Spanyol Blokir Fitur Khusus Pemilu di Facebook dan Instagram, Dianggap Membahayakan Pengguna!

Read Time:3 Minute, 27 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Spanyol melarang Meta meluncurkan fitur di Facebook dan Instagram yang fokus pada pemilihan umum (pemilu).

Sebagai tindakan pencegahan, otoritas perlindungan data Agencia Española de Protección de Datos (AEPD) menggunakan wewenang darurat berdasarkan Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR) UE untuk melarang perangkat pada hari pemilu dan unit informasi pemilih selama tiga bulan.

Meta awalnya berencana mengimplementasikan fitur ini sebelum pemilihan Parlemen Eropa. Namun, perusahaan “menghormati privasi pengguna dan mematuhi GDPR,” meskipun tidak setuju dengan keputusan AEPD.

AEPD sedang mempertimbangkan bagaimana Meta berencana memproses data melalui fasilitas ini. Mereka mengklaim bahwa pengumpulan data usia tidak adil (usia tidak dapat diverifikasi di profil pengguna).

AEPD, mengutip Engadget, Senin (3/6/2024), juga mengkritik niat Meta untuk menyimpan data pasca pemilu Juni. Mereka mengklaim bahwa program ini “mengungkapkan tujuan tambahan untuk pemrosesan data”.

Meta data lainnya mencakup interaksi pengguna dengan fitur-fitur ini dan informasi gender dalam rencana untuk diproses melalui alat pemilu.

AEPD percaya bahwa pengumpulan dan penyimpanan data Project Meta akan sangat mengancam hak dan kebebasan pengguna Instagram dan Facebook.

Ini juga akan mengungkapkan lebih banyak informasi tentang mereka, memungkinkan pembuatan profil yang lebih kompleks, rinci dan mendalam, sehingga mengarah pada perawatan yang lebih agresif.

Badan tersebut juga khawatir bahwa data yang dikumpulkan akan diberikan kepada pihak ketiga untuk tujuan yang tidak ditentukan.

WHO

AEPD mengungkapkan Meta berencana menggunakan alat tersebut untuk mengingatkan pengguna Facebook dan Instagram yang memenuhi syarat untuk memilih di UE.

Regulator mengklaim bahwa Meta akan mengidentifikasi pengguna sebagai pemilih yang memenuhi syarat berdasarkan data profil pada alamat IP dan tempat tinggal mereka.

Namun, satu-satunya persyaratan untuk dapat memilih dalam pemilu adalah menjadi warga negara dewasa dari negara anggota UE.

AEPD menyebut pemrosesan data pengguna yang dilakukan perusahaan “tidak perlu, tidak proporsional, dan berlebihan”.

Komisi Eropa juga menyuarakan kekhawatirannya mengenai metode pemilu Meta. Pada bulan April 2024, mereka meluncurkan penyelidikan terhadap kebijakan kinerja pemilu Meta.

Baru-baru ini, Meta menemukan bahwa konten buatan AI sering digunakan untuk menipu pengguna di Facebook dan Instagram.

Menurut Meta, salah satu penyalahgunaan AI yang dilakukan pihak tidak bertanggung jawab adalah ditemukannya komentar akun bot AI yang memuji Israel pasca pembantaian di Gaza.

Organisasi berita global dan anggota parlemen AS mengomentari postingan tersebut.

Akun-akun tersebut meniru identitas pemuda Yahudi, serta akun-akun yang meniru identitas orang kulit hitam, kata Metta dalam laporan triwulanannya, mengutip Gadgets360, Minggu (2/6/2024).

Akun palsu tersebut menargetkan pengguna di Amerika Serikat dan Kanada. Meta mengatakan operasi tersebut diluncurkan oleh perusahaan pemasaran politik STOIC yang berbasis di Tel Aviv.

Meskipun STOIC dituduh menyebarkan klaim tersebut, namun mereka tidak menanggapi tuduhan tersebut. WHO

Selain jaringan STOIC, Meta juga menutup jaringan Iran yang fokus pada konflik Israel-Hamas, meski tidak mencatat adanya penggunaan AI generatif dalam aktivitas tersebut.

Beberapa pengamat khawatir bahwa munculnya akun-akun yang dibuat menggunakan kecerdasan buatan dapat merusak stabilitas politik AS.

Sekadar informasi, Amerika Serikat akan mengadakan pemilu pada tahun 2024. Penyalahgunaan AI untuk menyebarkan informasi yang salah menyebabkan peningkatan penyebaran hoaks.

Pejabat Meta Security mengatakan dalam siaran pers bahwa mereka telah menghapus konten kecerdasan buatan yang memuji Israel dari Instagram dan Facebook. WHO

Mereka juga mengakui bahwa penyalahgunaan teknologi kecerdasan buatan, seperti akun bot, menghalangi Meta dalam memberantas misinformasi di platformnya.

“Platform ini memiliki banyak contoh bagaimana mereka menggunakan alat AI generatif untuk membuat konten palsu,” kata Mike Devilansky, direktur penelitian ancaman Meta.

Dia menambahkan, “Hal ini mungkin membuat mereka menyebarkan informasi yang salah lebih cepat atau menyebarkannya lebih jauh. Namun hal itu tidak terlalu memengaruhi kemampuan kita untuk mendeteksinya.”

Sekadar informasi, Meta dan raksasa teknologi lainnya telah berupaya keras mencari cara mengatasi potensi penyalahgunaan teknologi AI baru, terutama menjelang pemilu AS.

Untuk mencegah penyebaran konten palsu yang dibantu AI, perusahaan-perusahaan ini menerapkan sistem pelabelan digital yang menandai konten buatan AI saat konten tersebut dibuat.

Namun, alat pendeteksi tersebut mungkin tidak berfungsi dengan baik pada teks, dan para peneliti menyatakan keraguannya mengenai efektivitas teknik penandaan.

Para peneliti telah menemukan contoh alat produksi foto berbantuan AI yang disalahgunakan oleh beberapa perusahaan teknologi, termasuk OpenAI dan Microsoft.

Meskipun OpenAI dan Microsoft memiliki kebijakan yang melarang pembuatan konten semacam itu, foto-foto tersebut dibuat oleh pengguna yang tidak bertanggung jawab dengan tujuan menyebarkan disinformasi pemilu.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Lama Tinggalkan Sosmed, Meghan Markle Akhirnya Kembali ke Instagram
Next post Sempat Tolak 2 Pertarungan Senilai Rp3 Triliun, Terence Crawford Tergoda Duel Lawan Conor McGregor
PAY4D slot jepang slot 1000 jepang slot lapaktoto