designsuperstars.net, Jakarta – Menurut pengamat ekonomi Selios Nailul Huda, program Makanan Bergizi Gratis (MBG) menelan biaya Rp71 triliun dan hanya menyumbang 1,83-1,91 persen dari APBN 2025.
Namun, terdapat kekhawatiran bahwa membeli dana untuk program makan siang gratis akan menguras anggaran untuk program prioritas lainnya, seperti subsidi bahan bakar.
“Meski hanya 183-1,91 dari APBN, namun pos pangan bergizi gratis akan menyebabkan redistribusi anggaran dan menimbulkan dampak ekonomi seperti peningkatan inflasi dan pengurangan subsidi energi, penurunan daya beli,” ujarnya. kepada designsuperstars.net pada Selasa (25/6/2024).
Jika memang ingin fokus pada peningkatan sumber daya manusia (SDM) melalui program ini, Naylul menyarankan pemerintah menghentikan aliran dana ke proyek-proyek strategis nasional (PSN) yang tidak berguna di masa depan. Dalam konteks ini, ia juga merujuk pada Proyek Pembangunan Ibu Kota Indonesia (IKN).
Oleh karena itu, ke depan pemerintah harus melakukan redistribusi anggaran lagi dengan menangguhkan proyek-proyek PSN yang berisiko gagal, termasuk proyek-proyek IKN, sehingga tidak merugikan masyarakat jika ditangguhkan, katanya.
Nailal tak menampik, penghentian sementara proyek IKN menimbulkan citra buruk dan berdampak buruk pada investasi. “Tapi kalau terus berlanjut, saya kira dampaknya akan lebih besar, jadi menurut saya ini harus kita jadikan prioritas,” imbuhnya.
Oleh karena itu, ia menyerukan agar pengembangan IKN lebih lanjut mengandalkan bantuan keuangan pihak swasta/investor, bukan APBN. Sebab, merujuk pada rencana kerja Prabowo-Gibran, keduanya mengaku tak terlalu khawatir dengan IKN.
“Bukan berarti kita menghentikan IKN secara nyata, tapi kita akan memprioritaskan pembangunan yang lain. Saya kira, hal-hal seperti pembangunan manusia adalah prioritas pemerintah,” kata Nailul.
“Kalau kita lihat dokumen Prabowo-Gibran, sangat sedikit yang menyebutkan pembangunan ibu kota nusantara. Banyak yang menyebutkan pembuatan program makan siang gratis untuk pengembangan sumber daya manusia,” ujarnya. dikatakan.
Sebelumnya, Kepala Badan Anggaran Korea Utara Saeed Abdullah memperkirakan anggaran pertama Program Pangan Bergizi Gratis (MBG) sebesar Rp71 triliun. Menurut dia, angka tersebut masih bisa diterima mengingat APBN pertama Presiden terpilih Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Dia mengamini rencana Prabowo yang memasukkan anggaran makan siang gratis dalam APBN 2025 ke dalam rencana belanja negara, perkiraan Saeed, mematahkan persepsi bahwa program pangan bergizi gratis senilai Rp71 triliun membutuhkan anggaran besar.
“Saya kira anggapan bahwa kebijakan ini akan menelan ratusan triliun makanan gratis bagi masyarakat adalah tidak benar,” kata Said kepada designsuperstars.net pada 24/25/2024.
Ia meyakini distribusi tersebut masih dalam batas aman. Berdasarkan perhitungannya, Rp71 triliun hanya sekitar 2 persen dari total belanja negara atau Rp3.500 triliun.
“Dalam RAPBN tahun 2025, alokasi Program Pangan Bergizi Gratis sebesar Rp71 triliun merupakan alokasi yang moderat dibandingkan total belanja negara yang saya perkirakan merupakan shortfall sebesar $3,5 triliun atau 2 persen dari belanja negara. RAPBN tahun 2025 sebesar 2,29 triliun. persen PDB- artinya akan berlalu,” jelasnya.
Politisi PDI Perjuangan itu menilai, komunikasi pemerintah saat ini dan tim sinkronisasi pemerintah yang diutus Prabowo berjalan normal. Hal ini diyakini akan menciptakan citra baik bagi pemilik usaha dan pelaku pasar.
“Saya kira kelancaran proses transisi antara Kementerian Perekonomian Presiden Jokowi dan tim ekonomi Pak Prabowo memberikan sinyal baik kepada pasar bahwa kebijakan fiskal pemerintahan baru akan dilanjutkan,” jelas Abdullah.
Selain itu, Saeed mengatakan pemerintah harus terus menjaga kepercayaan pasar pada masa transisi ini. Apalagi tantangan ke depan tidak akan mudah.
“Kepercayaan pasar terhadap proses transisi pemerintah perlu terus kita jaga karena pemerintah menghadapi tantangan berat pada tahun depan, apalagi situasi eksternal kurang mendukung padahal kebutuhan pendanaan RAPBN 2025 cukup besar,” ujarnya. diminta.
Menurutnya, proses komunikasi yang berjalan bisa menjadi modal kuat untuk menjaga estafet pemerintah. Di sisi lain, ia menilai tahun pertama Prabowo-Gibran memerlukan penyesuaian program.
“Saya sebagai Presiden Republik Korea mendukung pentingnya proses penyesuaian program RAPBN 2025 pemerintahan baru karena saya khawatir jika pelaku pasar tidak mendapatkan informasi yang lengkap akan membuka perasaan. penerus yang baik untuk kualitas APBN kita,” pungkas Saeed Abdullah.