Beri Ulasan Jelek untuk Restoran di Phuket Thailand, Turis Inggris Ditangkap Polisi

Read Time:3 Minute, 24 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Thailand menjadi surga liburan bagi wisatawan mancanegara, termasuk wisatawan asal Inggris. Alih-alih mendapat pengalaman menyenangkan, turis pria berusia 21 tahun bernama Iskandar justru ditangkap polisi setelah memberikan ulasan buruk terhadap sebuah restoran di Phuket.

Restoran tersebut menuduhnya memberikan ulasan palsu dengan memberikan restoran tersebut satu bintang. Menurut polisi, Alexander rupanya memberikan ulasan buruk karena pemilik restoran melarangnya masuk ke rumahnya. Menurut kabar, Alex hanya menggunakan restoran tersebut sebagai jalan pintas menuju apartemennya dan tidak benar-benar makan di sana.

Pada Kamis, 15 Mei 2024, Alexander menyebut Metro untuk membalas dendam, meminta teman-temannya membantu membanjiri restoran dengan ulasan buruk. Peringkat restoran juga turun dari 4,8 menjadi 3,1 bintang.

Surat perintah penangkapan dikeluarkan untuk Alexander pada Agustus 2023 karena “mengimpor data komputer palsu yang kemungkinan besar merugikan masyarakat luas.” Biro Investigasi Pusat menangkap Alexander di kediaman barunya di Bangkok pada 9 Mei 2024, setelah pemilik restoran tersebut mengajukan laporan ke Kantor Polisi Sahu, mengatakan cek palsu tersebut telah merusak keuangan dan reputasi restorannya.

Mayor Polisi Jomparit Kaureng dari Divisi Pemberantasan Kejahatan mengatakan, “Tersangka telah diserahkan kepada penyidik ​​​​Polsek Sahu untuk tanggung jawab hukum lebih lanjut. Saat diinterogasi, dia membantah tuduhan tersebut.

Alexander dibawa ke Kantor Polisi Sahu di Phuket untuk diinterogasi. Dia terancam hukuman lima tahun penjara dan denda 100.000 baht atau Rp 43 juta menurut hukum Thailand.

Kejadian yang menimpa Alexander ini bukan kali pertama terjadi di Thailand. Pada Oktober 2020, seorang turis asal Amerika Serikat dipenjara setelah meninggalkan ulasan buruk di halaman TripAdvisor tentang sebuah resor di Phuket. Dia didakwa berdasarkan undang-undang pencemaran nama baik.

Menurut New York Post, Wesley Barnes, yang bekerja di Thailand, ditangkap karena mencemarkan nama baik resor tepi laut Phuet di Pulau Koh Chang. Barnes menulis ulasan di berbagai situs web yang mengklaim dia berurusan dengan “staf yang tidak ramah” saat mengunjungi resor populer tersebut.

Setidaknya satu TripAdvisor menuduh resor “perbudakan modern” tersebut melanggar pedoman situs tersebut. Kolonel Polisi Koh Chang Thanapon mengatakan kepada Timesara Media: “Pemilik resor dengan pemandangan laut mengajukan pengaduan terhadap terdakwa karena memposting ulasan yang tidak pantas tentang bisnisnya di TripAdvisor.

Pihak hotel mengatakan telah mengambil tindakan hukum terhadap mantan tamu tersebut untuk mencegah publikasi ulasan lebih lanjut. “Kami memilih untuk melaporkan sebagai tindakan pencegahan karena kami merasa dia kemungkinan besar akan menulis ulasan negatif dari minggu ke minggu di masa depan,” kata pihak hotel.

Dikutip dari saluran global designsuperstars.net, operator tur Thailand yang pernah mengalami insiden over-tourism atau pariwisata berlebihan di beberapa daerah, meminta pemerintah menanggapi masalah ini dengan serius, termasuk kemungkinan mengenakan pajak sebesar 300 baht atau Jadi. 131.000 rupee untuk biayanya.

Ketika Perdana Menteri Seritta Thawsin berjanji menjadikan tahun 2025 sebagai tahun penting bagi pariwisata, sekretaris jenderal federal Asosiasi Turis Thailand Adit Chaittananon mengatakan rencana partainya untuk tunduk kepada pemerintah akan mencakup langkah-langkah untuk mengekang pariwisata. , yang terjadi sebelum pandemi di Thailand.

“Dengan perkiraan kedatangan 40 juta wisatawan, destinasi seperti Phuket, Koh Samui, dan Pattaya berada di ambang pariwisata berlebihan,” lapor Aditya Bangkok Post. Adit mengatakan, saat musim liburan, Phuket mengalami kemacetan dan kekurangan air, bahkan bandara internasional kekurangan ruang untuk mendaratkan pesawat.

Demikian pula negara-negara lain, termasuk pemerintah daerah Amsterdam, telah mengumumkan larangan pembangunan hotel baru. Sementara itu, penduduk Kepulauan Canary di Spanyol terkena dampak kenaikan harga rumah karena menuntut pembatasan kedatangan wisatawan.

Pemerintah Thailand sedang mempertimbangkan undang-undang kasino. Jika disahkan oleh Kongres, undang-undang tersebut akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan pendapatan pemerintah. Tidak hanya itu, hal itu dipandang sebagai penciptaan proyek hiburan besar, kata Perdana Menteri Suritta Thavasin.

Kasino ilegal di Thailand, dan satu-satunya perjudian adalah pacuan kuda dan lotere. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di Asia Tenggara ini mempertimbangkan kasino sebagai cara lain untuk menarik investasi dan pariwisata.

Banyak orang di industri ini percaya bahwa pasar kasino legal di Thailand akan sukses besar dalam menarik wisatawan asing, memberikan persaingan yang kuat ke Makau, pusat perjudian terbesar di dunia.

“Kita bisa mengatur ekonomi abu-abu dan mengenakan pajak,” kata Saritta dalam sebuah artikel di X. “Kami tidak ingin mempromosikan perjudian, kami ingin mengawasinya dan menciptakan lapangan kerja melalui investasi.”

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Pemerintah Naikkan Dana Peremajaan Sawit Jadi Rp 60 Juta per Hektare
Next post Perizinan SIP dan SKP Kini Bisa Diurus di Mal Pelayanan Publik Digital, Tak Perlu Lagi Titip Sana-Sini