Keutamaan Lailatul Qadar dan Kadar Minimal Menghidupkannya Menurut Beberapa Tokoh Islam

Read Time:3 Minute, 11 Second

designsuperstars.net, Jakarta Lailatul Qadr merupakan malam istimewa yang hanya terjadi selama bulan Ramadhan. Sebenarnya Allah telah menyebutkan ciri-ciri malam ini di dalam Al-Quran.

Allah berfirman dalam surat Al-Qadr bahwa Lailatul Qadr lebih penting dari 1000 bulan. Dalam artian, ibadah malam itu mempunyai nilai tambah kemuliaan dan pahala yang lebih baik dibandingkan ibadah 1.000 bulan.  

Dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari disebutkan bahwa keutamaan menghidupkan malam Lailatul Qadr adalah diampuninya dosa-dosa yang dilakukan. 

 Cara terbaik untuk mendapatkan uang َا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Arti:

“Dan barangsiapa yang melewatkan malam Lailatul Qadr dengan beriman kepada Allah dan mengharap pahala-Nya, maka dosa-dosanya akan diampuni.” (HR al-Bukhari).

Guru Mahd Ali Al-Iman Bulus dan pengelola LBM NU Purvorejo, Ustaj Muhammad Hanif Rahman mengatakan, Lailatul Qadr sebenarnya adalah Allah atau tidak ada yang tahu kecuali yang dikehendaki Allah.

Jadi malam Qadr di sini adalah malam ghazal di 10 bulan terakhir Ramadhan, seperti yang sudah diketahui, kata Hanif, dikutip NU Online, Selasa (02-4-2024). Menghidupkan kembali malam Lailatul Qadr 

Ubaydillah ar-Rahmani al-Mubarakfuri (w. 1994) menjelaskan dalam kitabnya Miraatul Mafatih bahwa ungkapan ‘man kama lailatlakdar’ artinya ia menghidupkan malam Lailatul Qadr, disadari atau tidak.  

Ada sebagian orang yang berpendapat bahwa menunaikan shalat Isya berjamaah dianggap sebagai salah satu bentuk memeriahkan malam Qadr.

Namun ada hadits eksternal yang disampaikan oleh Al-Karmani. Hadits ini menunjukkan bahwa manusia tidak dikatakan menghidupkan malam kecuali mereka telah menghidupkan malam sepanjang atau sebagian besarnya. (Ubaydillah ar-Rahmani al-Mubarakfuri, Miraatul Mafatih Syarah Misyakatul Mashabih, [Banaras India, Idaratul Buhuts al-Ilmiyah: 1984], Volume VI, halaman 405).  

Dengan demikian, sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas, kecepatan dihidupkannya malam Qadr yang memberi hak kepada seseorang untuk mendapatkan keutamaannya sebenarnya masih menjadi perdebatan di kalangan ulama.

Jika kita melihat hadits, untuk memenuhi syarat mendapatkan Lailatul Qadr, seseorang harus hidup sepanjang malam atau sebagian besarnya. Di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa shalat Isya cukup berjamaah.

Sayyid Abdullah al-Ghumri dalam bukunya Ghayatul Ihsan menyebutkan beberapa kisah tentang taraf minimal seseorang yang diyakini dapat menghidupkan kembali malam Lailatul Qadr, sebagai berikut: Imam Malik

Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitabnya ‘Al-Muwathah’, datang kepadanya bahwa Sa’id bin Musayyib berkata: 

 الْعِشَاءَ مِنْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ-يعني في جماعة- فَقَد ْ اَخَذَ بِحَظِّهِ م ِنْهَا  

Arti:

“Barangsiapa yang menunaikan shalat Isya berjamaah pada malam Lailatul Qadr, maka dia mendapat bagian Lailatul Qadr.” Imam as-Syafi’i

Imam as-Syafi’i berkata dalam Qaul Qadim: 

 Pastikan Anda mendapatkan jumlah air yang tepat  

Arti:

“Barangsiapa yang menunaikan shalat Isya dan Subuh bersama-sama pada malam Lailatul Qadr, maka dia mendapat bagian Lailatul Qadr.”  Abu Hurairah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah dengan kualitas Hadits Marfu: 

 Penting bagi Anda untuk membuat pilihan yang tepat saat membeli suatu produk  

Arti:

“Barangsiapa yang melaksanakan shalat Isya terakhir di bulan Ramadhan secara berjamaah, maka dia telah mencapai Lailatul Qadr.”   Ibnu Abid Dunya

Beliau kemudian menyebutkan hadits mursal (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dari Abi Ja’far Muhammad bin Ali, dimana Nabi Muhammad SAW bersabda: 

 Jawab Ellen Dmood  

Arti:

“Barangsiapa yang menjalankan Ramadhan dalam keadaan sehat dan Islami, serta berpuasa di siang hari, rutin shalat di sebagian malamnya, menjaga mata, aurat, lidah dan tangan, menunaikan shalat berjamaah, dan berangkat (awalnya). pagi) hingga shalat Jumat, kemudian ia berpuasa sebulan penuh, mendapat pahala penuh, mencapai Lailatul Qadr dan berhasil memperoleh pahala (piala pujian) dari Allah.  (HR Ibnu Abid Dunya).  Al-Ghumari

Setelah mengutip riwayat di atas, al-Ghumari menyimpulkan:  

“Demikianlah karunia Allah sehingga seseorang yang menunaikan shalat Isya dan Subh berjamaah sepanjang bulan Ramadhan berharap tidak terhalangi dalam mencapai Lailatul Qadr.” (Abdullah bin Muhammad bin as-Shiddiq al-Ghumari, Ghayatul Ihsan fi Fadli Jaqatil Fitri wa Fadli Ramadhan, [Beirut, Alamul Qutb: 1985], hal. 58).  

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post 12 Ide Bisnis Rumahan yang Trend di 2024, Peluang Emas bagi Pemula hingga Pensiunan
Next post Bos Microsoft Satya Nadella Pernah Batal Ketemu Jokowi