VIDA Hadirkan Deepfake Shield, Solusi Perlindungan dari Penipuan Berbasis Deepfake

Read Time:2 Minute, 45 Second

designsuperstars.net, Jakarta – Perusahaan keamanan digital VIDA meluncurkan sistem keamanan baru. Sistem ini disebut-sebut bisa menjadi solusi menghindari ancaman pemalsuan mendalam dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Penggunaan kecerdasan buatan dalam kehidupan sehari-hari membawa banyak manfaat. Namun tak sedikit pula orang yang menyalahgunakan teknologi ini untuk hal yang tidak bertanggung jawab. Faktanya, penyalahgunaan kecerdasan buatan dapat menimbulkan potensi kerugian yang sangat besar.

Salah satu penyalahgunaan kecerdasan buatan yang paling umum adalah deep spoofing. Teknologi ini menggunakan kecerdasan buatan untuk meniru wajah dan suara manusia secara realistis.

Niki Lohor, Pendiri dan CEO VIDA Group, meluncurkan buku putih: “Apa itu Pemalsuan?: Apakah Dunia Usaha di Indonesia Siap Memerangi Penipuan Mendalam yang Didorong oleh Kecerdasan Buatan?” Menyoroti potensi bahaya penyalahgunaan AI yang mendalam.

“Teknologi deepfake mengantarkan era baru ancaman siber yang dapat menghancurkan kepercayaan dan keamanan dalam interaksi bisnis digital dalam sekejap,” kata Nikki.

Selain itu, ia juga menyebutkan masih banyak perusahaan dan pengusaha yang belum menyadari besarnya bahaya penyalahgunaan pemalsuan uang.

“Hal ini memprihatinkan karena sebagian besar profesional melakukan aktivitas karena ketidaktahuan, sehingga membuat mereka rentan terhadap bentuk penipuan digital yang secara langsung dapat merusak kepercayaan dan keamanan,” kata Nikki.

Penyalahgunaan informasi palsu dapat membahayakan identitas seseorang dan meningkatkan risiko reputasi negatif terhadap keamanan perusahaan.

Data VIDA menunjukkan 58% profesional di Indonesia belum familiar dengan teknologi AI, termasuk deep fake. Oleh karena itu, VIDA kini menawarkan Deepfake Shield.

VIDA Deepfake Shield adalah pertahanan canggih dan berlapis yang dirancang untuk memungkinkan bisnis digital mendeteksi dan menetralisir deepfake.

Berikut adalah fitur utama VIDA Deepfake Shield yang melindungi bisnis dari serangan deepfake. Verifikasi identitas real-time: Dengan memverifikasi identitas secara instan, VIDA memastikan bahwa transaksi tetap cepat dan aman, dan secara langsung mengatasi tantangan pemalsuan yang mendalam. Integrasi lintas platform yang mulus: Dirancang dengan mempertimbangkan skalabilitas, integrasinya dengan mudah ke dalam infrastruktur yang ada, meningkatkan keamanan tanpa mengganggu pengalaman pengguna. Perlindungan tingkat lanjut: Menggunakan teknologi canggih seperti deteksi aktivitas pasif dan pencegahan serangan biometrik, VIDA Deepfake Shield memberikan perlindungan terhadap teknik penipuan digital tercanggih, termasuk pemalsuan mendalam, serangan pitch, dan serangan injeksi.

Dalam menerapkan sistem keamanan ini, salah satu pendiri dan presiden VIDA, Sati Rasuwanto, menyimpulkan pentingnya mewaspadai ancaman serius yang ditimbulkan oleh pemalsuan yang mendalam.

“Peluncuran Vida Deepfake Shield dan dokumen terbaru kami menunjukkan komitmen VIDA dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya deepfake,” kata Satti.

Di sisi lain, Google, Meta, OpenAI, dan banyak perusahaan teknologi ternama lainnya telah menandatangani perjanjian kerja sama dalam upaya memerangi disinformasi dan manipulasi informasi menjelang pemilu AS 2024.

Sebanyak 20 raksasa teknologi telah menandatangani perjanjian anti-penipuan menjelang pemilu AS tahun 2024.

Perjanjian tersebut, yang disebut “Perjanjian Teknis untuk Memerangi Penyalahgunaan Kecerdasan Buatan pada Pemilu 2024,” mencakup perusahaan-perusahaan yang membangun dan mendistribusikan model AI.

Tidak hanya itu, ada juga platform media sosial yang kemungkinan besar akan menampilkan informasi palsu.

Selain Google, Meta, OpenAI dan perusahaan seperti Adobe, Amazon, Anthropic, Arm, ElevenLabs, IBM, Inflection AI, LinkedIn, McAfee, Microsoft, Nota dan Snap Inc. Stability AI, TikTok, Trend Micro, Truepic dan X. (sebelumnya Twitter) juga menandatangani perjanjian ini.

Deepfake merupakan teknologi yang dapat memanipulasi video dan audio untuk meniru wajah dan suara seseorang, dan dikhawatirkan akan digunakan untuk menyebarkan informasi palsu dan merusak reputasi kandidat politik.

Kesepakatan ini berlaku untuk audio, video, dan gambar yang dihasilkan oleh berbagai alat AI, baik yang dikembangkan oleh OpenAI, Google, atau perusahaan teknologi lainnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Aurelie Moeremans Alami Depresi Akut Hingga Melakukan Journaling dan Meditasi
Next post Vivo V30 Series Perkenalkan Zamrud Khatulistiwa