REPUBLIKA.CO.
Bodhi Gunadi Sadikin mengatakan pada Kamis 28/3/2024, pekerjaan ini sudah dimulai di Bandung, Buntang, Kupang, Jakarta dan satu lagi di Semarang.
Dikatakannya, Universitas Gajah Mada, Yayasan Tahija, dan Universitas Monesh telah bekerja sama selama kurang lebih 10 tahun untuk mengembangkan program pengendalian demam berdarah dengan menggunakan teknologi nyamuk Wolbachia, bakteri umum, simbion umum pada arthropoda, dan mekanisme penghambatan virus demam berdarah. Infeksi Wolbachia.
Hasil penelitian ini mampu menurunkan angka kejadian (IR) demam berdarah sebesar 77% dan menurunkan risiko rawat inap sebesar 86%. Berdasarkan usulan tersebut, Kementerian Kesehatan menyetujui teknologi Wolbachia dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1341 Tahun 2022 tentang pelaksanaan rencana percobaan teknologi Wolbachia di lima kota.
“Hal ini kami lakukan karena di Yogyakarta angkanya sudah turun signifikan. Penyakit ini umumnya meningkat akibat dampak iklim dunia,” ujarnya.
Sebagai tempat pertama kali nyamuk ber-Wolbachia diperkenalkan, Yogyakarta saat ini menjadi satu-satunya kota di mana Wolbachia telah diperkenalkan sejak pertama kali diperkenalkan, kata Budi. Terkait penolakan terhadap Wolbachia di banyak daerah, Bodhi mengatakan bahwa orang-orang tersebut merupakan kelompok yang sama yang menolak vaksin Covid-19 di masa pandemi.
Iya teman-teman juga ikut mengedukasi masyarakat, karena banyak kebohongan yang disebar, itu jelek, itu saja, tapi kalau dilihat-lihat, mereka adalah kelompok yang sama yang mengatakan vaksin tidak boleh digunakan. Covid-19,” ujarnya kepada wartawan.