Belum Waktunya, Penerapan 4 Hari Kerja Sepekan Bikin Kacau Bursa

Read Time:4 Minute, 54 Second

designsuperstars.net, Jakarta Baru-baru ini, Jerman sedang menguji coba 4 hari kerja dalam seminggu. Jerman telah memulai fase percontohan 4 hari kerja dalam 7 hari untuk 45 perusahaan. Meski hari kerja dikurangi, gaji pekerja Negeri Panzer tetap tidak berubah.

Melanjutkan hal tersebut, Organisasi Konsumen Indonesia (YLKI) mengusulkan agar pemerintah juga menerapkan sistem serupa di Indonesia. Alih-alih meningkatkan produktivitas, pengurangan hari kerja justru berdampak pada mekanisme perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ketua Komite Asosiasi Industri Efek Indonesia (APEI) John C.P. Tambunan mengatakan penerapan empat hari kerja dalam seminggu belum diterapkan di Indonesia. Pasalnya, Indonesia masih tergolong negara berpendapatan menengah atas berdasarkan data Bank Dunia. Sedangkan jumlah pekerja formal sekitar 55,2 juta jiwa, lebih sedikit dibandingkan jumlah pekerja informal yang sekitar 83,3 juta jiwa. “Jadi penerapan 4 hari kerja tidak akan efektif di Indonesia,” kata John kepada designsuperstars.net, Selasa (13 Februari). / 2024).

Lebih khusus lagi, mengoperasikan bursa empat hari dalam seminggu berdampak negatif pada bursa. Menurut dia, 5 hari kerja saat ini dirasa kurang dan perlu ditambah. Penambahan tersebut bertujuan untuk mengatur waktu trading forex.

“Karena saat kami tutup pada hari Sabtu, pasar AS masih beroperasi. Itu juga yang menjadi alasan mengapa Departemen berencana menambah jam perdagangan, menambahkan 1 jam pada awalnya agar serupa dengan pasar Singapura dan menambahkan 1 jam agar hampir sinkron. setelah pasar Singapura tutup,” jelas John.

Direktur Perdagangan dan Peraturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, dampak penerapan empat hari kerja dalam seminggu perlu diteliti lebih lanjut. Namun secara umum, Irvan menjelaskan, jika negara lain memiliki lima hari kerja atau hari perdagangan, sedangkan Indonesia hanya memiliki empat hari kerja, maka ada waktu untuk menyesuaikan dengan perkembangan informasi dan perdagangan di negara lain agar sesuai dengan Indonesia.

“Contoh sederhananya kalau kita pergi berlibur, padahal bursa lain masih buka. Misalnya, jika pasar global jatuh saat kita sedang berlibur, saat kita buka, penurunannya bisa langsung terjadi. Tapi untuk dampak secara keseluruhan akan dilakukan penilaian terlebih dahulu,” kata Irvan.

Sebelumnya beberapa negara di dunia telah menerapkan 4 hari kerja dalam seminggu, yang terbaru adalah Jerman. Melanjutkan hal tersebut, Organisasi Konsumen Indonesia (YLKI) mengusulkan agar pemerintah menerapkan sistem 4 hari kerja di Indonesia. Kebijakan ini disebut-sebut akan membuat karyawan lebih bahagia sehingga meningkatkan produktivitas.

Sayangnya, jam kerja 4 hari dalam seminggu dinilai kurang efisien jika diterapkan di pasar modal. Direktur Perdagangan dan Peraturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, dampak tersebut masih perlu penelitian lebih lanjut.

Namun secara umum, kata Irvan, jika negara lain mempunyai lima hari kerja atau hari perdagangan, sedangkan Indonesia hanya empat hari, maka akan ada waktu bagi perkembangan informasi dan perdagangan di negara-negara besar untuk beradaptasi.

“Contoh sederhananya kalau kita pergi berlibur, padahal bursa lain masih buka. Misalnya, jika pasar global jatuh saat kita sedang berlibur, maka saat kita buka, kemungkinan besar akan langsung turun. Tapi kalau dampak keseluruhannya harus dilakukan penilaian dulu,” kata Irvan menjawab pertanyaan designsuperstars.net, Senin (2 Desember 2024).

Saat ini jam perdagangan di BEI adalah Senin sampai Jumat sedangkan hari Sabtu dan Minggu tutup. Sebelumnya, Ketua Pengurus Harian YLKI Tulus Abadi menilai sistem kerja 4 hari ini bisa diuji coba di wilayah Jabodetabek yang masih menjadi penopang kegiatan dan perekonomian tingkat Nasional.

Menurut pertimbangannya, penambahan hari libur kerja juga akan berkontribusi terhadap merebaknya korupsi di Jabodetabek. Pada saat yang sama, hal ini membantu para pekerja di wilayah tersebut memiliki lebih banyak waktu untuk kembali ke tanah air mereka.

“Tidak hanya agar masyarakat lebih bahagia dan produktif, tapi juga agar lingkungan di Jakarta dan Bodetabek bisa bebas dari eksploitasi dan pencemaran (udara, suara, air, tanah),” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Pengurus Harian Organisasi Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengusulkan agar pemerintah menerapkan sistem kerja yang diterapkan Jerman, yakni 4 hari dalam 7 hari atau seminggu.

“Mulai 2 Januari 2024, Jerman sedang menguji sistem kerja 4 hari. Tujuannya membantu pekerja menjadi lebih bahagia dan produktif,” kata Tulus seperti dikutip, Sabtu (2 Oktober 2024).

Benarkah sistem kerja 4 hari membuat karyawan lebih bahagia?

Seperti yang dilaporkan Stylist, penelitian menemukan bahwa empat hari kerja dalam seminggu bermanfaat bagi kesehatan fisik, dapat meningkatkan produktivitas, dan mengurangi hari sakit.

Uji coba selama empat hari dalam seminggu menunjukkan tingkat stres dan kelelahan yang lebih rendah, dan karyawan melaporkan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.

Namun penelitian baru menguji dampak negatif sebaliknya dari tidak mengurangi jam kerja dan terus bekerja keras dengan pola kerja standar 9-5, lima hari seminggu.

Penelitian dari Texas A&M University menegaskan apa yang selama ini kita anggap benar. Produktivitas kita menurun di penghujung hari dan di akhir setiap minggu.

Setelah makan siang, tenaga kita mulai habis dan terlebih lagi kita cenderung melakukan kesalahan dalam bekerja. Dan waktu terburuk untuk produktivitas dan kesalahan adalah Jumat sore. Hal ini menunjukkan bahwa bekerja keras sepanjang hari lima hari seminggu mungkin bukan cara untuk mendapatkan pekerjaan terbaik Anda.

Menyesuaikan waktu kita agar sesuai dengan waktu kerja kita yang sebenarnya, apakah itu berarti mengambil libur pada hari Jumat atau hanya bekerja di pagi hari, tampaknya merupakan pendekatan yang jauh lebih cerdas.

 

Studi tersebut memantau komputer 789 pekerja kantoran di sebuah perusahaan energi selama dua tahun, mengamati ukuran-ukuran seperti kecepatan mengetik, jumlah jenis yang diproduksi, dan aktivitas mouse.

Secara umum, ditemukan bahwa orang lebih banyak mengetik dan menggerakkan mouse dari Senin hingga Kamis, terutama di pagi hari. Pada sore hari setiap hari, statistik ini menurun, sementara kesalahan ejaan meningkat.

Dan setiap hari Jumat, terlebih lagi pada Jumat sore, adalah hari yang paling terpukul. Salah satu peneliti utama, Dr. Taehyun Roh, mengatakan: “Karyawan kurang aktif di sore hari dan lebih banyak mengetik di sore hari, terutama pada hari Jumat. Hal ini sejalan dengan temuan serupa bahwa jumlah tugas yang diselesaikan pekerja terus meningkat dari Senin hingga Rabu, kemudian menurun secara bertahap pada hari Kamis dan Jumat.”

Jika kita secara konsisten melakukan pekerjaan yang lebih sedikit atau berkualitas rendah setiap hari Jumat, apa salahnya melewatkan hari itu dan memulai akhir pekan lebih awal?

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Klopp Akui Pemain Pengganti Liverpool Sukses Buat Perbedaan
Next post Persib Bandung Lebih Garang di Laga Tandang Dibanding Kandang, Ini Penyebabnya