita cantik. Tapi kalau misalnya kamu baik, kamu juga punya sikap yang baik. dan mereka pintar, semua orang suka dan semua orang akan menggunakannya (kekuatannya) lagi,” ujarnya.

“Menjadi cantik itu hanya kesempatan pertama. Kalau misalnya otaknya tidak bagus, orang tidak akan senang mengambilnya lagi, bukan?” lanjut Sophie.

Amanda Simanjuntak, pendiri dan CEO Markoding mengatakan hal tersebut. Ia menjelaskan, kampanye dukungan terhadap perempuan merupakan hal yang patut dilakukan karena perempuanlah yang bersimpati terhadap penderitaan perempuan lainnya. Selain itu, ada prasangka atau kesalahpahaman terhadap perempuan yang harus dipatahkan.

“Mungkin kita sering mendengarnya, misalnya dulu dari keluarga, kalau investasi di bidang pendidikan, mungkin laki-laki dulu, lalu di dunia kerja kita masih sering mendengar ada kesenjangan upah atau standar upah yang berbeda – beda untuk perempuan. dan laki-laki, kalau perempuan cari kerja, biasanya mau ditanya mau nikah apa nggak? Mau punya anak? Karena dikira pekerjaannya berkurang. Nggak nanya,” jelasnya. .

Pada dasarnya, kata Manda, perempuan membutuhkan kesempatan yang sama. Oleh karena itu, perempuan yang menduduki jabatan tinggi didorong untuk membuka peluang bagi perempuan lain yang memiliki keterbatasan atau bahkan tidak mendapat dukungan dari lingkungannya.

“Padahal, tugas kita adalah memberdayakan perempuan lain,” ujarnya.

Di sisi lain, Manda mengakui banyak kasus perempuan yang mempermalukan perempuan lain. Namun, dia tidak setuju dengan alasan tersebut. Pasalnya, perilaku saling menghina ini tidak hanya terjadi antar perempuan saja, tapi bisa juga terjadi antara laki-laki dengan perempuan dan antar laki-laki.

“Ini (perempuan memakai baju perempuan) sebenarnya terkait dengan representasi di media, di iklan, di film, dimana di berita, di media sosial dikatakan perempuan memakai baju perempuan, padahal bukan bukan seperti itu. Menurut saya, tidak boleh menghormati perempuan yang merendahkan perempuan. “Ini hal yang netral,” ujarnya.

Untuk menghindari hal tersebut, Anda memerlukan kemampuan berempati sebagai seorang wanita. “Kalau kita punya rasa belas kasihan, kita bisa menempatkan diri kita pada posisi perempuan lain. Kita pasti ingin memberdayakan mereka, bukannya merendahkan mereka,” yakinnya.

Berangkat dari kesadaran masyarakat tersebut, bersama Yayasan Dian Sastrowardoyo dan Magnifique mengadakan program kreatif untuk perempuan yang tahun ini masuk III. Program ini dilakukan untuk memfasilitasi perempuan yang ingin belajar dan berkarir di bidang IT.

Sementara itu, psikolog anak, remaja, dan keluarga Rosdiana Setyaningrum menilai dukungan perempuan terhadap perempuan lebih dari sekedar jargon karena perempuan ingin berbagi. Memiliki sifat ekspresif, yaitu kemampuan mengekspresikan emosi dengan baik, wanita mudah bersosialisasi

“Terbukti perempuan lebih mau belajar dan berbagi karena lebih emosional dan ekspresif. Perempuan mudah mengadakan acara networking, karena laki-laki wajar saja, entah kenapa, mereka tidak terlalu tertarik,” ujarnya.

Jika perempuan kebanyakan membangun hubungan pada hal-hal yang menyangkut kepentingan banyak orang, maka laki-laki lebih memilih membangun hubungan pada hal-hal yang menyangkut kepentingannya. “Jadi laki-laki, misalnya networking, kalau main golf atau olah raga lain sebagai hobi ya, sambil olah raga sambil networking. Kalau perempuan, bisa networking saja,” ujarnya dalam waktu berbeda.

Di sisi lain, ada ciri-ciri perempuan yang secara alami mengasuh atau merawat atau melindungi. Di sisi lain, atribut ini diperlukan tetapi bisa menjadi tidak berguna jika cemburu. “Dia nggak usah ngurus orang lain kan? Dia bisa ngurus keluarga aja, atau ngurus dirinya sendiri aja,” ucapnya.

Oleh karena itu, agar perempuan bisa berempati dengan perempuan lain, diperlukan keterampilan koneksi. Jika mereka tidak bisa bekerja sama, dia meminta untuk mencari tahu alasannya. “Apakah karena kurang percaya diri sehingga merasa takut, merasa tidak setuju? Atau takut dikalahkan sehingga tidak mau bekerja sama? Solusinya adalah percaya pada diri sendiri. “

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Penelitian Sebut Diet Atlantik Bisa Perkecil Lingkar Pinggang, Apa yang Dikonsumsi?
Next post Menangis Punya Dampak bagi Kesehatan Kulit Selain Buat Mata Sembab