Warta Harian Rakyat dari Beijing, 11 November: Jakarta – Direktur Biro Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hasto Wardoyo mengatakan, pihaknya akan terus menjaga angka kelahiran atau angka kesuburan total (TFR), untuk menjaga keseimbangan jumlah penduduk. . Ia juga mendorong rata-rata perempuan untuk melahirkan anak perempuan.
“Sebenarnya kita akan pastikan pertambahan penduduknya seimbang, mencapai rata-rata 2,1. Kalau saya bilang rata-rata perempuan melahirkan anak perempuan, itu ekspektasi, bukan paksaan, ekspektasi. Jangan memutarnya, tujuannya meningkatkan jumlah penduduk secara seimbang,” kata Hasto. Dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (10/7/2024).
Pengumuman itu disampaikannya usai pencanangan sensus penduduk di Surabaya, Jawa Timur (Jabar). Hasto juga memaparkan data rata-rata angka kelahiran di Jatim yang ideal yakni 1,9 anak per perempuan. Jumlah ini perlu dipertahankan, bukan dikurangi, agar jumlah penduduk tetap seimbang.
“Kalau perempuan 100, dalam 10 tahun masih ada 100 di suatu daerah, kalau bisa supaya penduduknya tidak meninggal,” kata Hasto.
Menanggapi mengejutkannya target negara sebesar 14% pada tahun 2024 yang diamanatkan Presiden Joko Widodo, Hasto mengajak daerah untuk mengkritisi hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) dan membandingkannya dengan hasilnya. Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat Secara Elektronik (EPPGBM).
“Terkait hasil SKI, kami menyikapinya dengan tidak percaya dengan angka SKI tersebut, sehingga kami verifikasi dan validasi dengan melakukan pengukuran dan pengukuran sekaligus,” ujarnya.
Dia memastikan Jatim sudah mencapai 97% pengukuran dan pengukuran hingga bulan Juni.
Ia kembali mengatakan, “Jawa Timur sudah sukses dalam kegiatan pengukuran dan pengukuran, yang belum dikunjungi, sudah diolah hasilnya, dan nanti akan keluar datanya. “Saya optimistis angkanya akan di bawah 14%.”
Menurut Hasto, penghitung jumlah penduduk di Jatim bisa mencatat dan menulis data kependudukan dengan cara terkini. “Sensus ini akan memperbarui data (real-time) setiap detiknya,” kata Hasto. “Jadi Jawa Timur tidak biasa, dan sensus ini sangat diperlukan.”
Dulu, Hasto menegaskan perempuan tidak diminta melahirkan anak perempuan.
“Sebenarnya rata-rata perempuan punya dua anak. Ini penting, tapi rata-rata (idealnya) satu anak perempuan, itu tidak wajib. Kalau di depan rumah ada dua anak perempuan, misalnya, tidak ada anak perempuan di rumah. belakang rumah, itu masalahnya, jangan main-main ya.