Liputan.com, JAKARTA – Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Minuman (ASRIM) Triono Prizosocillo mengatakan penjualan minuman beralkohol mengalami penurunan hingga 50 persen selama mewabahnya Covid-19.
Kita semua tahu dampak COVID-19 sangat penting bagi industri minuman, kita melihat penurunan penjualan bisa mencapai 45-50 persen, kata Triano dalam konferensi pers bertajuk “Kegiatan industri minuman sha” di tahun 2023, peluang dan tantangan di tahun 2024. “An” di Jakarta Selatan, Rabu (13/3/2024).
Ia mengatakan, pandemi 2020-2021 merupakan masa sulit bagi industri minuman lokal.
Katanya, nyatanya situasinya sangat menyedihkan dan penuh tantangan bagi industri minuman beralkohol.
Sejauh ini, industri minuman sedang dalam tahap pemulihan pasca Covid-19. Pemaparannya, tingkat penjualan secara keseluruhan mencapai 3,1 persen pada tahun 2022 hingga 2023.
Namun penyumbang utama pertumbuhan tersebut adalah air mineral. Triono mengatakan, di luar penjualan air mineral, industri minuman ringan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 2,6 persen.
Tryono mengatakan industri makanan dan minuman (mamin) memberikan kontribusi signifikan terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan merupakan salah satu industri yang paling menguntungkan.
Di masa lalu dilaporkan bahwa pengaruh geopolitik, perubahan iklim, krisis kesehatan, krisis logistik, yang menyebabkan kenaikan harga pangan, kebijakan ketat negara maju, bantuan teknis dianggap memperkuat industri makanan dan minuman. Meningkatnya harga energi
Semua tantangan ini harus kita hadapi di tahun mendatang dan seterusnya. Oleh karena itu, kita harus berharap Pada Agri-Food Tech Expo Asia 2023, Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMI) Adi S. Lookman mengatakan, “Satu hal untuk industri makanan dan minuman adalah bagaimana kita perlu mendapatkan dukungan (AFTEA), dilansir Antara di Jakarta, Rabu, 3 Agustus 2023.
Adi menghargai inovasi dan teknologi untuk mendukung industri pangan dan pertanian, serta mengadopsi teknologi Industri 4.0.
GPM menyambut baik pameran AFTEA 2023 yang menampilkan inovasi dan kemajuan teknologi produk/jasa pertanian dan pangan dari atas hingga bawah.
Ia berharap teknologi datang dari Indonesia yang bisa dipamerkan pada pertemuan internasional ini untuk meningkatkan minat perusahaan yang ingin mengembangkan diri.
Kali ini, Direktur Pangan dan Pertanian Kementerian Perencanaan Nasional/PN/Bapenas) Jarot Indarto menyatakan, hal utama yang ingin dihasilkan adalah mencapai tujuan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045.
Dalam hal penciptaan lapangan kerja, ada tanggung jawab yang harus diambil di sektor pangan dan pertanian. Dikatakannya, perubahan di sektor pangan dan pertanian merupakan faktor utama yang akan membantu kita mencapai pembangunan nasional pada tahun 2045.
Jarrott terus mencari peluang agar sektor pangan dan pertanian dapat meningkatkan pendapatannya, salah satunya di bidang perekonomian.
Jarrott mengatakan, kekuatan ekonomi sektor pangan dan pertanian dinilai sangat besar. Pihaknya saat ini sedang melakukan pengkajian dan pengorganisasian penemuan-penemuan tersebut. Namun, dia mengakui penemuan dan teknologi saat ini hanya sebatas pengembangan kementerian/lembaga.
Inovasi dan teknologi yang dilakukan oleh organisasi atau aktor lain dari sektor swasta membantu kami memperluas visi ini. “Mudah-mudahan kita bisa lebih banyak berinvestasi di sektor pangan dan pertanian,” ujarnya.
Sementara itu, selaku penyelenggara AFTEA 2023, Direktur Constellar Wendy Chng Petit mengatakan, pameran tersebut diadakan untuk memberikan kesempatan kepada produsen pertanian Indonesia untuk menciptakan jaringan dalam memberi makan teknologi pertanian di dalam negeri.
Wendy mengatakan, “Kami menyediakan ruang untuk meningkatkan peluang komunikasi antara pembeli dan penjual di acara ini. AFTEA 2023 akan diadakan pada tanggal 31 Oktober-2 November 2023 di Sands Expo and Convention Center di Singapura dan akan fokus pada tiga tema: inovasi, keberlanjutan dan keamanan, serta peningkatan ekosistem pangan untuk keberlanjutan masa depan.