Jakarta, designsuperstars.net – Industri otomotif Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang kompleks. Situasi ini tercermin dari stagnasi penjualan mobil nasional yang selama sepuluh tahun tertahan di angka satu juta unit atau disebut jebakan sejuta.
Kemudian keputusan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang menurunkan target penjualan mobil nasional dari yang semula 1,1 juta unit menjadi 850.000 unit, menyoroti kondisi industri otomotif yang belum membaik.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian juga fokus terhadap permasalahan ini dan mengidentifikasi berbagai faktor yang menghambat pertumbuhan, mulai dari terbatasnya daya beli masyarakat hingga mahalnya harga mobil dan pajak.
Ekko Harjanto, Deputi Bidang Pengembangan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian, menjelaskan ada dua penyebab utama situasi ini, yakni tingginya harga mobil dan rendahnya pendapatan per kapita di Indonesia.
“Kita lihat harga mobil di Indonesia lebih tinggi, ini jelas karena kenaikan pajak. Lalu ada ketergantungan komponen impor yang bisa mempengaruhi nilai tukar rupiah dan biaya logistik,” ujarnya. Dikutip designsuperstars.net dalam FGD: “Visi Otomotif 2024: Merangkul Era Rendah Emisi dan Mengakhiri Sejuta Perangkap” yang diselenggarakan oleh designsuperstars.net.co.id di Jakarta.
Ia mengatakan hal itu juga dapat menurunkan kemampuan konsumen, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah yang merupakan mayoritas penduduk.
Alasan kedua, kata Ekko, terkait pendapatan per kapita nasional yang masih berada pada kategori menengah ke bawah
“Karena pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2023 berkisar antara $4.700 hingga $5.000 yang termasuk dalam kategori menengah ke bawah, maka sebagian besar pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk kebutuhan dasar,” ujarnya.
Ditambahkannya, “Pendapatan mereka untuk pangan, pendidikan, dan perumahan. Jadi mereka tidak sempat berpikir untuk membeli mobil, tapi mereka punya keinginan karena pendapatan per kapitanya rata-rata,” imbuhnya.
Selain itu, Kementerian Koordinator Perekonomian mengidentifikasi berbagai cara yang dapat dilakukan Pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk meningkatkan laju pertumbuhan industri otomotif di Indonesia.
Ada dua hal yang dilakukan, yaitu upaya pemulihan di sisi permintaan dan upaya pemulihan di sisi produksi, kata Ekko.
Dari sisi permintaan, tentu kita akan berupaya meningkatkan daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi, penerapan kebijakan moneter dan fiskal.
Kemudian upaya meningkatkan daya beli masyarakat tentunya dengan pelonggaran PPnBM (Pajak Penjualan Barang Mewah) kendaraan bermotor listrik berbasis baterai atau KBLBB.
Kemudian, langkah kedua berupa mendorong kendaraan ramah lingkungan dengan memperluas insentif mobil listrik untuk menarik lebih banyak pembeli.
“Kampanye yang paling penting adalah mendorong Proudly Made in Indonesia atau belanja hanya di Indonesia dan menggunakan mobil lokal ya. Kalau di bidang otomotif, semakin meningkatkan preferensi konsumen terhadap produk dalam negeri,” jelas Ekko.
Lalu, Ekko mengatakan perlu ada upaya pemulihan dari pihak produsen.
Tentu saja untuk mendorong diversifikasi produk. Kemudian untuk memperlancar ekspor dan mengurangi beban pajak bagi produsen,” demikian Automotive Outlook: Mengatasi Volatilitas dan Mengatasi Tantangan Industri Otomotif Indonesia untuk Era Rendah Emisi, Diskusi designsuperstars.net forum grup ( FGD.co.id selenggarakan “Masa Depan Otomotif: Menghentikan Sejuta Jebakan” Menyo designsuperstars.net.co.id 13 Desember 2024