Viral Pertunangan Bocah SD di Madura Gemparkan Jagat Maya, BKKBN: Ternyata Bukan Karena Ekonomi

0 0
Read Time:1 Minute, 56 Second

designsuperstars.net, JAKARTA – Kabar pertunangan bocah SD berusia 7 tahun asal Sampang, Madura baru-baru ini santer di dunia maya.

Peristiwa tersebut memicu respons dari berbagai kalangan, termasuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Menurut Kepala BKKBN, dr. Hasto, timnya mengamati langsung situasi di rumah kedua anak yang terlibat dalam kejadian tersebut. Mereka memastikan kedua anak tersebut memang bertunangan.

“Tentunya kita harus memberikan akses kepada dia (anak), keluarganya, masyarakat, dan pemerintah setempat agar hal ini tidak terjadi secara normal,” kata Hasto saat ditemui di kantor BKKBN, Jakarta pada Kamis, 25 April 2024.

Dr. Hasto meminta Kepala Perwakilan BKKBN Jatim Maria Ernawati menjelaskan hasil temuannya di lapangan.

Wanita bernama Erna itu menjelaskan, dirinya terjun langsung ke lapangan untuk mengusut kasus pertunangan di bawah umur.

“Kami sampai di lokasi, bersama Pemda Kabupaten Sampang, karena lokasinya di kawasan Kampong, kami datang ke rumahnya,” ujarnya.

Setelah menggali data, tim Erna menemukan bahwa keterkaitan tersebut tidak didasarkan pada faktor ekonomi. “Jadi ada kejadian, saat orang tuanya di Mekkah, mereka bersumpah, berjanji kalau keduanya hamil, anak itu akan dijodohkan,” imbuhnya.

Erna melanjutkan, para cowok sudah tidak sabar untuk meresmikan hubungan mereka dengan para cewek. Faktanya, gadis-gadis itu menolak karena menyadari bahwa mereka berdua terlalu kecil.

“Sisi laki-laki sepertinya tidak betah, begitu SD dia banyak menuntut, padahal pihak perempuan sangat menolak. Lalu laki-lakilah yang mendorong,” ujarnya. .

Mereka bersikeras bahwa pertunangan tersebut hanya sekedar hubungan asmara, sedangkan pernikahan bisa dilangsungkan setelah kedua anaknya lulus SMA.

Akibat keterlibatan ini, anak-anak yang menikah mengalami rasa malu dan diintimidasi di sekolah.

“Tentunya dari segi psikologis, anak-anak ini membutuhkan dukungan karena selama mereka bertunangan, di sekolah dasar mereka juga menjadi bahan tertawaan teman-temannya,” ujarnya.

Jadi intinya BKKBN dan Pemkab Sampang datang, membantu dan mendidik, kata Erna.

Sebelumnya, kasus pelibatan anak seperti itu dianggap lumrah terjadi di Jawa Timur karena berkaitan dengan budaya. Namun menurut Dr. Hasto, kasus seperti itu sebenarnya tidak banyak.

“Dikira banyak, tapi kenyataannya kasusnya tidak banyak. Jadi terinspirasi dari doa Haji agar jika dia hamil maka dijodohkan. Lalu dia hamil. Nyata dan senyata janjinya, sehingga akhirnya dijodohkan, ”ujarnya.

Selaku Kepala BKKBN, Dr. Hasto yakin dia harus mengajar. Pasalnya, secara biologis hal ini jelas bertentangan dengan berbagai hal, termasuk aspek sosial.

“Dia (anaknya) belum tentu cocok, belum tentu punya passion. Belum tentu mau jodoh, jadi menurutku kita harus mendidiknya,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D slot 1000 jepang slot lapaktoto