designsuperstars.net, Jakarta – Tidur tujuh hingga sembilan jam sehari merupakan jumlah yang disarankan untuk orang dewasa. Dan wanita dikatakan membutuhkan lebih banyak tidur dibandingkan pria.
Menurut pakar pengobatan tidur dan juru bicara American Academy of Sleep Medicine, Kin M. Yuen, MD, MS, penelitian menunjukkan bahwa wanita mungkin membutuhkan lebih banyak tidur dibandingkan pria pada berbagai tahap tidur.
“Saat kami membandingkan anak perempuan dengan laki-laki, mereka menghabiskan lebih banyak waktu untuk tidur,” kata Yuen mengutip Verywell Health, Jumat (11/8/2024).
Yuen mencatat bahwa meskipun remaja sering kali memiliki kualitas tidur yang buruk, tren anak perempuan yang membutuhkan lebih banyak tidur sering kali berlanjut hingga dewasa. Rata-rata wanita dewasa tidur 7,5-8 jam setiap malam, sedangkan rata-rata pria dewasa tidur 7-7,5 jam.
Namun, masih belum jelas apakah perempuan membutuhkan lebih banyak tidur atau laki-laki hanya tidur lebih sedikit. Data yang tersedia mengenai topik ini cukup suram,” jelas Yuen.
Penelitian yang menunjukkan bahwa wanita cenderung tidur lebih lama dibandingkan pria sebagian besar didasarkan pada survei atau catatan harian tidur yang dilaporkan sendiri.
“Ini berarti pelaporan menjadi kurang objektif,” kata Yonatan Greenstein, MD, FCCP, profesor kedokteran di Rutgers New Jersey Medical School.
Pada tahapan kehidupan tertentu, wanita seringkali mengalami gangguan tidur sehingga perlu tidur lebih lama.
“Perubahan hormonal selama kehamilan atau menopause dapat menurunkan kualitas tidur,” kata Michelle Drerup, PsyD, direktur pengobatan tidur perilaku di Pusat Gangguan Tidur Wanita Klinik Cleveland.
Selain itu, kehamilan juga dikaitkan dengan fluktuasi hormonal pada tiga bulan pertama kehamilan. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, kantuk dan sering ingin buang air kecil di malam hari, tambah Drerup.
Perimenopause dan menopause juga menyebabkan fluktuasi hormonal besar yang sering kali menimbulkan gejala seperti rasa panas dan keringat malam, yang keduanya dapat mengganggu tidur.
Wanita pascamenopause juga lebih mungkin didiagnosis menderita apnea tidur obstruktif, yang menyebabkan kualitas tidur buruk dan gangguan tidur, kata Greenstein.
Teori ilmiah di balik hal ini adalah bahwa estrogen dan progesteron memiliki efek perlindungan, dan ketika efek tersebut menurun selama menopause, saluran napas bagian atas wanita menjadi lebih rentan terhadap penyumbatan, yang mengarah pada perkembangan apnea tidur obstruktif.
Dalam keterangan yang sama, dokter spesialis kebidanan dan kandungan Cleveland Clinic Pelin Batur, MD, mengatakan tidak semua wanita mengalami masalah yang sama.
“Meskipun banyak wanita mungkin membutuhkan lebih banyak tidur dibandingkan pria, hal ini tidak terjadi pada semua orang. “Jelas ada banyak perbedaan antar individu,” ujarnya.
Batur menambahkan bahwa penting untuk memahami pola tidur Anda sendiri dan memperhatikan bagaimana perasaan Anda saat bangun.
“Jika Anda sudah menjaga kebersihan tidur dengan baik dan tidur selama 7 hingga 9 jam, namun masih merasa lesu atau mengantuk di siang hari, mungkin inilah saatnya berkonsultasi dengan dokter,” saran Batur.