AstraZeneca Tarik Vaksin COVID-19, Pakar Sebut Efek Samping Langka TTS Belum Tunjukkan Penambahan

Read Time:2 Minute, 49 Second

designsuperstars.net, perusahaan vaksin AstraZeneca yang berbasis di Jakarta menarik kembali produknya dari seluruh dunia. Penarikan ini dilakukan setelah muncul diskusi tentang dampak pembekuan darah yang jarang terjadi.

Namun AstraZeneca tidak menyebut trombositopenia menjadi alasan penarikan kembali vaksin COVID-19 yang mereka keluarkan.

Terkait dampak vaksin AstraZeneca, ahli epidemiologi Dicky Budiman mengatakan hingga Mei 2024, pihaknya belum melihat adanya penambahan kasus trombosis dan trombositopenia (TTS).

“Kalau bicara kasus TTS, sejauh ini saya belum menemukan atau menerima penambahan kasus hingga bulan Mei ini. Jadi yang paling banyak dipertanyakan adalah kasus-kasus lama, kata Dicky kepada Health designsuperstars.net melalui pesan suara, Jumat (10/5/2024).

Sedangkan masyarakat penerima vaksin AstraZeneca umumnya disuntik pada pertengahan atau akhir tahun 2023.

“Kalau kita bicara risiko efek TTS, tentu kalau itu terjadi, maka ada potensi risikonya. TTS itu ada dua jenis, ada yang ringan dan ada yang berat.”

Risiko terjadinya TTS umumnya kecil atau dapat diabaikan, dan penerima vaksin yang mengalami pembekuan darah parah hanya memiliki sedikit kasus.

“Banyak yang ringan dan sedang, bahkan tidak terdiagnosis dan gejalanya bisa hilang atau hilang. Kalau TTS parah bisa menyebabkan kematian karena ada emboli (penyumbatan) di paru atau jantung, artinya kematian jika tidak terdeteksi. segera,” jelas Dicky.

Sebelumnya, Dicky menjelaskan, TTS merupakan kondisi langka yang terjadi setelah vaksinasi COVID-19, terutama setelah mendapat vaksin AstraZeneca.

“Disebut langka, artinya tidak semua akan seperti ini, tapi hanya sedikit dan itu angka yang sangat kecil. “TTS ini terjadi ketika terjadi pembekuan darah yang tidak normal, yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit atau yang disebut dengan trombositopenia,” jelas Dicky.

Rendahnya angka kejadian trombositopenia ditunjukkan dengan angka kejadian yang hanya 8,1 kejadian per juta penerima vaksin. Pada saat yang sama, angka kematian akibat dampak langka ini bahkan lebih jarang lagi, yaitu 1 dalam sejuta.

“Risiko setelah dosis pertama AstraZeneca, risiko tertular TTS adalah 8,1 kasus per juta penerima vaksin, jadi rendah.”

Nah, setelah dosis kedua, (kasus) turun menjadi 2,3 kasus per juta penerima vaksin. Jadi (risikonya) turun, jadi jangan khawatir, kata Dicky.

Secara klinis, trombositopenia dapat terjadi karena adanya reaksi imun terhadap vaksin. Hal ini terjadi ketika tubuh penerima vaksin AstraZeneca membuat antibodi yang menyerang sel darah dan kemudian menyebabkan pembekuan darah tidak normal.

Kabar baiknya adalah pengobatan trombositopenia semakin membaik sehingga angka kematian akibat dampak ini menjadi lebih terkendali.

“Kalau bicara pengobatan, tentu kalau ada efek samping yang harus dilakukan pertama-tama adalah segera memeriksakan diri ke dokter. Harus ke rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat,” kata Dicky.

Ia mengatakan, efek TTS sudah terlihat setidaknya sebulan setelah penyuntikan. Oleh karena itu, jika gejalanya muncul setelah satu bulan, maka efeknya sangat lemah dibandingkan dengan vaksin.

Terkait penarikan vaksin AstraZeneca di seluruh dunia, pihak perusahaan menyebut hal itu disebabkan oleh menurunnya permintaan vaksin COVID-19 bernama Vaxzevria.

Vaksin yang dikembangkan bekerja sama dengan Universitas Oxford ini telah menjadi salah satu vaksin COVID-19 terkemuka di dunia. Lebih dari 3 miliar dosis telah diberikan sejak pertama kali diberikan di Inggris pada 4 Januari 2021.

Sayangnya, vaksin tersebut belum menghasilkan pendapatan bagi AstraZeneca sejak April 2023, kata perusahaan tersebut.

“Dengan beragamnya varian vaksin COVID-19 yang telah dikembangkan, terdapat keuntungan dari tersedianya vaksin yang lebih baru. Hal ini menyebabkan penurunan permintaan terhadap Vaxzevria, yang tidak lagi dikembangkan atau dirilis,” kata AstraZeneca. dalam keterangannya, mengutip CNN, Jumat (10/5/2024).

Oleh karena itu, AstraZeneca telah mengambil keputusan untuk memulai pencabutan izin edar Vaxzevria di Eropa.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Nintendo Tutup Layanan Perbaikan Konsol Game Wii U, Ini Alasannya
Next post Mata Panda Kerap Dianggap Sama dengan Kantung Mata, Ini Perbedaan dan Cara Mengatasi