Fenomena War Takjil Nonis, Bukti Kerukunan Umat Beragama di Indonesia seperti Tercantum di Al-Quran

Read Time:2 Minute, 28 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Istilah “Perang Takjil” sedang trending di media sosial Ramadhan ini. Meski disebut perang, namun tren ini bukanlah perang. Alih-alih berkonotasi negatif, mahkota perang lebih mengedepankan keharmonisan antar umat beragama di Indonesia.

Seperti diketahui, setiap memasuki bulan suci Ramadhan, sebagian warga mengadu nasib dengan berjualan tajil atau jajanan berbuka puasa. Bahkan, beragam makanan lezat dan terjangkau tidak hanya tersedia bagi umat Islam yang berpuasa, tetapi juga bagi non-Muslim atau non-Muslim.

Tren tersebut mulai banyak diejek di TikTok, termasuk oleh para TikToker ternama. Menyenangkan, dan menambah rasa persatuan Indonesia.

“Di mana-mana terjadi perang Takjeel yang sangat ramai antara yang berpuasa dan non-Muslim. Entah kenapa tren perang Takjeel ini menyejukkan hati dan mendekatkan kita satu sama lain. Kebetulan saya juga bekerja di lingkungan yang sama. Sekitar lima persen dari total angkatan kerja adalah Muslim, tetapi mereka sangat menonjol dalam hal Takjeel,” kata TikToker @laskar___ Sinda.

Peristiwa Perang Takjil Nonis menjadi pertanda bahwa kerukunan antar umat beragama di Indonesia masih terjalin dengan baik. Sebagaimana Al-Qur’an mengajarkan pentingnya hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk agama lain.

Allah berfirman tentang persatuan antar umat beragama dalam surat Al-Mumlakhana ayat 8. Surat ini memerintahkan umat Islam untuk bersikap baik dan adil terhadap non-Muslim.   

Di Sini  

Itu berarti:

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berbuat adil kepada orang-orang yang tidak berperang secara agama dan tidak mengusir kamu dari negaramu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil” (Al-Mumlakhana: 8).  

Allah dengan ayat ini tidak melarang seorang muslim berlaku adil dan berdamai dengan non muslim.

Aktivis kajian Islam Ustaz Zainuddin Lubis yang dikutip NU Network pada Rabu, 27 Maret 2024 mengatakan, “Sebaliknya, Islam menganjurkan kehidupan sosial yang baik dan perlakuan adil terhadap semua orang tanpa memandang keyakinan agamanya.”

Islam menekankan pentingnya bekerja sama dalam kehidupan, yang memerlukan kerja sama untuk menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera.  

Bersikap baik dan adil terhadap non-Muslim langsung dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.

Sepanjang sejarah, Nabi Muhammad SAW selalu bersikap baik kepada tetangganya, bahkan kepada tetangganya yang non-Muslim.

Nabi Muhammad SAW selalu menyapa mereka dengan kebaikan, membantu mereka yang membutuhkan, dan terkadang berdamai dengan non-Muslim. Seperti hadis berikut yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

Bersenandung  

Itu berarti:

“Yusuf bin Isa menceritakan kepada kami, Abu Dawud menceritakan kepada kami, al-Amash menceritakan kepada kami atas wewenang Ibrahim, al-Aswad, atas wewenang Ayyah, semoga Allah memberkati dia dan memberinya kedamaian, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah membeli makanan dari seorang Yahudi. (HR Al-Bukhari).  

Persatuan umat beragama di Indonesia kini terekspresikan dalam Perang Takjil. Menurut Zainuddin, indahnya Takjeel dalam berperang adalah kesabaran.

“Kami melihat orang-orang dari latar belakang berbeda saling membantu, berbagi, dan menikmati makanan bersama.”

“Hal ini membuktikan bahwa perbedaan bukanlah penghalang bagi persatuan dan hubungan baik,” ujarnya.  

Perang jelas merupakan tren positif yang patut diapresiasi. Zainuddin menutupnya dengan mengatakan bahwa semangat kebersamaan dan toleransi yang ada mengingatkan kita bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk membangun dan membangun bangsa yang lebih harmonis.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Mesty Ariotedjo Lebarkan Sayap Bisnis Perawatan Kulit Anak, Ungkap Pencapaian di Januari 2024
Next post UNM Jatiwaringin Gelar Acara Santunan Anak Yatim dan Buka Puasa Bersama