designsuperstars.net, Jakarta – Perut seringkali menjadi masalah yang mengganggu rasa percaya diri, dan banyak orang mencari cara efektif untuk menguranginya. Salah satu cara yang sering dibicarakan adalah konsumsi protein. Namun, benarkah protein bisa membantu mengecilkan perut buncit?
Menurut Guru Besar Bidang Biokimia Gizi IPB University, Prof. Dr. Protein Forester dapat membantu mengurangi lemak tubuh dalam beberapa cara, termasuk lemak perut.
Pertama, protein membantu Anda merasa kenyang. Ketika kita mengonsumsi makanan yang tinggi protein, kita bisa mengendalikan nafsu makan dan mengurangi keinginan untuk makan berlebihan. Seiring dengan pengelolaan makanan yang baik, kadar glukosa darah juga lebih stabil yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan metabolisme tubuh.
Selain itu, proses pemecahan protein dalam tubuh membutuhkan energi. “Protein ini unik karena tubuh membutuhkan energi untuk memecahnya,” kata Forester kepada Health designsuperstars.net dalam perbincangan baru-baru ini dengan Herbalife Indonesia.
Efek ini memaksa tubuh untuk menggunakan sumber energi, lemak (glikogen) dan lemak yang disimpan.
Artinya, tubuh mulai membakar lemak, termasuk lemak perut, untuk memenuhi kebutuhan energinya, ujarnya.
Rimbawan menambahkan, “Suka atau tidak, lemak di tubuh kita berkurang sehingga membuat tubuh lebih ramping.”
Namun, ia mengingatkan pentingnya menyeimbangkan makanan dengan protein dan pola makan seimbang serta olahraga teratur untuk hasil terbaik.
Menurutnya, kadar kolesterol secara umum lebih berkaitan dengan konsumsi banyak lemak atau kolesterol, namun tidak secara langsung dengan kadar protein yang digunakan.
Meski demikian, Forester menjelaskan terdapat hubungan tidak langsung antara konsumsi protein hewani dengan kolesterol tinggi. “Kalau kita konsumsi protein hewani tapi sumbernya dari daging dan banyak lemak, nyatanya akan berpengaruh pada kolesterol,” imbuhnya.
Oleh karena itu, Forester menyarankan untuk lebih selektif dalam memilih sumber protein. “Pilih protein yang rendah lemak. Misalnya kalau minum susu, pilih susu skim. Kalau makan ayam, pilih bagian ayam tanpa kulit,” imbuhnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya memperhatikan kualitas sumber protein yang digunakan, terutama bagi mereka yang ingin menjaga kadar kolesterol. “Makanan kaya protein tetap bisa menjadi bagian dari pola makan sehat jika dipilih dengan bijak.” kata Rimbawan.
Mengonsumsi terlalu banyak protein dapat berdampak buruk bagi kesehatan, apalagi jika tidak dikelola dengan baik. Profesor Rimbawan menjelaskan banyak gejala yang terlihat ketika seseorang kelebihan protein, terutama yang dapat mengganggu fungsi ginjal.
Menurut Prof. Rimbawan, salah satu gelar utama yang bisa diperoleh melalui tes penelitian. “Jika metabolisme protein terganggu maka kadar ureum darah akan meningkat. Selain itu, kadar kreatinin darah seringkali tinggi,” ujarnya. Selain di darah, kadar ureum juga bisa dideteksi di urin.
Ia menambahkan, tingginya kadar ureum dan kreatinin merupakan indikator penting yang harus dipantau. “Kondisi ini mungkin mengindikasikan bahwa ginjal mulai mengalami gangguan fungsi,” kata sang profesor. Jika asupan protein dihentikan, hal ini dapat memperburuk gagal ginjal.
Untuk menghindari risiko ini, Prof. Para ahli kehutanan menganjurkan pengelolaan protein yang tepat sesuai kebutuhan tubuh. “Langkah ini sangat penting untuk menjaga kesehatan ginjal dan mencegah komplikasi lainnya,” imbuhnya.
Protein sangat penting bagi tubuh kita. Sebagai “bahan penyusun”, protein terdiri dari rantai asam amino yang mendukung berbagai fungsi vital tubuh.
Prof. Para ahli kehutanan menunjukkan bahwa protein memiliki peran besar, mulai dari pertumbuhan dan perbaikan jaringan, pembentukan enzim dan hormon, hingga penguatan sistem kekebalan tubuh.
Manfaat protein tidak hanya terbatas pada perbaikan sel-sel tubuh yang rusak saja, namun juga penting untuk kesehatan otot. Protein mendukung proses pembentukan dan perbaikan otot, membantu produksi antibodi untuk melindungi tubuh dari infeksi, serta mengatur rasa kenyang untuk mengontrol kalori dan mendukung pengelolaan berat badan.
Kebutuhan protein setiap individu mungkin berbeda-beda, tergantung pada usia, jenis kelamin, berat badan, dan tingkat aktivitas fisik. Secara umum, pria membutuhkan protein sebanyak 65 gram per hari, sedangkan wanita membutuhkan 60 gram, sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Pemerintah Indonesia Nomor 29 Tahun 2019.
Namun bagi mereka yang memiliki kekuatan fisik tinggi, seperti atlet, kebutuhan proteinnya mungkin lebih tinggi, ujarnya.
Pria yang juga anggota Dewan Penasihat Nutrisi Herbalife ini menambahkan: “Dalam jangka panjang, protein juga berperan dalam menjaga kesehatan otot dan mencegah hilangnya massa otot normal. Selain itu, protein dapat meningkatkan kekuatan tulang dan berat badan, yang penting untuk mencegah osteoporosis di usia tua.
Sebagai perusahaan yang berfokus pada kesehatan, Herbalife mendorong edukasi masyarakat mengenai pentingnya konsumsi protein melalui berbagai kampanye, seperti Pekan Sarapan Pagi Nasional (PESAN) yang telah berlangsung sejak tahun 2016.