designsuperstars.net, Jakarta Pola tidur terkait energi tubuh selama puasa Ramadhan.
“Tidur siang singkat menunjang kekuatan puasa di siang hari,” kata Johansia Nurfuzi, anggota pengurus fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cilacap, apoteker dan peneliti bidang farmasi. NU Online melaporkan. , Selasa (19/3/2024).
Namun masalah bisa muncul jika Anda bekerja terlalu keras di siang hari dan tidak memiliki kesempatan untuk tidur siang sebentar, lanjutnya.
Jika ada waktu untuk tidur sebentar atau tidur siang, lanjutnya, tidur melepaskan hormon yang disebut leptin.
“Hormon leptin yang dikeluarkan saat tidur memiliki efek paling besar. Oleh karena itu, mengurangi tidur saat puasa Ramadhan akan menguatkan umat Islam untuk menuntaskan seluruh puasa mulai hari itu hingga akhir puasa.”
Bagi yang tidak mempunyai kesempatan untuk tidur, istirahat yang paling baik adalah segera tidur setelah tarawih dan witir. Tidak bangun larut malam setelah tarawih dan tidur malam dengan niat bangun di sepertiga malam terakhir juga menguatkan tubuh untuk berpuasa keesokan harinya.
Jika pola istirahat ini menjadi kebiasaan, Anda akan lebih sedikit tidur setiap harinya selama Ramadhan, namun kualitas istirahat Anda tidak akan terpengaruh.
Pola waktu tidur atau istirahat ini dibahas dalam perspektif Islam di Taban Nabawi. Tabit Nabwi adalah perkataan dan perbuatan (hadits) Rasulullah SAW tentang kesehatan dan kebersihan.
Tim peneliti gabungan Maroko-Prancis mempelajari pengurangan jam tidur harian selama Ramadhan.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa selama bulan Ramadhan, proporsi tidur non-rapid eye motion (NREM) meningkat dan proporsi tidur rapid eye motion (REM) menurun.
Peneliti menjelaskan bahwa tidur terdiri dari dua keadaan fisiologis: tidur non-rapid eye Movement (NREM) dan tidur rapid eye Movement (REM). Saat tidur non-REM, Anda berada dalam tidur nyenyak sehingga tidak mengingat apa pun, termasuk mimpi. Sebaliknya, tidur REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan aktivitas otak yang aktif, sehingga disebut juga tidur aktif.
Penelitian telah menghubungkan perubahan pola tidur ini dengan perubahan waktu makan umat Islam selama liburan Ramadhan dan Sahoreh.
Sehar mengubah pola makannya dari awal hari dengan memulai sarapan secara teratur.
Oleh karena itu, reaksi tubuh postprandial yang biasanya terjadi pada siang hari akan meningkat di pagi hari. Akibat perubahan pola makan tersebut, masyarakat kini bisa lebih mudah tidur di siang hari. Oleh karena itu, tidur siang singkat di siang hari bermanfaat.
Berdasarkan konsep navigasi perjalanan, aktivitas tidur meningkatkan kadar air dan mendinginkan tubuh.
“Secara teoritis, jika Anda kurang tidur setiap harinya, maka respon tubuh akan menjadi lebih hangat. Namun, seperti yang ditemukan peneliti, tidur non-REM meningkat pada umat Islam yang berpuasa selama bulan Ramadhan. “Fenomena ini dapat menstabilkan suhu tubuh untuk mencegah kepanasan, ” jelas Johansia.
Gagasan kenabian Tibon tentang aktivitas pendinginan tidur konsisten dengan peningkatan tidur non-REM selama Ramadhan. Ketika orang-orang lebih memperhatikan waktu istirahat mereka selama bulan Ramadhan, tidur non-REM meningkat, memberikan tubuh istirahat dan relaksasi secara keseluruhan.
Hal ini ditandai dengan penurunan suhu tubuh dan tekanan darah, serta pernapasan menjadi teratur dan lambat. Tidur yang cukup juga mendukung kebiasaan makan yang baik.
Tidur yang cukup (sekitar 5-6 jam untuk orang dewasa) mengaktifkan hormon pertumbuhan yang mengatur distribusi nutrisi.
Artinya nutrisi berupa protein, lemak, dan karbohidrat lebih dimanfaatkan untuk membangun dan memperbaiki jaringan dan organ tubuh.
Salah satu tips profetik Tibon untuk mengatur tidur malam Anda adalah tidur lebih awal agar bisa bangun lebih awal. Konsep ini sangat cocok diterapkan pada bulan Ramadhan, karena ada serangkaian sur yang dilakukan secara rutin pada sepertiga malam terakhir.
Untuk mengenang Sur, umat Islam harus bangun pagi meski tidur malamnya singkat. Orang yang terbiasa tidur lebih awal dan bangun di sepertiga malam terakhir juga akan mendapat manfaat dari kebiasaan bangun malam yang baik.
Aktivitas di luar Sur, seperti Khayyam Al Lail, akan dengan mudah menjadi kebiasaan seiring berjalannya hari-hari Ramadhan. Untuk memperingati malam Lailaul Qadr, jenazah didiamkan selama sepuluh hari terakhir untuk memperbanyak ibadah.
“Waktu tidur akan berkurang, namun perubahan pola makan secara umum akan mengimbangi gaya hidup yang lebih istirahat. Oleh karena itu, umat Islam masih memiliki banyak energi selama bulan suci dan berpartisipasi dalam serangkaian acara keagamaan.” untuk melakukan itu,” pungkas Johansia.