Kehadiran Starlink Bikin Geger Industri Internet Indonesia, Apa Kata Asosiasi Satelit?

Read Time:3 Minute, 9 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Layanan internet satelit Starlink langsung menjadi perbincangan masyarakat setelah resmi diluncurkan di Indonesia. Tak heran jika hal ini menjadi perhatian para pemain berpengalaman di industri ini.

Sekretaris Jenderal Masyarakat Satelit Indonesia (ASSI) Sigit Jatiputro pun menegaskan persoalan tersebut. Ia mengatakan kehadiran Starlink menjadi perhatian seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Seagate mengatakan kepada Tekno designsuperstars.net, Jumat (31/5/2024), bahwa “kehadiran Starlink menjadi perhatian dunia, dan bukan hanya di Indonesia, karena yang muncul menjadi sumber kekhawatiran bagi operator Internet saat ini. dan layanan.”

Ia mengatakan, kini banyak masyarakat Indonesia yang membandingkan kecepatan internet satelit dari ISP lokal dengan kecepatan yang jauh lebih rendah dari Starlink. Pria berkacamata itu menjelaskan, penyebab perbedaan kecepatan yang sangat besar adalah karena kapasitas satelit yang digunakan di orbit bumi geostasioner (GEO) lebih kecil dibandingkan Starlink.

“Alasan kecepatan internet satelit lokal tertinggal dibandingkan layanan eksternal (Starlink) adalah karena terbatasnya kapasitas satelit GEO,” kata Seagate.

“Selain itu, ketika kapasitas Internet satelit GEO mencapai batasnya, tidak dapat ditambahkan lagi,” tambah Seagate.

Starlink tidak memiliki batasan ini. Pasalnya SpaceX sebagai perusahaan yang mengoperasikan layanan Internet ini selalu mengirimkan lebih banyak satelit untuk meningkatkan kapasitas Internet sehingga dapat memberikan komunikasi ke lebih banyak pengguna.

Dengan kemampuan tersebut, Sigit tidak yakin layanan Internet satelit lokal mampu bersaing dengan teknologi yang dimiliki Starlink. 

“Sulit bagi kami untuk bersaing dengan kemampuan Starlink,” kata Seagate.

Kemunculan Starlink yang memiliki kecanggihan teknologi luar biasa membuat beberapa layanan Internet satelit dalam negeri resah karena takut kehilangan pangsa pasar.

Meski Sigit Jatiputro menilai peluncuran satelit LEO untuk internet satelit lokal bisa menjadi solusi, namun ia meyakini langkah tersebut justru menjadi keuntungan bagi Starlink karena peluncuran satelit ke luar angkasa memerlukan layanan roket dari SpaceX selaku perusahaan pemilik Starlink.

“Jika kami ingin bersaing dengan baik, kami juga akan meluncurkan satelit LEO,” kata Seagate. “Tetapi sekarang jika kami ingin meluncurkan satelit, kami memerlukan roket dari SpaceX, yang sangat berguna dengan Starlink.”

Ia mengungkapkan bahwa SpaceX adalah satu-satunya pilihan yang Anda miliki saat ini jika ingin mengirim satelit ke luar angkasa.

“Jika kita ingin meminta bantuan Rusia, satelit mereka tidak cukup kuat. Jika kita menggunakan satelit Tiongkok, kita tidak bisa meminta mereka untuk meluncurkan satelit selain yang mereka produksi, jika kita meminta bantuan dari Eropa, situasinya akan buruk. ” “Lebih sulit,” kata Sigit.

Jika ingin meluncurkan satelit LEO di Indonesia, Seagate yakin negara ini harus merdeka.

“Jika kita ingin meluncurkan satelit, kita harus memiliki kemandirian. Tanpa itu kita tidak bisa bersaing dengan Starlink,” tutup Seagate. 

Seiring dengan kepuasan masyarakat terhadap kecepatan layanan Internet yang disediakan Starlink, Sigit Jatiputro mengatakan kualitas Internet yang disediakan Starlink di Indonesia berpotensi menurun seiring berjalannya waktu.

“Layanan internet berkecepatan tinggi Starlink hanya bertahan dalam waktu singkat, paling lama hanya satu tahun,” tambah Seagate.

Mohammad Saifullah Hidayat, presiden Konferensi Satelit Asia-Pasifik Internasional (APSAT), juga menyatakan keraguannya terhadap Starlink.

“Sejak kapan kecepatan internet Starlink konstan,” kata Saifullah.

Dia mengatakan pengguna Starlink di AS mengeluhkan kecepatan internet mereka yang berangsur-angsur menurun karena pelanggan terus melakukan peningkatan.

“Pengguna di AS mulai mengeluh karena kecepatan internet Starlink tidak secepat saat pertama kali menggunakannya,” tambah Saifullah.

 

 

Seagate juga mengatakan layanan Internet Elon Musk tidak bisa dipantau sepenuhnya karena satelit Starlink di langit Indonesia sudah umum dan teknologi saat ini di Indonesia tidak bisa memantau ribuan satelit tersebut.

“Satelit Starlink sudah banyak yang mengorbit di langit Indonesia, dan satelit-satelit tersebut tidak bisa kita pantau,” kata Sigit.

Karena jumlah satelit Starlink yang sangat banyak dan sulit dipantau, Muhammad Saif Al-Hidaya mengungkapkan banyak negara yang menolak kehadiran layanan Internet satelit ini di negaranya.

“Masih ada beberapa negara yang belum membuka diri terhadap Starlink karena dianggap mengancam keamanan nasional, seperti India, China, dan beberapa negara lain di Eropa,” kata Siful.

“Negara-negara ini ingin mempersiapkan diri untuk menciptakan layanan Internet satelitnya sendiri, sekaligus mengamankan seluruh infrastruktur satelit LEO lokal,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Kampung Berseri Astra Berdayakan Kopi Robusta Buatan Pelajar SMK Jambi
Next post Profil Kim Go Eun, Aktris Terbaik Baeksang Award 2024 yang Pernah Bikin Setan Kegocek