Kaspersky: Aktivitas Kejahatan Siber di Telegram Melonjak 53 Persen pada 2024

Read Time:2 Minute, 15 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Telegram saat ini tengah dilanda kontroversi karena layanannya kerap digunakan dalam aktivitas ilegal. Tim intelijen jejak digital Kaspersky juga menganalisis saluran bayangan Telegram.

Temuan mereka memang menunjukkan tren yang mengkhawatirkan di Telegram. Misalnya, penjahat dunia maya menggunakan Telegram sebagai pasar bawah tanah.

Berdasarkan keterangan Kaspersky pada Senin (1/7/2024), penjahat dunia maya secara aktif menggunakan saluran dan grup Telegram untuk menyelidiki skema penipuan, berbagi database, dan membeli dan menjual berbagai layanan kriminal. Seperti pembayaran, persiapan dokumen, layanan serangan DDoS dan masih banyak lagi.

Menurut Kaspersky Digital Footprint Intelligence, volume unduhan tersebut meningkat sebesar 53% pada Mei-Juni 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurut Analis Kaspersky Digital Footprint Intelligence Alexei Bannikov, meningkatnya minat komunitas kejahatan dunia maya terhadap Telegram disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama-tama, aplikasi perpesanan ini sangat populer. Menurut pendiri Telegram, Pavel Durov, viewernya mencapai 900 juta per bulan.

Kedua, Telegram dipasarkan sebagai aplikasi perpesanan paling aman dan independen. Telegram tidak mengumpulkan informasi apa pun dari pengguna, sehingga ada rasa perlindungan dan kekebalan bagi pelaku keamanan.

Ketiga, membangun komunitas di Telegram relatif mudah. ​​Dikombinasikan dengan faktor-faktor lain, hal ini memungkinkan berbagai saluran, termasuk saluran kejahatan dunia maya, dengan cepat mengumpulkan audiens, kata Alexei.

Pada saat yang sama, penjahat dunia maya yang beroperasi di Telegram umumnya kurang paham teknologi dibandingkan mereka yang beroperasi di web gelap.

Hal ini disebabkan rendahnya hambatan masuknya komunitas bayangan di Telegram. Selain itu, Telegram tidak memiliki reputasi seperti yang dimiliki banyak forum web gelap. Oleh karena itu, banyak penipu di Telegram yang mencoba menipu anggota komunitasnya.

Alexei menambahkan bahwa Telegram memiliki tren lain sebagai platform di mana berbagai peretas berbagi dan mengungkapkan pendapat mereka.

“Karena basis pengguna dan distribusi konten yang cepat melalui saluran Telegram, peretas menganggap platform tersebut sebagai sarana mudah untuk melancarkan serangan DDoS dan metode destruktif lainnya terhadap infrastruktur yang ditargetkan,” katanya.

Selain itu, peretas percaya bahwa informasi yang dicuri dari organisasi sasaran dapat dilepaskan ke domain publik menggunakan saluran yang meragukan di Telegram.

Sebelumnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Bodi Ari Setiyadi membenarkan pihaknya telah mengirimkan surat peringatan pertama dan kedua atas permintaan Telegram. Peringatan Konten Perjudian Online.

Namun Telegram tidak menanggapi peringatan pemerintah sehingga Kementerian Komunikasi dan Informatika akan mengeluarkan surat peringatan ketiga sebagai peringatan terakhir.

Menteri Budi mengatakan kepada Antara, Kamis (20/6/2024), Kementerian Komunikasi dan Informatika akan menutup aplikasi jika telegram tersebut tidak ditanggapi.

Perdebatan pemblokiran platform media sosial saat ini sedang ramai diperbincangkan masyarakat. Pemblokiran tersebut akan dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika karena beberapa media sosial diduga terlibat dalam game online dan konten pornografi.

Blokir Twitter atau

Kebijakan pemblokiran aplikasi sebenarnya bukan hal baru karena sudah pernah diterapkan untuk menangani akun media sosial, penyebaran kecurangan pemilu, dan pemblokiran situs game online.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Ini Modal BYD Sea Lion Buat Lawan Tantang Tesla Model Y
Next post Viral Ramalan Denny Darko, Kondisi Kehidupan Rumah Tangga Syahrini Usai Melahirkan