JAKARTA – Kompetisi Garda Hacks ditujukan kepada generasi muda yang ingin berkompetisi di bidang IT. Tujuannya untuk menciptakan lebih banyak talenta digital dari Indonesia.
Menurut Rafael Brian Sumali, pendiri dan direktur Garda Hacks, tidak banyak hackathon di Indonesia yang menantang peserta di bidang coding dan inovasi untuk membuat aplikasi selama 36 jam nonstop.
Kekuatan dan orisinalitas ide Brian menunjukkan banyak hal bagi perkembangan inovasi aplikasi saat ini.
“Ide adalah motor penggerak teknologi digital,” kata Brian dalam siaran persnya, Minggu (21/7/2024).
Peristiwa ini menjadi pendorong pihaknya menyelenggarakan kompetisi pemrograman aplikasi bertajuk Garuda Hacks 5.0. Tahun ini Universitas Multimedia Nusantara akan menjadi tuan rumah acara tersebut pada bulan Juli 2024.
Di tahun kelimanya, Garda Hacks 5.0 Hackathon menarik 550 peserta dari 216 sekolah dan perusahaan berbeda. Dari 550 peserta, 155 diantaranya adalah pelajar SMA.
Kompetisi ini, lanjut Brian, dapat menjadi inkubator berbagai ide dan inovasi yang digagas oleh aplikasi. Brian juga menyampaikan bahwa di tahun kelima penyelenggaraan ini, ide pengembangan aplikasi yang mereka hadirkan semakin beragam.
“Di Indonesia, aplikasi yang bertujuan untuk membantu lebih banyak orang semakin banyak. Harapannya bisa menjadi wadah untuk mengembangkan ide aplikasi yang memiliki manfaat tersebut,” ujarnya.
Namun secara lebih luas, Brian tidak memungkiri bahwa sektor pengembangan aplikasi di Indonesia masih membutuhkan ekosistem teknologi digital yang lebih baik untuk tumbuh dari level saat ini.
“Misalnya kecepatan internet kita belum merata. Kadang idenya sudah ada dan banyak, tapi terhambat oleh ekosistem yang belum mendukung,” jelasnya.