Mengenal TTS, Pembekuan Darah Efek Samping Langka Vaksin COVID-19 AstraZeneca

Read Time:2 Minute, 16 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Vaksin COVID-19 AstraZeneca ramai diperbincangkan karena efek sampingnya seperti pendarahan. Beberapa media asing memberitakan bahwa perusahaan farmasi tersebut mengutip efek samping yang tidak biasa dari vaksin COVID-19 AstraZeneca dalam gugatannya.

Mereka telah meluncurkan gugatan class action terhadap raksasa farmasi AstraZeneca setelah vaksinnya diduga menyebabkan puluhan kematian dan cedera serius.

Kasus pertama diajukan tahun lalu oleh Jamie Scott. Ia mengalami cedera otak permanen setelah menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca pada April 2021. Ia mengalami pembekuan darah dan pendarahan otak yang membuatnya tidak bisa bekerja.

AstraZeneca tidak membantah tuduhan tersebut. Namun, dalam dokumen hukum yang diserahkan ke Pengadilan Tinggi pada bulan Februari, AstraZeneca menulis bahwa vaksin COVID “dalam kasus yang jarang terjadi, menyebabkan TTS,” menurut Telegraph.

 Apa itu TTS?

Informasi Kementerian Kesehatan RI pada Kamis 2 Mei 2024 menyebutkan bahwa Thrombosis and Trombocytopenia Syndrome (TTS) atau sindrom trombosis dan trombositopenia merupakan penyakit yang menyebabkan korbannya mengalami pendarahan dengan kadar platinum yang rendah.

Masalah TTS jarang terjadi di masyarakat, namun dapat menimbulkan gejala yang parah.

TTS ditandai dengan adanya penggumpalan darah (trombosis) dan rendahnya kadar trombosit (trombositopenia), suatu kondisi yang mempengaruhi sirkulasi darah. Ini biasanya melibatkan area jaringan yang luasnya tidak normal, seperti di otak (trombosis sinus vena serebral) atau perut.

Menurut Health Direct Australia, gejala TTS yang memengaruhi otak antara lain: sakit kepala parah dan terus-menerus, penglihatan kabur, bicara tidak jelas, kantuk, kejang, atau kebingungan.

Gejala TTS yang menyerang seluruh tubuh antara lain: kesulitan bernapas, nyeri dada, kaki bengkak, nyeri perut (perut).

Jika Anda mengalami gejala TTS, segera ke rumah sakit. Selain itu, jika dicurigai terjadi pendarahan otak, pasien segera dirujuk ke unit gawat darurat untuk evaluasi.

Selama berada di rumah sakit, tim medis akan melakukan tes darah dan scan, termasuk CT scan, untuk memastikan diagnosis.

Perawatan umum untuk TTS meliputi: obat anti inflamasi (untuk mencegah penggumpalan darah) imunoglobulin intravena (IVIG) prednison dosis tinggi – sejenis obat steroid

Indonesia menjadi negara yang menggunakan vaksin COVID-19 AstraZeneca untuk melindungi warganya dari kematian akibat virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI pada Kamis 2 Mei 2024, dari 453 juta vaksin yang diberikan kepada penduduk Indonesia, 70 juta diantaranya merupakan vaksin AstraZeneca.

Berdasarkan audit yang dilakukan Komisi Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi (Komnas PP KIPI), tidak ada kejadian trombosis dan sindrom trombositopenia (TTS) setelah penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia.

Menurut keterangan Profesor Hinki Hindra Erawan Satari, Direktur Komnas PP KIPI, jika hari ini ditemukan Indonesia, bukan karena vaksin COVID-19.

“Kejadian lanjutan setelah vaksinasi (KIPI) jika penyakit atau gejala timbul antara 4 sampai 42 hari setelah vaksinasi. Hinki menjelaskan dalam keterangannya, “Meskipun kasus TTS kini banyak ditemukan di Indonesia, namun yang pasti bukan disebabkan oleh vaksin COVID-19 seperti yang diberitakan saat itu.” “

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Kia EV3 Siap Tantang Mobil Listrik China di Indonesia, Harga Mulai Rp500 Jutaan?
Next post Jadwal Perempat Final Copa America 2024: Ada Big Match Uruguay vs Brasil