AI Membuat Perangkat Pintar Semakin Mudah Diretas, Ini Cara Tetap Aman

Read Time:1 Minute, 32 Second

JAKARTA – Kemajuan teknologi ibarat pedang bermata dua. Jika tidak dimanfaatkan dengan bijak maka akan menimbulkan kerugian. Di satu sisi, ketersediaan teknologi juga semakin memudahkan, namun ancaman kejahatan siber selalu mengintai.

Hal ini juga berlaku untuk perangkat pintar seperti jam, bel pintu, sistem keamanan rumah, lampu, dan perangkat Internet of Things (IoT) lainnya. Perangkat berkemampuan AI memerlukan penyesuaian pengguna untuk menyimpan data penting.

Produsen mengumpulkan data pengguna dalam jumlah besar untuk memastikan perangkat pintar ini responsif dan dipersonalisasi. Hal ini tentu saja berisiko dieksploitasi oleh penjahat dunia maya, seperti peretas, yang ingin mencuri data.

Dari Wawancara Rabu (17/4/2024) Seiring semakin populernya AI, konsumen juga harus semakin pintar. Agar tetap aman dari serangan dunia maya, Anda harus memahami pentingnya perlindungan yang tepat.

Konsep IoT muncul ketika teknologi mulai menghubungkan perangkat fisik sehari-hari seperti lemari es, penyedot debu, dan bel pintu ke internet. Saat ini diperkirakan ada sekitar 17 miliar perangkat IoT di seluruh dunia.

Sebelum adanya AI, perangkat IoT biasanya memiliki fungsi yang lebih sederhana dan statis, sehingga mengurangi risiko privasi dan keamanan data. Perangkat ini dapat terhubung ke Internet dan melakukan tugas terprogram tertentu, seperti mematikan lampu dari jarak jauh.

Namun, perangkat ini tidak dapat belajar dari interaksi pengguna atau menyesuaikan fungsinya seiring berjalannya waktu. Produsen mengintegrasikan AI ke dalam perangkat IoT untuk “memahaminya” dan melayani kebutuhan dan perilaku pengguna dengan lebih baik.

Namun, hal ini membuatnya lebih dapat diandalkan. Dengan tertanamnya AI pada perangkat-perangkat ini, hal ini membuka jalan baru bagi penjahat dunia maya. Misalnya, seorang peretas dapat menggunakan login tersebut untuk secara sengaja menyebabkan AI pada perangkat tidak berfungsi. Mereka juga dapat “meracuni” data pelatihan untuk membuat model AI berperilaku tertentu.

Selain itu, penjahat dunia maya dapat memperoleh data pelatihan AI melalui serangan konversi model. Jika model AI dibuat berdasarkan data pribadi atau sensitif, mereplikasi model tersebut dapat mengungkapkan informasi yang harus dirahasiakan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Jalankan ESG, LPKR Libatkan Mitra Strategis
Next post Kado HUT ke-79 RI, Pelajar Indonesia Sabet 8 Medali di Olimpiade Kebumian