Kanker Otak: Penyebab, Jenis, Faktor Risiko hingga Penanganan Terkini

0 0
Read Time:3 Minute, 18 Second

designsuperstars.net, Jakarta Kanker otak tergolong jarang terjadi dibandingkan jenis kanker lainnya, meski tetap menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Salah satu figur publik yang kita kenal telah berjuang melawan kanker otak adalah entertainer Agung Hercules.

Apa itu kanker otak?

Kanker otak adalah pertumbuhan sel-sel abnormal pada jaringan otak yang membentuk tumor. Kehadiran sel kanker menyebabkan tekanan pada jaringan otak sehingga menimbulkan gejala seperti sakit kepala, mual, dan gangguan keseimbangan.

Mengenai jenisnya, dokter spesialis bedah saraf Wienorman Gunawan mengatakan tumor otak secara umum terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Tumor Otak Primer: Berasal dari otak atau jaringan di sekitarnya, seperti glioma, meningioma, atau medulloblastoma, dan bisa jinak atau ganas tergantung jenisnya.

2. Tumor otak sekunder (metastatik): kanker yang menyebar ke otak dari organ lain, seperti paru-paru, payudara, atau kulit (melanoma), dan selalu bersifat ganas.

Banyak orang bertanya-tanya tentang penyebab kanker otak. Sayangnya, penyebab pasti kanker otak masih belum diketahui sepenuhnya.

Namun, ada sejumlah faktor risiko yang diduga meningkatkan peluang terkena kanker otak, antara lain:

1. Faktor genetik

Dokter asal RS Bethsaida Gading Serpong ini mengungkapkan, faktor genetik berperan penting terhadap risiko kanker otak. Beberapa orang memiliki mutasi genetik atau riwayat keluarga yang meningkatkan risiko tumor otak. Ini termasuk: Sindrom genetik tertentu: Orang dengan neurofibromatosis tipe 1 dan 2, sindrom Li-Fraumeni, sindrom Turcot, dan sindrom Gorlin lebih mungkin terkena kanker otak dibandingkan populasi umum. Riwayat keluarga hanya 5-10%, adanya riwayat keluarga dapat meningkatkan risiko.

 

 Selain faktor genetik, lingkungan juga meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini, seperti:

1. Paparan Radiasi – Radiasi pengion telah terbukti meningkatkan risiko tumor otak primer seperti glioma. Orang yang menerima terapi radiasi di kepala memiliki peningkatan risiko terkena glioma dan meningioma.

2. Paparan bahan kimia: Meskipun penelitian belum memberikan bukti yang meyakinkan, diyakini bahwa bahan kimia tertentu, seperti pestisida, pelarut, dan bahan kimia industri, berperan dalam meningkatkan risiko tumor otak.

3. Faktor lain: Beberapa penelitian telah mencoba menghubungkan polusi udara dengan risiko kanker otak, namun buktinya terbatas dan tidak meyakinkan.

Wienorman mengatakan sebagian besar kasus kanker otak baru terdeteksi setelah pasien merasakan gejalanya. 

Saat pasien berobat ke dokter, hal pertama yang dilakukannya adalah menanyakan secara detail gejala yang dialaminya serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.

“Jika dicurigai adanya kanker otak, dokter akan merekomendasikan beberapa tes khusus untuk memastikan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab gejala lainnya,” kata Wienorman.

Di RS Bethsaida Gading Serpong, tempat Wienorman berpraktik setiap hari, kanker otak dapat dideteksi sejak dini dengan beberapa rangkaian pemeriksaan, antara lain: Imaging (MRI dan CT): scan untuk mendapatkan gambaran otak secara detail dan mendeteksi tumor. EEG: Digunakan jika pasien mengalami kejang untuk merekam aktivitas otak menggunakan elektroda di kulit kepala. Angiografi serebral: Pencitraan menggunakan sinar-X dan pewarna kontras untuk memeriksa aliran darah ke tumor. Fungsi lumbal: Pengambilan sampel cairan serebrospinal untuk menguji penanda tumor. Biopsi jarum stereotaktik: untuk tumor di area sensitif atau sulit dijangkau untuk mengumpulkan sampel jaringan.

 

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan hasilnya positif kanker otak, Anda perlu segera mendapatkan pengobatan yang tepat.

“Kombinasi deteksi dini dan pengobatan yang tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan,” kata Wienorman.

Pengobatan kanker otak bergantung pada jenis, lokasi, ukuran tumor, dan status kesehatan pasien.

Metode utama pengobatan kanker otak meliputi: Pembedahan: mengangkat tumor tanpa merusak jaringan otak yang sehat. Radioterapi: Menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Kemoterapi: pemberian obat untuk membunuh sel kanker atau memperlambat pertumbuhannya. Terapi bertarget: menggunakan obat yang secara khusus menargetkan sel kanker dengan sedikit efek pada sel normal. Terapi kekebalan: Ini merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.

Setiap pasien akan menerima pengobatan yang disesuaikan dengan kondisi spesifiknya, dengan tujuan memperlambat perkembangan kanker, menghilangkan gejala dan meningkatkan kualitas hidup.

Direktur RS Bethsaida Gading Serpong, Pitono menjelaskan, rumah sakit tersebut memiliki Klinik Bedah Saraf dengan fasilitas dan layanan khusus yang dirancang untuk menangani berbagai kondisi saraf, termasuk kanker otak.

“Kami berkomitmen untuk memberikan perawatan berkualitas tinggi, mulai dari diagnosis hingga pengobatan, dengan pendekatan holistik dan dengan dukungan tim ahli untuk mendukung proses penyembuhan dan memberikan kenyamanan maksimal kepada pasien kami”, kata Python.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D slot 1000 jepang slot lapaktoto