MOSKOW – Rusia terus memberikan tekanan terhadap negara-negara Eropa (UE) di tengah sanksi Barat, meski pada tingkat rekor. Salah satunya adalah Hongaria yang menandatangani perjanjian impor gas Rusia pada tahun 2024 melalui pipa gas Turkish Stream.
Hal ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Hongaria Peter Szijártó setelah pertemuan dengan timpalannya dari Rusia Sergey Lavrov di sela-sela konferensi internasional kedua tentang keamanan Eurasia di Minsk. Kedua menteri membahas hubungan energi antara Moskow dan Budapest.
Szijarto mengatakan tahun ini, 6,2 miliar meter kubik gas alam dikirim dari Rusia ke Hongaria melalui pipa gas Turkish Stream dan cabangnya melalui Bulgaria dan Serbia. “Ini adalah jumlah gas terbesar sejauh ini” per tahun, kata menteri.
Sebagai informasi, pipa gas TurkStream mengalir dari Rusia ke Turki melalui Laut Hitam dan kemudian berlanjut ke perbatasan dengan Yunani, anggota Uni Eropa.
Rusia sebagai pemasok energi yang andal, Szijártó mengatakan bahwa “keamanan dan daya saing pasokan energi Hongaria terjamin untuk kerja sama dengan Rusia.”
Budapest adalah salah satu anggota Uni Eropa yang masih bergantung pada pasokan gas Rusia, bahkan ketika pasokan ke blok tersebut anjlok akibat sanksi Barat terhadap Moskow dan sabotase pipa pada tahun 2022.
Rute transit melalui Ukraina dan TurkStream cabang Eropa adalah dua rute yang tersisa untuk aliran gas Rusia melalui Eropa Tengah dan Selatan. Kini Kiev mengatakan bahwa kontrak transitnya saat ini dengan raksasa energi Rusia Gazprom tidak akan diperpanjang ketika kontrak tersebut berakhir pada akhir tahun.
Pada awal tahun ini, Szijártó mengatakan Hongaria tidak lagi menginginkan sistem Ukraina untuk memasok gas alam Rusia berkat pipa TurkStream. Budapest dapat meminta Gazprom Rusia untuk meningkatkan ekspor pada rute ini, kata Szijarto.
Hongaria terus mendapatkan lebih dari separuh konsumsi gasnya dari Rusia berdasarkan kontrak 15 tahun dengan Gazprom yang akan berakhir pada tahun 2021.