Ekonom: Produksi Pangan Dalam Negeri Diperkuat Antisipasi Dampak Perang

Read Time:1 Minute, 42 Second

designsuperstars.net, JAKARTA — Ekonom dan Direktur Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (SELIOS) Bhim Yudhisthira mengatakan pertanian dalam negeri harus didorong untuk mengantisipasi dampak perang di Timur Tengah.

“Saya mendorong pemerintah mengurangi pembelian pangan dan barang dari luar negeri. Bhim dalam pidatonya di Jakarta, Rabu (17/4/2024), mengatakan, “Idenya adalah rencana untuk melindungi sektor riil (perlu bertindak) dari dampak konflik di Timur Tengah.”

Menurut Bhim, jatuhnya nilai tukar rupee terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bukan hanya akibat perang Iran-Israel, tapi juga lemahnya undang-undang yang mengatur komoditas. “Impor mulai dari beras 3 juta ton, bawang putih, hingga impor awal melalui e-commerce akan melemahkan sektor riil dan rupiah secara bersamaan,” kata Bhim.

Bhim juga mengatakan para pengambil kebijakan harus mengambil langkah nyata untuk mengurangi impor. Yang bisa membantu adalah memperketat impor dan mendorong aktivitas dalam negeri,” kata Bhim.

Secara terpisah, Muhammad Faisal, ekonom Center of Reform on Economics (CORE), mengatakan kebijakan ekonomi dan fiskal yang diberikan pemerintah harus stabil dan responsif, untuk memastikan daya beli masyarakat di seluruh dunia Dampaknya, dalam hal ini terjadi perang di kawasan Timur Tengah.

“Secara finansial kita harus liberal, dari sisi finansial kita harus melihat hal-hal yang mengganggu sektor riil,” kata Faisal.

Menurut Pak Faisal, yang perlu diwaspadai adalah dampak kenaikan harga BBM tersebut akan berdampak pada kenaikan harga BBM di dalam negeri. “Dana moneter harus dilonggarkan, menghindari kebijakan yang memaksa masyarakat menjual barang dan daya beli. Kalau melihat ekspansi Timur Tengah sebelum perang, kebijakan ekonominya sangat ketat, dengan pajak PPN 12 persen dan sebagainya, ini sesuatu yang harus dihindari, termasuk pembatasan hibah ini. Karena kita perkirakan harga minyak akan naik,” kata Faisal.

Dari sisi keuangan, menurutnya, pemerintah harus memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi sektor riil, khususnya tingkat suku bunga. Jika The Fed merespons Timur Tengah dengan menaikkan suku bunga, pemerintah tidak perlu melakukan hal yang sama.

“Tapi kita cari jalan lain, misalnya kalau suku bunga tidak dinaikkan, maka rupee melemah, maka sebaiknya kita menggunakan alat suntikan devisa untuk mengurangi kelemahan itu. Karena mata uang asing kita juga besar,” ucapnya. Faisal.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Turbulensi Ekstrem Singapore Airlines SQ321, 1 Penumpang Asal Malaysia Kritis
Next post OJK Sebut Aset Dana Pensiun per Mei 2024 Tumbuh Capai Rp1.439 Triliun