designsuperstars.net, Jakarta Sases adalah limbah paling plastik yang mencemari lingkungan. Hasil jaringan ekologis aktivis lingkungan yang terdiri dari Greenpeace Indonesia, Ecoton, Walhi, pahlawan pahlawan Pahlawan Indonesia dan YPBB menunjukkan bahwa lima polutan lainnya berada di lingkungan.
Merek audit ini dilakukan pada 34 poin audit dengan 9.698 paket yang dikumpulkan.
Manajer Proyek Plastik Indonesia Greenpeace Ibar Akbar mengatakan masih belum ada transparansi dan pengabdian pabrikan ini untuk mengurangi produksi plastik Sache.
“Jika metode ini terus dilakukan oleh produsen, maka krisis Sasha tidak akan berakhir,” ia mengutip pada hari Kamis (2/5/2024).
Tanggung jawab produsen untuk limbah dan terutama transfer ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Peraturan Hutan no. 75 dari 2019 dengan kartu jalan yang mengurangi limbah dari produsen. Peraturan ini mensyaratkan bahwa produsen, salah satunya adalah produksi untuk membuat kartu jalan, yang mengurangi limbah dari kemasan sebesar 30% pada tahun 2029.
Koordinator Audit Audit Ecoton Alaika Rahmatullah telah menambahkan tingkat kerusuhan publik dalam limbah plastik, terutama paket Sasha ini akan lebih dalam dengan hasil audit merek Sasset ini.
“Terutama ketika nama -nama produsen yang sama terus muncul lagi, mereka menunjukkan paradoks yang mengkhawatirkan. Tidak hanya mereka melihat jumlahnya, tetapi juga bagaimana tanggung jawab produsen untuk mempengaruhi lingkungan aktivitas bisnis mereka,” katanya. Jangan Gunakan Sasha Lagi
Dia berharap bahwa hasil audit merek penting untuk digunakan sebagai perkiraan untuk mempertimbangkan langkah -langkah produsen yang lebih bertanggung jawab di masa depan, terutama tidak menggunakan paket Sache.
Koordinator Pahlawan Indonesia Rima Putry Agustin telah menemukan jaringan sukarelawannya di Indonesia timur, yaitu Nusa Tenghar (NTT) dan Ambo, juga mengakui Soldette sebagai pemain plastik terbesar dalam kegiatannya.
Menurutnya, wilayah timur Indonesia adalah geografi yang rentan terhadap polusi plastik, karena terdiri dari banyak pulau kecil, dengan layanan pengumpulan limbah terbatas di beberapa daerah, terutama di daerah tersebut. Menurutnya, kasus Indonesia Timur adalah gambaran yang jelas bahwa masalah yang disebabkan oleh SASS tidak dapat ditinggalkan oleh pemerintah dan konsumen lokal, tetapi harus bertanggung jawab atas produsen.
Peneliti Fictor YPBB Ferdinand telah menyarankan bahwa selain mengurangi produksi pengemasan Sochet, itu harus disertai dengan langkah -langkah bertahap untuk mendukung sistem untuk mengulang sebagai solusi untuk mengatasi krisis Sasha.
Menurutnya, langkah -langkah yang diambil oleh bisnis untuk diulang adalah solusi nyata untuk dipilih oleh produsen, tidak fokus pada keputusan semu. Saat ini, ada ketentuan yang mendukung sistem regulasi BPOM no. 12 standar 2023 dan PR3 untuk membuat bisnis yang andal dan andal.
“Bisnis dengan daur ulang dan penggunaan kembali, yang dikembangkan oleh masyarakat, adalah contoh bagaimana sistem yang sama dapat dikembangkan oleh produsen. Tetapi bisnis pengisian ulang ini tidak dapat menyelesaikan masalah limbah gergaji dari produsen besar, karena kondisi pengaturan dan mekanisme lisensi di Indonesia tidak mendukung relevansi,” katanya.
Oleh karena itu, ia berharap bahwa pemerintah akan lebih gigih dalam mengatur produsen serta pada saat yang sama, menciptakan situasi yang menguntungkan untuk mengembangkan bisnis yang dapat berkembang. Di sisi lain, ia melanjutkan bahwa produsen harus menjadi pelopor untuk solusi saat ini, yaitu mengisi ulang dan menggunakan kembali, tidak lagi menghasilkan limbah yang masih harus dirawat oleh konsumen.
Untuk Asia -Selatan, konsumsi Sasha ini hampir setengah dari proyeksi global dengan proyeksi yang mencapai 1,3 triliun per sacetus yang dijual setiap tahun pada tahun 2027.
Kesepakatan plastik global permanen tentang proses negosiasi antara negara -negara anggota adalah satu -satunya kesempatan untuk mengatasi krisis plastik. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki kesepakatan plastik global yang kuat dan ambisius untuk mengurangi produksi plastik dan mendorong perjalanan bisnis plastik yang tersedia dalam sistem baru.
Sekitar 855 miliar telah terjual selama satu tahun di seluruh dunia. Kemasan Sases menawarkan kenyamanan dan harga yang rendah. Namun, limbah tas menjadi beban ekologis, karena kemasannya yang fleksibel terdiri dari berbagai jenis lapisan dan huruf plastik, mempersulit pengelolaan dan pemrosesan sistem pengelolaan limbah. Seringkali, tas menemukan diri mereka di tempat pembuangan sampah dan reservoir polusi seperti sungai di pantai.