JAKARTA – Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional (HKN) 2024, PT Takeda Innovative Medicines mengimbau masyarakat lebih mewaspadai bahaya penyakit demam berdarah yang kerap dianggap sebagai penyakit musiman dan biasanya memuncak pada musim hujan. Tren terkini menunjukkan bahwa demam berdarah menjadi masalah kesehatan masyarakat sepanjang tahun.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa meskipun demam berdarah biasanya berfluktuasi secara musiman, peningkatan suhu global memperpanjang penularan, sehingga epidemi semakin meluas. Hal tersebut disampaikan Kementerian Kesehatan RI melalui talkshow bertajuk “Lindungi Keluarga Anda dari Ancaman Demam Berdarah: #Ayo3MPlusVaksinDBD” dalam rangka perayaan HKN 2024.
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan mengambil tindakan kolektif untuk mengakhiri ancaman demam berdarah yang semakin meningkat. Selama 20 tahun terakhir, kejadian demam berdarah telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia, sehingga menimbulkan tantangan kesehatan masyarakat. Antara tahun 2000 dan 2019, Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan peningkatan sepuluh kali lipat kasus yang dilaporkan di seluruh dunia, dari 500.000 menjadi 5,2 juta.
Pada tanggal 30 April 2024, lebih dari 7,6 juta kasus telah dilaporkan ke Organisasi Kesehatan Dunia, termasuk 3,4 juta kasus terkonfirmasi, lebih dari 16.000 penyakit serius, dan lebih dari 3.000 kematian. Demam berdarah sedang meningkat di Indonesia, dengan 88.593 kasus dan 621 kematian pada 30 April 2024, tiga kali lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2023, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.
Sedangkan menurut data Kementerian Kesehatan RI hingga minggu ke-42 tahun 2024, terdeteksi 203.921 kasus demam berdarah di 482 kabupaten/kota di 36 provinsi, dan 1.210 orang meninggal di 258 kabupaten/kota di 32 provinsi. . Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan jumlah kasus yang tercatat pada tahun 2023, yang terjangkit demam berdarah sebanyak 114.720 orang dan kematian sebanyak 894 orang.
“Saat ini penyebaran penyakit demam berdarah menjadi tantangan serius di Indonesia. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi masalah ini, khususnya dalam hal pemberantasan sarang nyamuk, namun kita melihat kasus dimana pemerintah mengalami kesulitan setiap tahunnya. Oleh karena itu, hal ini didukung secara lebih komprehensif melalui Strategi Pengelolaan Tingkat Nasional (STRANAS). 2021-2025 meliputi: (1) penguatan pengelolaan vektor yang efektif, aman, dan berkelanjutan (2) peningkatan kualitas dan kuantitas pengelolaan (3) penguatan surveilans dan respons penularan DBD secara luas, serta upaya pencegahannya; itu tidak tergantung padanya. Partisipasi aktif pemerintah dan setiap individu merupakan langkah penting dalam meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap #Ayo3MPlusVaksinDBD secara berkelanjutan. “Meskipun kami bekerja dengan hati-hati, kami harus menyadari perlunya meningkatkan kewaspadaan,” kata Satuan Tugas Arbovirus, wakil direktur Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Departemen Kesehatan. Indonesia, Dr. Agus Handito, SKM, M.Epid.
“Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pengendalian demam berdarah, dengan peningkatan angka kesakitan yang signifikan dan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap dampak ekonomi dan beban penyakit lainnya. Penerapan metode 3M Plus terbukti efektif, begitu pula dengan inovasi preventif lainnya. Dan penerapan inovasi preventif Kesehatan Nasional (HKN) yang relevan akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan mendorong partisipasi dalam kesehatan masyarakat. Meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan penularan demam berdarah yang dapat terjadi kapan saja. Jadi jangan sampai terobosan itu terjadi dulu, baru kita bisa maju. Melalui pendekatan berlapis dan kolaboratif, kita dapat melindungi diri kita sendiri dan orang yang kita cintai dari ancaman demam berdarah yang semakin meningkat. Datang dan bertindak sekarang demi kesehatan kita bersama! “. Kelompok Kerja Arbovirosis, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan, Indonesia, Dr. Iriani Samad, M.Sc.
Mariani, pekerja kemanusiaan asal Matraman, Jakarta Timur, menceritakan pengalamannya menangani penyakit demam berdarah di wilayahnya. Menurut Ria, sejumlah acara PSN sudah berlangsung. “Dari jajaran Jumantic, kami terus memantau kawasan Matraman. Memastikan lingkungan kita tidak hanya bersih tetapi juga bebas jentik nyamuk. Yang lebih penting lagi, kami mengajak seluruh warga untuk bekerja sama. Kami yakin suatu daerah bisa terbebas dari penyakit DBD hanya jika seluruh elemen masyarakat bergerak bersama. Artinya bukan hanya tugas Jumantic, tapi tugas setiap anggota keluarga di daerah tersebut. Selain itu, program PSN harus kita lengkapi dengan perlindungan menyeluruh bagi keluarga. Sehingga kini kita semakin tenang karena demam berdarah memang bisa dicegah dan kita bisa memastikan setiap anggota keluarga terlindungi dari ancaman demam berdarah. “Melalui kolaborasi dan komitmen bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan sehat serta menurunkan angka kasus demam berdarah secara signifikan,” jelas Ria.
Sementara itu, Prof. Dr. Dr. Salah satu pembicara dalam diskusi panel tersebut adalah anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) periode 2004-2024 Sojatmiko, Sipa (K), Ibu. 5-14 tahun. “Masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah untuk mencegah anak-anak dan orang dewasa terkena virus demam berdarah yang ditularkan oleh nyamuk dengan secara rutin melepas kelambu di seluruh rumah, sekolah, toko, pasar dan perkantoran, serta memelihara tanaman pengusir nyamuk. . dan ikan pemakan larva. Juga kabut untuk membunuh nyamuk dewasa, dan mempertahankannya. Selain itu, setiap anggota keluarga harus lebih berhati-hati dalam mencegah gigitan nyamuk dengan 3M Plus, antara lain salep pengusir nyamuk, obat nyamuk, pakaian lengan panjang, celana dan kelambu. Selain upaya tersebut, pemerintah dan masyarakat juga telah mencanangkan program pelepasan telur nyamuk ber-Wolbachia, penelitian ini telah dilakukan di 10 negara sejak tahun 2006, lanjutnya.