JAKARTA – Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama TNI Angkatan Laut akan kembali menyelenggarakan Muhibah Budaya Teh Rempah Tahun 2024. Pelayaran di atas kapal KRI Dewaruc ini menjelajahi nusantara bagian barat.
Jalur Rempah dan Konektivitas Budaya: Pelayaran Arung Melayu menjelajahi tujuh titik yaitu Jakarta, Belitung Timur, Dumai dan Siak, Sabang dan Aceh, Malaka, Tanjung Uban dan Lampung.
Hilmar Farid, Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud, mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk menonjolkan nilai-nilai budaya. Spice Route Cultural Goodwill merupakan platform pengembangan dan penguatan ketahanan budaya dan diplomasi budaya di dalam dan luar negeri, serta memaksimalkan pemanfaatan warisan budaya (CB) dan warisan budaya takbenda (WBTb).
Baca juga: Indonesia usulkan ke UNESCO agar jalur rempah-rempah nusantara menjadi warisan dunia takbenda
Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan misi pelayaran tersebut adalah untuk menghidupkan kembali rempah-rempah agar dapat dikenang dan dilestarikan secara berkala sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Karena rempah-rempah bukan hanya tanaman saja.
“Tanaman bisa menjadi rempah-rempah karena masyarakat sudah mengenalnya secara turun-temurun. “(Masyarakat membutuhkan) pengetahuan tentang tumbuhan apa saja yang memberikan manfaat bagi kehidupan, baik pangan, kesehatan, obat-obatan, dan sebagainya, termasuk Ternate,” ujarnya dalam siaran pers, Jumat (7/6/2024).
Hilmar melanjutkan, mulai tahun 2022, Dirjen Kebudayaan akan menyelenggarakan Niat Baik Budaya Jalan Rempah yang melintasi wilayah timur nusantara, yaitu Maluku, Sulawesi, dan Bali.
“Tahun ini pelayaran akan berlangsung di wilayah barat. Jalur rempah-rempah kita bukan tentang komoditas tanaman, tetapi tentang pertukaran pengetahuan dan budaya yang terjadi lebih dari 1.000 tahun yang lalu ketika para pelaut nusantara mengarungi jalur rempah-rempah dari Samudera Pasifik ke Afrika Timur. “Pelayaran yang sangat penting ini didasari oleh keinginan kami untuk mengajukan Jalur Rempah UNESCO,” jelas Hilmar.
Baca Juga: Kebangkitan Jalur Rempah, Kemendikbud Biayai Pembangunan Kapal Bersejarah
Sementara itu, Direktur Pembinaan dan Pemanfaatan Kebudayaan Irini Dewi Wanti mengatakan pelayaran ini akan melewati titik-titik yang mengandung sejarah perdagangan dan budaya penting serta menjadi simbol konektivitas kawasan dan keterhubungan sejarah melalui jalur rempah.
Niat Baik Budaya Jalan Rempah (MBJR) dapat menjadi sarana untuk mengaktifkan kembali jalan rempah, menghubungkan titik perdagangan rempah dan mempererat ikatan budaya antar daerah.