designsuperstars.net, Jakarta – Wakil Menteri Investasi Elliot mengungkapkan rencana pemerintah memberikan peluang impor bagi perusahaan pertanian.
Elliott mengatakan kebijakan tersebut harus diterapkan untuk mendukung program ketahanan pangan dan energi seperti yang saat ini sedang berlangsung di Meruke. Mengembangkan perkebunan tebu yang terintegrasi dengan industri gula, bioetanol dan pembangkit listrik.
Keringanan bea masuk sektor pertanian terutama ditujukan untuk mekanisasi pertanian perkebunan dalam rangka ketahanan pangan dan energi.
“Tidak ada kemungkinan untuk mengimpor mesin dan peralatan untuk sektor pertanian. (Saat ini) harus melalui prosedur normal dan membayar bea masuk. Padahal, kebutuhan kita ke depan terutama pangan. Keamanan dan ketahanan energi terjamin. . Sektor pertanian harus kita masukkan sebagai sektor yang memiliki peluang, kata Elliott, Sabtu (12/7/2024).
Pada saat yang sama, Elliott juga membeberkan perkembangan investasi perkebunan tebu dan industri gula di Meruke. Ia mengatakan, pengembangan lahan tebu klaster 3 seluas 2 juta hektare saat ini sedang berlangsung di Kabupaten Merauke.
“Pembangunan industri gula klaster 3 rencananya akan membangun 5 pabrik yang akan terkoneksi dengan bioetanol. Pelaku usaha telah membuat infrastruktur dan pendanaan untuk pelatihan di Kabupaten Meruke dengan melibatkan masyarakat setempat,” ujarnya.
“Selain itu, juga telah didirikan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) yang bekerja sama dengan Sugar Research Australia (SRA),” tambah Elliott.
Melihat perkembangan investasi yang sedang berjalan, Elliott mengapresiasi keseriusan perseroan dalam melaksanakan rencana tersebut.
Standar yang dikembangkan jauh lebih baik dibandingkan di Australia. Jadi kita lihat para pelaku usahanya serius,” ujarnya.
Total rencana investasi perkebunan tebu terintegrasi pada Swasembada Gula dan Bioetanol Klaster 3 di Meruke, Papua Selatan mencapai USD 5,62 miliar atau Rp 83,27 triliun.
Investasi tersebut antara lain penanaman tanaman tebu dengan teknologi mekanisasi pertanian senilai Rp29,2 triliun, pembangunan 5 pabrik gula dan bioetanol senilai Rp53,8 triliun, pembangunan pusat pelatihan sumber daya manusia senilai Rp120 miliar, serta pembangunan fasilitas penelitian dan inovasi. . Termasuk Rp 150 miliar per tahun.
Sesuai Keputusan Presiden Tahun 2024 (CAPRES) No. 15 tentang Gugus Tugas Percepatan Kemandirian Gula dan Bioetanol dalam Regenerasi Meruke Papua Selatan Pada tanggal 19 April 2024, gugus tugas ini dibentuk untuk mempercepat investasi di sektor tersebut. adalah Produk tebu yang terintegrasi dengan listrik biomassa dari industri tebu, bioetanol dan pembangkit listrik di Kabupaten Meruke, Papua Selatan.
Terdapat lima klaster wilayah seluas lebih dari 2 juta hektare yang akan menjadi kawasan pengembangan swasembada gula bioetanol terintegrasi. Klaster 1 dan 2 mencakup kurang lebih 1.000.000 ha, klaster 3 mencakup kurang lebih 504.373 ha, dan klaster 4 mencakup kurang lebih 400.000 ha.
Sebelumnya, ekonom Institute for Economic and Financial Development (INDEF) sempat menyoroti rencana pemerintah mengenakan bea masuk tambahan terhadap beberapa barang impor. Salah satunya adalah bea masuk anti dumping (BMAD) terhadap impor keramik.
Rencana penerapan kebijakan bea masuk antidumping ini muncul setelah Komite AntiDumping Indonesia (KADI) merekomendasikan agar BMAD mengenakan tarif maksimal 199,98 persen terhadap impor ubin keramik asal China.
Direktur Kerja Sama Internasional INDEF Imaduddin Abdullah menilai kebijakan BMAD yang berlebihan dan tanpa dukungan data yang kuat justru akan kontraproduktif terhadap upaya menciptakan industri dalam negeri yang berdaya saing dan mampu bersaing secara global.
Menurutnya, berbagai penelitian menunjukkan bea masuk yang berlebihan tidak efektif karena dapat menimbulkan distorsi perdagangan. Oleh karena itu, impor dari negara non-BMAD akan terus meningkat.
“Selanjutnya penerapan BMAD yang berlebihan akan menyebabkan kenaikan harga di tingkat konsumen yang pada akhirnya berdampak buruk pada kesejahteraan konsumen,” kata Imaduddin, Rabu (17/7/2024).
“Isu pemberian BMAD oleh AS pada produk impor China tidak serta merta menurunkan jumlah impor keramik. Malah impor dari India dan Vietnam justru meningkat,” imbuhnya.
Sementara itu, Andrej Satrio Nugroho, Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi INDEF, mengatakan hasil analisis KADI tidak cukup kuat untuk merekomendasikan BMAD dan kurang mendesak karena beberapa alasan.
Padahal, kata dia, data laporan KADI menunjukkan impor dari China turun 0,56 persen, sedangkan impor ubin keramik turun 9,55 persen.
Sementara itu, penjualan perusahaan dalam negeri pemohon meningkat masing-masing sebesar 0,12 persen dan 22,19 persen. Di sisi lain, industri keramik dalam negeri juga sedang dalam fase ekspansi dengan produksi tumbuh 4,52 persen dan arus kas tumbuh positif.
Sementara tren kapasitas terpasang meningkat 15,74 persen, bahkan melebihi tren penjualan dalam negeri yang meningkat 12,02 persen.
“Berbagai data yang disajikan dalam laporan KADI sebenarnya menunjukkan bahwa industri keramik belum berada pada fase trauma,” tambah Andrejs.
Andrejs juga mempertanyakan hasil tes dan pelaksanaan BMAD yang berubah dari hasil Mei dengan BMAD 6,61-155,48 persen, sedangkan hasil KDI 100,12-199,88 persen.
“Perubahan sebesar ini patut dipertanyakan dan KADI harus bisa memberikan penjelasan yang transparan,” tutupnya.
Sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenparin) menyatakan tujuh perusahaan ubin keramik berhenti beroperasi atau bangkrut. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga gas dan besarnya impor dari Tiongkok.
Hal tersebut disampaikan Ashdi Hanafi, Ketua Kelompok Kerja Pengembangan Industri Keramik dan Kaca Kementerian Perindustrian, di Jakarta, Selasa (16/07/2024) pada diskusi INDEF mengenai review Rencana Kebijakan Keramik BMAD.
“Jadi mulai parah kenapa industri keramik kita turun dan turun karena harga gas naik, jadi sebelum 2015 kita sukses, daya saing kita tinggi, utilisasinya juga 90 persen, lalu mulai turun. kami kurang kompetitif, kami tidak bisa bersaing dalam harga dan hal ini diperparah dengan harga impor yang murah,” kata Ashedi.
Mengutip pemaparannya, Ashadi memperkirakan lonjakan impor ubin keramik yang membanjiri pasar dalam negeri, khususnya dari China, berdampak pada tujuh perusahaan industri ubin keramik yang menghentikan produksinya.
Oleh karena itu, pada tahun 2016, Kementerian Perindustrian mulai mendorong penerapan hambatan perdagangan internasional melalui langkah-langkah trade defence seperti pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) serta Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) terhadap dalam negeri. keamanan industri Keramik.
Berikut daftar tujuh perusahaan ubin keramik yang menghentikan produksinya: PT Indopenta Sakti Teguh PT Industri Multikeramik Indoagung Asosiasi PT Keramik Indonesia – Silangsi PT Kia Serpih Mas – Silangsi PT Ika Maestro Industri PT Industri Keramik Selamat Jammataramin