Kesalahan Cara Konsumsi Kental Manis Pengaruhi Angka Stunting di Ambon

Read Time:3 Minute, 36 Second

designsuperstars.net, Ambon – Susu kental manis masih dianggap sebagai susu sehat untuk bayi oleh sebagian ibu di Kota Ambon, termasuk Fauziah.

Ibu berusia 40 tahun itu menceritakan kisahnya kepada Ketua Dewan Kesehatan Muslim Nahdlatul Ulama (NU) Erna Yulia Sofihara saat berkunjung ke Kampung Baru, Negeri Laha, Kota Ambon pada 14 Juli lalu.

Fauziah mengatakan, anak bungsunya yang berusia dua tahun mengalami kesulitan makan sehingga kurus. Berdasarkan pendataan kader Posyandu setempat, anak tersebut masuk dalam kategori pirosis. Selain itu juga terdapat kerak pada kaki dan tangan

“Susah makannya, tapi dia minum susu yang banyak, tiga botol dari pagi hingga siang, tiga botol di malam hari,” ujarnya sambil memamerkan botol susu berukuran 8 ons.

Ibu lima anak ini menambahkan, anaknya akan mengamuk dan mengamuk jika tidak diberi susu. Erna pun melihat yang dikatakan Fauziah adalah susu yang ternyata kental dan manis.

“Saya kasih satu amplop untuk satu botol, jadi biasanya saya beli susu kental manis setiap hari sebanyak 6 amplop,” lanjut Fauziah mengutip siaran pers tertanggal Kamis 1 Agustus 2024.

Saat ditanya mengenai awal mula anaknya mengonsumsi susu kental manis, Fauziah mengatakan hal itu sudah terjadi sejak anaknya berusia satu tahun.

“Dulu dia minta susu kakaknya karena kakaknya minum susu kental manis, sampai sekarang dia melanjutkan,” ujarnya lagi.

Fauziah tak memungkiri pernah mendengar susu kental manis bukanlah susu yang baik untuk bayi. Namun dia tidak tahu kenapa susu ini tidak cocok untuk anak-anak.

“Kalau mau cari susu di stand sini, ada susu kental manisnya,” ujarnya.

Terkait hal itu, Pj Gubernur Daerah Maluku Sadili Le mengatakan, kesalahan nutrisi pada anak turut berkontribusi terhadap meningkatnya penyakit maag.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting di Provinsi Maluku sebesar 26,1 persen pada tahun 2022. Namun berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka tersebut meningkat menjadi 28,4%.

“Perubahan di Maluku dulunya 26 persen, tapi tahun ini 28 persen,” kata Sadili Le dalam keterangan yang sama.

Oleh karena itu, ia berharap pengurangan narkoba di Maluku harus dimulai sejak dini. Diakuinya, salah satu penyebab terhambatnya pertumbuhan dan masalah gizi adalah kesalahan asupan makanan baik pada anak, remaja, maupun dewasa.

Termasuk kebiasaan mengonsumsi susu kental manis yang masih diberikan kepada anak sebagai minuman susu.

“Termasuk kebiasaan menyiapkan susu kental manis juga bisa menjadi penyebab terhambatnya pertumbuhan. “Ini memang informasi baru sehingga perlu disosialisasikan,” tegas Sadili Ie.

Pada tahun 2018, sebenarnya terjadi kesalahan dalam penggunaan susu kental manis. Ini bermula ketika seorang bayi berusia sembilan bulan meninggal karena kekurangan gizi.

Pihak keluarga mengaku, bayi tersebut sudah mengonsumsi susu kental manis sejak berusia dua bulan. Sekitar waktu yang sama, beberapa media memberitakan ditemukannya masalah gizi dan kesehatan pada anak kecil akibat konsumsi susu kental manis sebagai minuman susu.

Ketentuan yang mengatur mengenai konsumsi, pelabelan, dan periklanan produk kental manis diatur secara pasti melalui Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) No.1. 31 Tahun 2018 tentang Label Pangan Olahan. Melalui aturan tersebut, BPOM melarang penggunaan susu kental manis sebagai pengganti susu dan sumber pangan serta melarang penggunaan gambar anak di bawah lima tahun pada label dan iklan.

Terbaru, BPOM juga mengesahkan Peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2021 yang mengatur tentang perubahan besaran porsi.

Sebelumnya, pada label kemasan disebutkan sekitar 48 gram per porsi susu kental manis. Dalam aturan terbaru, BPOM menurunkannya menjadi 15-30 gram. Namun sosialisasi terkait peraturan ini dinilai kurang maksimal. Oleh karena itu, hingga saat ini masih banyak kesalahpahaman seputar konsumsi susu kental manis yang dijadikan minuman susu untuk anak.

Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, Dr. Daisy Indah, M.K.M., mengaku meminum susu kental manis masih menjadi sebuah tugas. Hal ini sudah terjadi sejak lama karena pola pikir yang salah di masyarakat. Faktanya, susu kental manis memiliki kandungan gula yang tinggi dan tidak cocok dikonsumsi anak-anak pada masa pertumbuhannya.

“Orang sering salah mengartikan susu kental manis dengan pengganti susu. Padahal mayoritas kandungannya adalah gula. Ini perlu diperbaiki. “Susu kental manis bukan sumber protein,” jelas Daisy Indah.

Menurutnya, sosialisasi penggunaan susu kental manis perlu lebih digencarkan. Salah satu cara yang bisa dioptimalkan adalah sosialisasi melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (CHI).

“Kami sudah memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang diberikan kepada ibu hamil. Buku KIA berisi informasi kesehatan ibu hamil hingga usia enam tahun. “Di dalamnya juga memuat informasi pemberian makanan kepada anak kecil mulai usia enam bulan sebagai pendamping ASI,” kata Lovely.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Daftar Webtoon Terbaru untuk Pembaca Usia 21 Tahun ke Atas
Next post PT Len dan Thales Kembangkan Radar Nasional untuk Perkuat Pemantauan Udara TNI AU