Hasil Studi: Kecemasan dan Depresi Meningkat Tajam Setelah Pemilu 2024, Ini Sebabnya

Read Time:1 Minute, 38 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Prevalensi kecemasan sedang akan menjadi 16% dan prevalensi depresi akan menjadi 16% setelah pemilu 2024, menurut survei kesadaran kesehatan mental dan pilihan yang dilakukan oleh Kaukus Komunitas Peduli Mental Kesehatan. . Direktur kelompok penelitian dan pendiri Kaukus, Dr. dokter. Ray Wagiu Basrowi MKK FRSPH mengatakan, temuan ini menunjukkan prevalensi kecemasan dan depresi lebih tinggi dibandingkan data Riskesdas 2018 dan Kementerian Kesehatan 2022 dari Bidang Kemanusiaan.

Menurut Ray, data pra pemilu menunjukkan tingkat depresi berat sebesar 6% dan tingkat gangguan mood, termasuk kecemasan sedang dan berat, sebesar 9,8%, yang tampaknya meningkat secara signifikan sejak 14-16 Februari 2024. hari pemungutan suara. Risikonya juga terkait dengan masalah kesehatan mental terkait proses partisipasi pemilu,” kata pria yang juga Ketua Health Collaborating Center (HCC) itu dalam acara belum lama ini.

Kelompok belajar Kaukus yang dibentuk oleh Dr. Ray Wagiu Basrowi yang memaparkan temuannya dipimpin oleh Dr. Dengan angka 2%, bisa dipercaya mewakili masyarakat Indonesia.

Sebuah penelitian terhadap 1.077 responden menemukan bahwa berpartisipasi dalam pemilu 2024 meningkatkan risiko kecemasan dua kali lipat dan risiko depresi tiga kali lipat.

 

Sementara itu, Profesor Nila F Moeloek, pendiri Kaukus, mengatakan temuan ini menyoroti perlunya intervensi dan bantuan khusus untuk mencegah kecemasan dan depresi terus berlanjut. Menteri Kesehatan RI periode 2014 hingga 2019 mengatakan, “Kecemasan dan depresi merupakan titik awal penyakit jiwa yang serius bahkan dapat berujung pada kematian dan harus dicegah.”

Kaukus Komunitas Perawatan Kesehatan Mental mendorong pemerintah dan komunitas untuk menumbuhkan semangat positif masyarakat pasca pemilu untuk menghindari perdebatan politik yang berlarut-larut. Mereka juga merekomendasikan penguatan akses terhadap layanan dasar, termasuk layanan kesehatan mental di tingkat masyarakat dan konseling di pusat kesehatan masyarakat.

Penelitian ini menggunakan metode pengukuran kuantitatif dengan desain cross-sectional melalui kuesioner online dengan menggunakan instrumen GAD-7 dan PHQ-9 untuk mengukur tingkat kesehatan mental dan sikap terhadap pemilu. Keduanya mengatakan temuan tersebut menunjukkan bahwa pemilu 2024 kemungkinan besar akan menimbulkan stres dan kecemasan karena terkait dengan konflik internal dan eksternal serta tekanan untuk memilih.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Hasil Indonesia U-23 vs Australia U-23 Skor 1-0: Skuad Garuda Muda Jaga Asa Lolos
Next post Sapi Kurban Menangis Dengar Takbir Idul Adha, Begini Kata Pakar Hewan UGM