JAKARTA – Tes gender setiap atlet peserta Olimpiade masih menjadi kontroversi. Beberapa orang percaya bahwa diperlukan konsensus ilmiah mengenai masalah ini.
“Dalam isu yang luas, masih diperlukan konsensus ilmiah atau politik mengenai isu ini. Ini bukan isu hitam-putih. IOC sangat tertarik dengan resolusi seperti ini, karena sudah ada konsensus mengenai topik ini,” katanya dalam komunikasi. Direktur Komite Olimpiade Internasional (IOC) Mark Adams melaporkan kepada Sputnik Globe, Senin (8/05/2024).
Diakuinya di sela-sela jumpa pers, Jumat (8/2/2024) bahwa belum ada konsensus ilmiah dan politik mengenai isu tes gender dalam olahraga. Hasil tes gender yang kontroversial dalam tinju Olimpiade telah menghidupkan kembali perdebatan.
Adams berbicara di depan umum sehari setelah petinju Italia Angela Carini mencapai 1/8 final melawan petinju Aljazair Imane Khelif. IOC menyetujui partisipasi Khleif di Olimpiade putri meskipun petinju itu dikeluarkan dari Piala Dunia 2023 setelah gagal dalam tes kelayakan gender yang tidak ditentukan.
Asosiasi Tinju Internasional (IBA) menemukan adanya kromosom XY dan peningkatan kadar testosteron dalam tubuhnya. IOC mengandalkan standar yang diterapkan pada Olimpiade terakhir. Adams membenarkan bahwa IOC berupaya melindungi atlet yang gagal dalam tes gender dari intimidasi.
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan setelah Olimpiade bahwa atlet dengan karakteristik genetik laki-laki akan dikeluarkan dari kompetisi putri. IOC telah melarang Organisasi Tinju Internasional menyelenggarakan Pertandingan Tinju Paris.