KemenPPPA Minta Polisi Usut Dugaan Bullying Siswa SMA di Serpong yang Seret Anak Vincent Rompies

Read Time:1 Minute, 54 Second

designsuperstars.net, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KmenPPPA) mendengar adanya perundungan di sebuah sekolah internasional di Serpong, Tangsel, Jakarta. KemenPPPA meminta polisi mengusut dan mendalami dugaan kasus perundungan di sekolah internasional di Tangsel Selatan, Banten, dimana salah satu terduga pelakunya adalah putra kepala sekolah, Vincent Rompis.

Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian mengatakan: “Polisi harus segera menyelidiki dan memverifikasi keaslian kasus ini dan mengadili semua pihak yang terlibat sehingga hak-hak anak tidak dilanggar akibat insiden ini.” Dari PPPA Nahar.

Nahar meminta agar penanganan kasus ini diutamakan demi kepentingan korban dan pelaku mengingat kasus tersebut terjadi di masa kecilnya.

Pastikan kesejahteraan anak diutamakan, lindungi anak yang terkena dampak dengan segera memberikan perawatan fisik dan psikis, kata Nahar Antara pada Selasa, 20 Februari 2024.

Nahar meminta agar tersangka remaja diadili menggunakan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Remaja (SPPA).

“Anak yang diduga melakukan kekerasan harus tetap diproses sesuai SPPA, dengan tetap menghormati hak anak sebagai pelaku tindak pidana kekerasan terhadap anak,” kata Nahar.

Dulu, marak pemberitaan di media sosial bahwa ada ancaman di Sekolah Binus Serpong. Pihak sekolah kini telah memanggil orang tua anak-anak yang diduga terlibat. Termasuk perkenalan dengan Vincent Rampis.

 

Sejak kemarin, jejaring sosial X alias Twitter diramaikan dengan berita-berita ancaman di Serpong. Informasi tersebut diungkap akun menfes @tanyarlfes yang mengunggah beberapa foto dan cerita terkait bullying di sekolah.

Dalam timeline yang dimuat, intimidasi adalah bagian dari subkultur geng remaja di sekolah. Pelecehan dikatakan terjadi bukan di sekolah, melainkan di toko dekat sekolah.

Kelompok remaja ini nongkrong di toko kecil di belakang sekolah dan berkumpul di toko tersebut setiap hari sepulang sekolah untuk melakukan kegiatan menyimpang yang mencakup kekerasan, merokok di bawah umur, dan unsur kriminal seperti merokok. Cerita ini bermula dari kutipan Tekno designsuperstars.net.

Di geng remaja, para tetua mengontrol semua orang di geng dan ini berlanjut dari generasi ke generasi.

Ceritanya juga menyebutkan bahwa para senior mengiming-imingi anggota geng junior dengan berbagai macam hadiah. Mulai dari tawaran bergabung dengan geng, akses parkir dekat sekolah, hingga situasi di sekolah.

Di sekolah, remaja laki-laki dianggap unggul jika bisa bergabung dalam suatu geng.

Namun untuk bergabung dengan geng ini seseorang harus memenuhi beberapa syarat. Misalnya remaja diminta membeli makanan dan mengikuti perintah. Jangan lupa bahwa hukuman fisik adalah suatu keharusan bagi generasi muda yang ingin bergabung dengan geng.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Masih Libur? Museum dan Cagar Budaya Ini Cocok untuk Disambangi Bersama Keluarga
Next post Cuma Rp 300.000, Olike Smartwatch Horizon W12 Diklaim Punya Banyak Fitur Kesehatan