Mandatory Spending 20% Dana Pendidikan Ditinjau Ulang, Ketua Komisi X DPR: Kami Menolak

0 0
Read Time:1 Minute, 42 Second

JAKARTA – Menteri Keuangan (Keuangan) meminta Sri Muliani PC untuk mengalokasikan 20% dari pengeluaran publik untuk pengeluaran publik. Langkah ini dianggap sebagai pengurangan jumlah penggunaan APBN wajib untuk layanan pendidikan.

“Kami tidak menerima upaya apa pun untuk mendistribusikan anggaran pendidikan karena memengaruhi kualitas layanan pendidikan di negara ini karena dibuka oleh sistem saat ini, terutama jika dana pendidikan terbuka dalam pernyataan resminya dalam pernyataan resminya (6/9/2024).

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Muliani pada hari Rabu (4/9/2024) meminta biaya wajib APBN dari Angara dan Angara.

Sampai sekarang, 20% dari kesimpulan pendidikan APBN didasarkan pada jumlah pengeluaran publik, yang harus didasarkan pada pendapatan di atas. Ketua DP-Bangar, Abdullah, menyetujui permintaan Sri Mulana.

HUDDA menemukan bahwa dimungkinkan untuk mengurangi anggaran untuk pendidikan jika 20% pendidikan berdasarkan pendapatan negara. Menurutnya, dalam persiapan APBN, jumlah pengeluaran publik selalu sangat ditentukan dari pendapatan pemerintah.

“Proposal Anggaran Negara untuk tahun 2025, seperti proyek pengeluaran publik dan pendapatan pemerintah ke Kantor Pos dan 996,9 triliun.

Saya perhatikan bahwa Hude akan layak berada dalam rencana pendidikan, biaya negara dan pengeluaran. Pasal 31, Pasal 31 Konstitusi. Negara harus menghadapi setidaknya 20% APBN dan setidaknya 20% APBD, Pendidikan Nasional.

“Konstitusi kami berkewajiban untuk memberikan layanan pendidikan untuk meningkatkan kegiatan pendidikan untuk meningkatkan perilaku dan keterampilan pendidikan. Ini tidak akan mencegahnya memberikan kepentingan lebih lanjut,” katanya.

Menurutnya, implementasi pendidikan di Indonesia menemukan banyak hambatan karena biaya yang terbatas. Dari pendidikan tinggi, pendidikan universitas, kesejahteraan lembaga universitas, penggemar, kondisi kehidupan guru yang baik, terutama di sekolah, terutama di daerah 3T.

“Literasi, sains, matematika dibandingkan dengan negara lain yang tidak menyebutkan kualitas optimal lulusan sekolah kami dibandingkan dengan negara lain.

Politisi PKB ini sekarang mengakui bahwa manajemen 20% anggaran pendidikan tidak optimal, terutama karena itu bukan distributor tertentu karena optimal untuk mempengaruhi kualitas layanan pendidikan di Indonesia.

Karena upaya untuk meningkatkan pangsa anggaran harus difokuskan pada reformasi saham anggaran, anggaran untuk anggaran pendidikan tidak dapat direorganisasi. “Jadi jika Anda ingin bersikap adil, tingkatkan anggaran anggaran negara, tetapi anggaran untuk pendidikan tersembunyi, bukan untuk fungsi pendidikan untuk fungsi pendidikan,” pungkasnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D jepang slot