designsuperstars.net, Jakarta Lima tahun lalu, nama Adipratnia Satwika Asmady pasti masih asing di telinga masyarakat Indonesia. Dulu berbeda, sekarang berbeda, kini Adipratya Satvika mulai dikenal dengan nama Asmadi. Namanya melejit saat Indonesia meluncurkan satelit SATRIA 1 langsung dari kantor pusat SpaceX di Florida, AS.
SATRIA-1 menjadikan Indonesia sebagai negara dengan satelit multiguna terbesar di Asia dan kelima di dunia. Hal ini dikarenakan bandwidth satelit SATRIA 1 sebesar 150 Gbps. Sebelumnya rata-rata bandwidth satelit Indonesia kurang dari 100 Gbps.
Peluncuran tersebut disaksikan langsung oleh Presiden RI Jokowi.
“Go Falcon, Go PSN”…siapa sangka ungkapan itu tidak hanya mendefinisikan roket Falcon 9 yang lepas landas dari SATRIA-1, tetapi juga mendefinisikan karir Nia yang menginspirasi.
Perlu diketahui bahwa Nia adalah Project Manager SATRIA 1. Ia juga menjadi warga negara Indonesia pertama yang menjadi direktur peluncuran konsumen di perusahaan milik orang terkaya sejagat, Elon Musk.
Peran pentingnya dalam proyek strategis ini membuat Nia mendapatkan penghargaan dari designsuperstars.net sebagai “Wanita Hebat” di bidang Teknologi. “Ini merupakan sebuah kenangan yang luar biasa dan saya harap dapat menjadi inspirasi generasi muda Indonesia ke depan untuk Indonesia yang lebih baik,” kata Nia usai menerima penghargaan, Kamis (1/8/2024).
Anugerah Wanita Hebat 2024 merupakan bagian dari acara Cita dan Cipta 2024 yang diselenggarakan designsuperstars.net bekerja sama dengan Phimela di Hotel Shangri-La, Jakarta.
Penghargaan juga diberikan kepada beberapa perempuan di berbagai bidang lain yang mampu menginspirasi masyarakat dan menciptakan karya yang efektif.
Selain Nia, tokoh perempuan yang juga menerima penghargaan ini adalah Menteri Ketenagakerjaan, Dr. Hj. Ida Fauziyah, M.Si pada kategori Pelopor Transformasi Ketenagakerjaan dan Kemitraan atas keberhasilannya memimpin Kementerian Ketenagakerjaan dalam meningkatkan kompetensi SDM Indonesia dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Wanita yang biasa disapa Nia ini ditugaskan oleh PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) untuk mengerjakan proyek Satria-1 mulai dari desain, produksi hingga pengoperasian lebih lanjut.
Selama menjabat sebagai pengelola proyek Satria-1, Nia kerap bolak-balik Indonesia dan Prancis. Padahal, Satria-1 diproduksi oleh perusahaan Perancis Thales Alenia Space (TAS). Satelit tersebut diproduksi pada tahun 2020 hingga selesai dan dikirim ke Florida, AS pada Juni 2023.
Jadi, awal produksi Satria-1, saya tinggal di Prancis sekitar setahun setelah pandemi Covid-19, yaitu Juni 2022 hingga Mei 2023, kata Nia saat berbincang dengan designsuperstars.net beberapa waktu lalu.
Sam Nia merupakan wanita kelahiran 24 Agustus 1993 di Jakarta, merupakan anak kedua dari pasangan Asmadi Parman dan Adiyathwati Adivosa. Nia meraih gelar BS dan MS di bidang Aerospace Engineering dari California Polytechnic State University.
PSN sendiri merupakan karir pertama Nia di dunia kerja. Mulai tahun 2017, Nia langsung bergabung dengan proyek satelit kerja PSN. Bahkan, pada 2019 lalu, Nia juga ikut mengerjakan satelit Nusantara-1 (N1). Namun, kendala keuangan proyek menyebabkan Nia melakukan outsourcing produksi Satria-1. Jadi kebanggaan Indonesia
Banyak cerita tentang variasi Nia yang mengerjakan proyek Satria-1. Berada di lingkungan kerja yang didominasi laki-laki membuat ia harus bekerja keras untuk menyesuaikan diri.
“Jadi bagi kebanyakan laki-laki, kita harus beradaptasi dengan cara kita bekerja dan berkomunikasi dengan semua orang. Saya ingin menjadikan mereka tempat belajar,” tegas Nia.
Dunia satelit bukanlah yang diinginkan Nia di perguruan tinggi. Setelah lulus dengan gelar di bidang teknik dirgantara, Nia ingin bekerja di dunia pesawat terbang atau drone.
“Jadi sebelum saya punya imajinasi, saya ingin mengembangkan pesawat tak berawak, mencoba menggunakan remote control semacam ini. Kehidupan membawa saya ke dunia yang tidak bisa saya prediksi, saya harus melakukannya. Saya bertanggung jawab atas setiap keputusan yang saya buat,” kata Nia.
Berkat pengalaman Nia bersekolah di Negeri Paman Sam, Nia tak segan-segan kembali ke Indonesia. Biasanya, generasi muda yang tinggal di luar negeri memimpikan kesempatan bekerja di perusahaan internasional di luar negeri.
Salah satu alasan Nia pulang kampung ke Chandrika di Indonesia adalah rasa nasionalismenya.
Yang mereka tahu adalah layanan yang sudah beroperasi. Dan saya ingin PSN menjadi contoh bahwa Indonesia bisa melakukannya,” tegasnya. . .
Yang lebih membanggakan lagi, di usianya yang ke-29, Nia menjadi perempuan Indonesia pertama yang menjadi direktur peluncuran pelanggan SpaceX di proyek Satria-1. Direktur peluncuran klien merupakan pihak yang memutuskan apakah roket SapceX Falcon 9 akan lepas landas atau tidak.
Nia sendiri berbagi nasehat kepada generasi muda Indonesia yang ingin sukses di dunia kerja. Pertama, Nia ingin generasi muda Indonesia tidak terlalu cepat berpuas diri. Bagi Nia, banyak anak muda saat ini yang terjebak dalam zona nyaman.
“Jadi kita harus beradaptasi dengan tantangan yang ada, yang akan membawa kita berkembang lebih jauh,” ujarnya.
Kedua, jika generasi muda sudah memutuskan untuk berkarir di satu bidang, meski bukan itu yang mereka inginkan, Nia menghimbau agar tetap pada keputusan tersebut.
“Seperti saya, saya juga terjun di dunia satelit, jadi kita harus terus belajar dan memberikan yang terbaik,” tutupnya.
Keberagaman kebijakan dan kegigihannya inilah yang menjadikan Nia kini menjadi salah satu putri kebanggaan Indonesia di dunia satelit. Siapa yang ingin seperti Nia?