Presiden Jakarta dari Indonesia Medical Association (PP IT) Libudon mengatakan bahwa 6.com, Mohammed Adip Kumali, mengatakan bahwa jika pemerintah lebih fokus pada kesejahteraan dan keamanan dokter di perbatasan, daerah pulau dan luar ruangan, banyak pegawai medis ingin bekerja di daerah tersebut. Oleh karena itu tidak perlu membawa dokter asing untuk mengisi cacat di daerah tersebut.
“Jika pemerintah dapat berkonsentrasi dan memberikan keadilan dalam aspek amal, ia dapat menanggapi daerah -daerah di mana dokter asing diperlukan,” katanya dalam konferensi pers online pada hari Selasa, 9 Juli.
Selain manfaatnya, Adib juga percaya bahwa banyak dokter lebih suka bekerja di daerah terpencil.
“Saya berharap banyak teman dokter kami ingin berada di daerah ini dan di daerah tersebut. Tetapi rute keamanan, hak istimewa dan dukungan keamanan,” kata Adip.
70 persen dokter di Jawa dan Bali
Adip mengatakan ada kesenjangan besar antara dokter di Java dibandingkan dengan daerah lain. Setidaknya 70 persen dokter berada di Kepulauan Jawa dan Bali. Pada tahun 2022, tingkat dokter khusus di Papua adalah 0,69 untuk 10 ribu orang. Sementara itu, telah mencapai 6,3 dokter khusus untuk 10 ribu orang di DKI.
“Jika kita melihat pulau Java, tingkat dokter jauh dari daerah lain. Tentu saja ini harus diselesaikan bersama,” kata Adip.
ADI juga mempertanyakan apakah dokter asing ingin bekerja di daerah terpencil tanpa dokter.
Iqbal Mokhtar, presiden Medis Ilmuwan Indonesia Internasional dan San -Kluster, mengatakan hal yang sama. Dia curiga bahwa dokter dari luar Indonesia harus ditempatkan di daerah terpencil atau terpencil.
“Saya tidak tahu bahwa rencana untuk membawa dokter asing akan memasukkan tujuan dokter asing untuk memasukkan kekurangan dokter khusus di Indonesia,” kata Iqbal.
Ini dinetralkan karena keberadaan dokter asing. Namun, Thunder telah menyerukan pemerintah untuk menentukan kondisi yang ketat jika dokter asing berlatih di Indonesia.
“Setiap negara memiliki peraturan rumah, dan mereka harus dihormati. Ini berarti bahwa Indonesia harus berada di Indonesia,” katanya.
Persyaratan yang harus dipenuhi dengan penilaian administrasi petugas kesehatan dan pasien, kemampuan untuk diimplementasikan oleh setiap perguruan tinggi, dan keterampilan bahasa Indonesia yang baik.
Iqbal juga mengingatkan pemerintah untuk berhati -hati sebelum menggunakan dokter asing di Indonesia. Ada banyak fitur yang perlu dipertimbangkan.
“Penting untuk membahas dan berkomunikasi dengan Collegium dan pemegang saham terkait apakah akan melakukan ini atau menunda terlebih dahulu. Kami bukan dokter asing, tetapi pemerintah harus berhati -hati,” kata dokter yang saat ini terlatih di Qatar.
Iqbal mempertanyakan kepercayaan yang tidak akurat dari pemerintah Indonesia untuk membawa dokter asing. Jika tidak ada dokter di Indonesia, spesialis apa pun harus disebutkan, untuk bagian mana.
“Jadi, sebelum mengoperasikan proyek, Kementerian Kesehatan membutuhkan pemetaan yang cukup. Apa yang dibutuhkan dokter, daerah apa dan berapa banyak?” Kata iqbal.
Iqbal juga menanyai dokter asing yang datang untuk melayani masyarakat umum atau kelas atas. Menurutnya, jika pemerintah memiliki dokter asing untuk keterampilan kelas tinggi atau ekonomi tinggi, mereka dapat pergi ke luar negeri untuk mencapai dokter.
“Tetapi jika saya menanyai publik, apakah Anda ingin membayar dokter asing dengan PPJS -Salary Quality? Apakah Anda siap melayani banyak pasien?”