Hati-Hati, Orangtua Pemarah Berdampak Negatif pada Perkembangan Struktur Otak Anak

Read Time:2 Minute, 19 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Masa kanak-kanak merupakan masa penting bagi otak dan perkembangan otak anak. Pada masa ini, anak belajar dan menyerap berbagai pengetahuan dan pengalaman yang akan membentuk kepribadian dan cara pandangnya terhadap dunia.

Faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak adalah gaya pengasuhan. Orang tua yang penuh kasih sayang dan suportif dapat membantu anak tumbuh menjadi orang yang sehat dan bahagia.

Namun di sisi lain, orang tua yang marah-marah dan menunjukkan sikap agresif dapat memberikan dampak yang sangat negatif terhadap otak dan perkembangan otak anak.

Menurut Thesector.com, penelitian terbaru dari University of Montreal mengungkapkan efek jangka panjang kemarahan orang tua terhadap perkembangan otak anak.

Studi tersebut menemukan bahwa anak-anak yang sering dimarahi, dipukul, atau dimarahi oleh orang tuanya memiliki struktur otak orang dewasa yang lebih kecil.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Development and Psychology ini menyoroti praktik “pengasuhan ketat” yang sayangnya masih dianggap normal dan dapat diterima secara sosial di banyak masyarakat, termasuk Indonesia.

“Lebih dari perubahan struktur otak, temuan ini menunjukkan pentingnya pemahaman orang tua dan masyarakat bahwa penggunaan metode pengasuhan anak secara berulang-ulang dapat berdampak buruk pada perkembangan anak,” tegas Dr. Sabrina Safren, penulis utama studi ini. “Dampaknya sangat besar, termasuk perkembangan sosial dan emosional serta perkembangan kognitif mereka.”

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pelecehan seksual, fisik, dan emosional di masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko kecemasan dan depresi di kemudian hari.

Studi tersebut juga menemukan bahwa anak-anak yang mengalami pelecehan parah memiliki struktur otak yang lebih kecil, khususnya di area korteks prefrontal dan amigdala, yang berperan penting dalam regulasi emosi dan perkembangan stres dan depresi.

“Temuan ini sangat penting dan membuka wawasan baru,” kata Dr. Sabrina Safren. “Untuk pertama kalinya, kita dapat melihat bahwa tindakan agresif orang tua yang tidak masuk dalam kategori pelecehan parah dapat mengurangi ukuran struktur psikologis, seperti yang terjadi pada korban pelecehan parah.”

Penelitian ini menambah semakin banyak bukti bahwa praktik pengasuhan anak tidak hanya memengaruhi fungsi otak anak (seperti yang ditunjukkan dalam penelitian tahun 2019), namun secara permanen memengaruhi struktur otak mereka.

Kekuatan utama penelitian ini adalah penggunaan data longitudinal dari anak-anak yang dipantau sejak lahir di CHU Sainte-Justine pada awal tahun 2000an. Survei ini dilakukan oleh Université de Montréal Research Institute on Child Psychological Maladjustment (GRIP) dan Quebec Statistical Institute.

Data longitudinal ini mencakup penilaian praktik pengasuhan anak dan tingkat kecemasan anak setiap tahun selama dua hingga sembilan tahun.

Berdasarkan informasi ini, para peneliti dapat membagi anak-anak menjadi beberapa kelompok berdasarkan tingkat paparan mereka terhadap praktik pengasuhan yang berulang.

“Penting untuk dicatat bahwa anak-anak dalam kelompok paparan tinggi ini mengalami perilaku orangtua yang buruk selama periode tujuh tahun,” kata Dr. Suffren.

“Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan struktur otak yang terlihat pada remaja mungkin disebabkan oleh paparan praktik mengasuh anak yang berulang dan jangka panjang.”

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Yogyakarta Menjadi Smart City
Next post Cara Pulihkan Pola Tidur Selepas Ramadan, Perhatikan Dua Hal Ini
PAY4D slot jepang slot 1000 jepang slot lapaktoto