Indonesia Jadi Tuan Rumah Pertemuan Dewan Global Fund, Bahas HIV, TBC, dan Malaria

Read Time:1 Minute, 36 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan anggota dewan Global Fund di Asia Tenggara. Sembilan negara termasuk india, Thailand dan Timor Leste dari Asia Tenggara dan Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal dan Sri Lanka dari Asia Selatan berpartisipasi.

Rapat dilaksanakan secara daring dan luring pada Kamis, 7 Maret 2024 di Jakarta. Mereka membahas HIV, TBC dan Malaria serta rencana advokasi pada Pertemuan Dewan Dana Global ke-51 di Jenewa, Swiss pada bulan April 2024.

Mereka juga membahas penularan kasus antar negara, khususnya malaria, keberlanjutan dan bagaimana Global Fund akan disalurkan melalui APBN masing-masing negara untuk membiayai. Indonesia akan menjadi anggota Global Fund Board yang mewakili Asia Tenggara pada tahun 2024 hingga 2026, dan hal ini akan memperkuat peran Indonesia di bidang kesehatan global.

Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. Dante Harbuono berbicara tentang peran dan tantangan dalam program pengelolaan penyakit. Ia menyatakan tekadnya untuk bekerja sama dengan semua pihak dan mengakui hasil positif yang diraih.

Wakil Menteri Dante juga menekankan pentingnya upaya yang lebih besar untuk memperluas cakupan deteksi, pengobatan dan pencegahan penyakit serta menjaga keseimbangan anggaran dari sumber lokal, seperti dikutip dari situs Sehat Negeriku pada Selasa, 19 Maret 2024.

Meski tugas tersebut berat, namun ia yakin bisa menyelesaikannya dengan dukungan semua orang. Ia juga mengapresiasi hasil positif program dukungan Global Fund pada tahun 2022, seperti alokasi terapi untuk korban HIV, paket pengobatan TBC, dan kelambu untuk keluarga.

Meski tantangannya masih banyak, Wamenkes optimistis dengan tekad dan kerja sama yang baik, tujuan pemberantasan ketiga penyakit tersebut bisa tercapai.

Profesor Dante menjelaskan, pahlawan nasional menggunakan tiga strategi untuk meraih kemenangan dan dapat dicontoh dalam memerangi penyakit di Indonesia.

Pertama, mereka memahami kekuatan dan kelemahan musuh serta kondisi medan perang. Kedua, mereka memobilisasi dukungan lokal dengan melibatkan sekutu dan pendukung lokal. Terakhir, mereka menjadi adaptif dan fleksibel dengan menyesuaikan strategi berdasarkan pergerakan dan kondisi musuh.

Ia berharap strategi ini dapat diterapkan untuk melawan tiga penyakit mematikan yaitu HIV, TBC, dan Malaria.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post PPFI dan PTOI Bikin Sains Olahraga Indonesia Raya
Next post Han So Hee vs Hyeri: Drama Cinta Segitiga Ryu Jun Yeol Kembali memanas!