Kisah Inspiratif Albert Pratama, Dari Reseller Pasar Klewer Jadi Raja Batik Milenial

Read Time:2 Minute, 53 Second

SOLO, designsuperstars.net – Kota Solo, Jawa Tengah, kini menjadi saksi munculnya perusahaan batik yang mengadopsi digitalisasi untuk meningkatkan skala usaha dan efisiensi.

Para pemilik usaha batik di “Kota Bengwan” berlomba-lomba memanfaatkan teknologi e-commerce untuk memperluas pasar dan melestarikan budaya Indonesia melalui motif batik yang unik.

Albert Pratama, Direktur Hadinata Batik, merupakan salah satu pelaku bisnis yang melihat perubahan signifikan dalam industri batik.

Memulai perjalanan bisnisnya pada tahun 2013 sebagai distributor batik di Pasar Klaver dan Pusat Grosir Solo, Albert mengambil langkah besar di tahun 2019 dengan mendirikan brand batik sendiri bernama ‘Hadinata Batik’.

Albert menekankan pentingnya menjaga kualitas dan keunikan produk. Batik Hadinata dikenal dengan motif, warna dan filosofi batiknya yang khas serta penggunaan bahan baku lokal 100 persen.

“Kualitas produk sangat kami jaga mulai dari bahan yang kami gunakan 100 persen katun hingga jahitan yang tepat,” kata Albert saat ditemui di Unit Pembuatan Batik Hadinata pada Kamis, 8 Agustus 2024.

Target pasar Batik Hadinata dimulai dari generasi Millenial hingga Generasi Z. Untuk memikat generasi milenial dan Gen Z, Hadinata Batik menghadirkan warna-warna batik yang populer di kalangan anak muda.

“Betul, kita lihat generasi millenial dan Gen Z itu kelompok paling besar ya, dari segi pasar paling besar. Kita lihat masa depan Indonesia ada di mereka. Jadi kita ikuti desain yang disukai anak muda. Dari terang ke gelap warna,” katanya.

Selain itu, Hadinata Batik juga menggandeng sepuluh seniman dan pembatik asal daerah Lawayan. Inovasi merupakan kunci untuk melawan persaingan dan gencarnya pendatang baru.

“Jadi kita benar-benar memberdayakan seniman lokal karena kita mendapat ilmu dan inspirasi dari mereka. Selain itu, kita juga bisa mendukung seniman lokal,”

Selain itu, Albert memperkenalkan batik eco-print yang menggunakan daun sebagai pewarna alami dan menerapkan prinsip zero waste, mengubah kain perca menjadi kerajinan tangan seperti gelang dan dompet.

Hadinata Batik tidak hanya fokus pada inovasi produk tetapi juga dampak sosial. Perusahaannya mempekerjakan sekitar 250 orang, termasuk pekerja toko dan penjahit.

“Melalui usaha ini, kami telah mampu menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 250 orang, termasuk pekerja toko dan penjahit,” ujarnya.

Dengan berkembangnya bisnis, Hadinata Batik kini memiliki delapan toko offline yang tersebar di berbagai kota besar antara lain Solo, Yogyakarta, Semarang, Gresik, Surabaya, Bandung, dan Malang. Produk batik Hadinata juga dapat ditemukan di sekitar 30 department store di seluruh Indonesia.

Produk batik Hadinata juga bisa didapatkan di sekitar 30 department store di Indonesia, ujarnya.

Menyadari pentingnya digitalisasi dalam dunia bisnis, Albert Pratama menyadari perlunya pemanfaatan e-commerce untuk pengembangan bisnis. Dengan melakukan inovasi desain batik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, Albert memastikan Batik Hadinata tetap relevan di pasar modern. Hal ini juga mengoptimalkan platform digital seperti Tokopedia dan ShopTokopedia untuk memperluas pasar dan meningkatkan visibilitas produk secara signifikan.

“Sejak bergabung, kami telah menjangkau seluruh wilayah Indonesia sehingga terjadi peningkatan omzet hingga 10 kali lipat,” jelas Albert.

Selain itu, Hadinata Batik juga menggunakan media sosial seperti TikTok untuk real-time shopping dan pembuatan konten video.

Isinya meliputi memadupadankan batik, tips membatik berdasarkan aktivitas, cara mencuci batik yang benar, dan tips memilih batik berdasarkan warna kulit. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan visibilitas produk tetapi juga menarik pasar yang lebih muda.

“Bisnis tersebut juga berhasil menarik pasar anak muda. Kami sangat mengapresiasi keberadaan platform e-commerce. Ini akan membantu kelangsungan bisnis batik di era digital dan meningkatkan penjualan produknya,” tutupnya. Perjanjian Infrastruktur dan Keuangan Indonesia Meluncurkan Fokus Pendanaan Perjanjian Infrastruktur dan Keuangan Indonesia senilai USD 649 juta telah diluncurkan secara resmi oleh Millennium Challenge Corporation (MCC), pemerintah AS dan Indonesia. designsuperstars.net.co.id 5 September 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Heboh Warga Jakarta Antre untuk Nyoblos Sebelum 14 Februari
Next post Perangkat Digital Ini Memastikan Anak-Anak Tak Hilang di Masjidil Haram