Perkuat Spiritual, Tokoh dan Umat Buddha Minta Chattra Segera Dipasang di Puncak Borobudur

Read Time:3 Minute, 3 Second

MALANG – Umat Buddha di Indonesia sangat berharap rencana pemasangan chhatra, atau payung, di atas Candi Borobudur akan segera terwujud. Pemasangan chhattra diyakini akan semakin memperkuat aspek spiritual dan menyempurnakan Borobudur sebagai tempat pemujaan.

Dorongan kuat tersebut diungkapkan oleh banyak individu dan umat Buddha pada Dialog Borobudur “Chatra dari Perspektif Teologi dan Arkeologi Buddha” pada Sabtu 25 November 2023 di kampus Universitas Negeri Malang.

Rangkaian kegiatan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) ini banyak dihadiri oleh perwakilan seniman, budayawan, akademisi, dan umat Buddha dari berbagai daerah di Indonesia dalam dan luar negeri.

Bhante Dithisampanno Thera, salah satu biksu, percaya bahwa Chhatra sangat dekat dengan pemikiran dan ajaran agama Buddha. Secara harafiah, chatra berarti payung atau pelindung yaitu mahkota yang menempel pada puncak stupa.

Selain sebagai perlindungan, chatra juga dapat bermakna sebagai wujud keberanian dan simbol kesucian pada fase spiritual.

“Chatra merupakan simbol kesatuan kesatuan, sehingga secara spiritual akan memperkuat dan mengembangkan keyakinan agama Buddha,” kata biksu yang merupakan pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha Smaratunga, Boyolali, Jawa Tengah itu.

“Dari segi spiritual, pemasangan chhatra ini tentunya akan memberikan kontribusi bagi kesempurnaan Candi Borobudur. Kami para pendeta dan biksu sangat mendukung pemugaran chhatra tersebut. Tentunya akan kami koordinasikan dengan pihak lain. berharap rencana ini berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh semua pihak,” imbuhnya.

Bhante Dithisampanno Thera mendorong Borobudur untuk berkembang secara menguntungkan. Tidak sebatas menumbuhkan nilai-nilai spiritual, pengembangan candi terbesar di dunia ini juga bisa dilakukan pada aspek lain, khususnya pariwisata global.

Upaya tersebut diyakini tidak akan sulit karena pemerintah juga memiliki kebijakan yang searah, yakni Candi Borobudur sebagai Destinasi Wisata Super Prioritas (DPSP).

Dorongan untuk mendirikan chatra juga diberikan oleh Stanley Khoo yang juga merupakan editor Lamrimnesia, penerbit buku-buku tentang ajaran Buddha. Menurut Stanley, Chatra memiliki perspektif filosofis yang sangat mendalam tentang spiritualitas.

Ia menilai Candi Borobudur sebagai mandala yang tidak dapat dipisahkan dari Chattra Tattva atau Sublime Chhatra.

Menurutnya, keberadaan chatra pada stupa bukan sekadar soal simbolisme atau keindahan stupa tersebut. Karena Stupa merupakan simbol pencerahan pikiran Sang Buddha. “Chatra dimaksudkan untuk mengagungkan nilai-nilai ajaran Buddha,” ujarnya.

Stanley mengatakan Chatra merupakan perwujudan nyata nilai-nilai Budha. Ia sangat yakin jika kanopi bisa dipasang pada stupa induk Candi Borobudur, maka keimanan umat Buddha akan semakin menguat. Ia mencontohkan pada panel relief Candi Borobudur III 65 yang memperlihatkan Maitreya mengajarkan Dharma di Tusita.

Dalam satu panel terdapat dua pesan yang sangat bertolak belakang karena dalam mengajarkan agama juga terdapat sisi kebahagiaan bagaikan surga. Dari Tusita, hal ini menegaskan bahwa penafsiran dunia tidak bisa dibatasi pada satu aspek saja, karena Borobudur juga melambangkan alam semesta.

“Saya memahami bahwa dari sudut pandang keilmuan, instalasi chattra masih memerlukan data-data pendukung agar dapat dipertanggungjawabkan secara sistematis dan sebagainya. Namun sebagai orang seperti saya, pandangan keilmuan tersebut sudah tidak relevan lagi,” kata dosen Andeep.

Di sisi lain, pengembangan Candi Borobudur juga terbuka lebar berkat adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2011 Terkait Cagar Budaya, pemanfaatan Borobudur tidak terbatas pada aspek konservasi atau penelitian. Arkeolog Ismionno mengatakan pengembangan dan pemanfaatan Borobudur harus diperkuat melalui pendekatan ilmiah interdisipliner untuk mencapai konsensus bersama.

“Gagasan pembangunan kembali candi yang berorientasi pada aspek konservasi, tidak mempunyai data yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun tidak menutup kemungkinan untuk membahasnya dari sisi pengembangan dan pemanfaatan. Oleh karena itu, dibentuklah candi tersebut. candi harus melibatkan pihak-pihak yang berkepentingan di bawah payung,” kata Tahap Restorasi. Ketua tim mengungkapkan. II Candi Borobudur.

Baca artikel edukasi menarik lainnya di link ini. Viral: Pendeta Ini Rayakan Paskah dengan Kegembiraan yang Lebih Ramah Takjil Perang Imbas Seorang pendeta bernama Stephanie Rachel memutuskan untuk merayakan Paskah dengan cara yang unik. Ia memilih membawakan Kinder Joy untuk melambangkan perayaan Paskah. designsuperstars.net.co.id 2 April 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Motor Listrik Baru Alva Melantai di ajang IIMS 2024
Next post Prabowo-Gibran Menang Pilpres, Erick Thohir Titip Pesan Ini