Anak Bisa Mengalami Depresi, Dokter: Terlihat Perubahan Perilaku pada Si Kecil

Read Time:2 Minute, 13 Second

designsuperstars.net, Jakarta Tak hanya orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalami depresi. Berdasarkan laporan Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2022, anak-anak berusia antara 5 dan 9 tahun paling mungkin menderita depresi.

Psikiater Lahargo Kemberen mengatakan gejala depresi pada anak tidak sama dengan orang dewasa yang bisa mengungkapkan perasaannya saat sedih atau gembira.

Misalnya, ketika anak mau sekolah, perutnya sakit, tiba-tiba pusing, muntah-muntah, sehingga depresi dan tidak mau sekolah, sehingga menghancurkan kehidupannya, ujarnya. Dalam podcast bersama Kementerian Kesehatan, Kamis (22/2/2024), orang terdekat bernama Argo.

Tentunya harus berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mengetahui apakah anak menderita depresi.

Argo mengatakan, ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan depresi pada anak. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor genetik, trauma psikologis seperti perundungan, teknik pengasuhan yang tidak sehat, atau pengalaman hidup lain yang mengganggu kesehatan mental.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, tingkat depresi pada anak-anak sedang meningkat, dengan satu dari tujuh anak di seluruh dunia menderita kecemasan dan depresi.

Jadi, orang tua dan orang tua sekitar harus memahami hal ini. Jadi, Anda tidak hanya fokus pada kesehatan fisik dan mental anak saja.

Argo mengatakan orang tua harus memperhatikan perubahan perilaku anak. Orang tua perlu memahami bahwa perilaku anak mereka berubah seiring interaksi balita dengan orang tua.

“Misalnya pulang sekolah, mengetuk pintu, berteriak, melempar barang, orang tua memperhatikan tindakan tersebut,” kata dr.

“Kita perlu cerita, cerita, cerita mengapa perilaku yang kita anggap negatif ini terjadi,” ujarnya.

Tips Orang Tua Mengenali Tanda Depresi pada Anak: Komunikasi. Sangat penting untuk memperhatikan gaya komunikasi orang tua. “Cobalah mencobanya dan validasikan perasaan mereka. Ibu melihat kamu sedikit kesal tadi, mau cerita padaku apa yang terjadi?” “Jawabannya, kalau dia ingin sendiri, beri dia waktu untuk menyendiri,” ujarnya. Beri anak ruang: Setelah anak tenang setelah diberi ruang, ia mulai bercerita. Kemitraan: Bersama anak Anda selama masa-masa sulit sehingga masalah yang lebih serius pada akhirnya tidak berkembang. “Kalau emosi anak diabaikan, emosinya menumpuk,” kata Argo.

Menurut WebMD, gejala depresi pada anak berbeda-beda pada waktu dan tempat yang berbeda.

Meskipun beberapa anak mungkin tetap berprestasi baik dalam lingkungan yang terstruktur, banyak anak dengan depresi berat mengalami masalah dalam aktivitas sosial, kehilangan minat di sekolah, prestasi akademis yang buruk, atau perubahan penampilan.

Alat seperti kuesioner (untuk anak-anak dan orang tua), beserta data pribadi, dapat membantu mendiagnosis depresi pada anak.

Pencegahan depresi pada anak sangat penting untuk diperhatikan.

Ketika seorang anak terdiagnosis depresi, pengobatannya tidak jauh berbeda dengan orang dewasa, termasuk psikoterapi. Untuk penanganan psikologis, konsultasikan dulu ke dokter anak, dan bila tidak ada perbaikan berarti, berikan obat antidepresan.

Studi pengobatan terbaik hingga saat ini, seperti dikutip WebMD, menunjukkan bahwa kombinasi psikoterapi dan pengobatan adalah cara paling efektif untuk mengatasi depresi pada anak.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Sifilis Ternyata Penyakit Purba
Next post Dinda Kanyadewi Makeup 6 Jam di Lokasi Syuting Badarawuhi di Desa Penari, Pulang Paling Malam